Faktor Pembentuk Kemajuan Pertahanan Iran
Republik Islam Iran menggunakan berbagai potensi yang dimilikinya, termasuk memanfaatkan pengalaman delapan tahun perang pertahanan suci demi meningkatkan kekuatan militernya berdasarkan indikator ilmiah, kemampuan khusus pasukan dan peralatannya.
Iran saat ini dikenal sebagai kekuatan rudal terbesar keempat dunia. Iran juga termasuk jajaran lima produsen drone teratas dunia, dan negara kedua yang berhasil membangun drone siluman.
Pengalaman 41 tahun terakhir menunjukkan bahwa Barat telah melakukan segala cara untuk menghalangi alih ilmu pengetahuan dan teknologi ke Iran demi menjegal kemajuan Iran. Namun, menghadapi berbagai plot sanksi dan tekanan ini, muncul itikad kuat yang menyebabkan rezim Republik Islam Iran mampu mematahkan monopoli kekuasaan arogan serta mengambil langkah panjang untuk mewujudkan kemajuannya.
Banyak sekali pengalaman di bidang ini yang menunjukkan bahwa kelemahan atau ketertinggalan dalam pertahanan di berbagai bangsa dunia menjadi peluang bagi musuh untuk meningkatkan tekanannya. Berkaitan dengan hal tersebut, perang pertahanan suci dengan segala kepahitannya memberikan pelajaran yang besar bagi Iran, salah satunya adalah realisasi rasa percaya diri. Iran juga dikenai sanksi oleh rezim hegemonik saat itu. Dari masa sulit itulah swasembada senjata pertahanan menjadi kebutuhan mendasar, dan hasil dari langkah strategis ini hari ini adalah kemampuan hebat Iran di semua bidang pertahanan.
Kini, Iran telah menjadi salah satu kekuatan dunia di bidang rudal canggih. Korps Garda Revolusi Islam Iran melancarkan serangan terhadap pangkalan militer AS di Irak pada 8 Januari 2020 sebagai tanggapan atas kejahatan AS meneror Syahid Qassem Soleimani, yang melakukan perjalanan ke Irak atas undangan resmi pejabat Irak.
Sebanyak 13 rudal balistik menargetkan pangkalan terbesar AS di Irak yang menunjukkan bahwa tidak ada agresi yang tidak terjawab, dan jika suatu negara bertindak bodoh dengan menyerang kepentingan Iran, maka akan menghadapi reaksi keras dari Republik Islam.
Pengalaman lebih dari empat dekade terakhir menunjukkan kesiapan pertahanan sebagai suatu keharusan karena musuh selalu berusaha untuk menyerang Iran di setiap kesempatan.
Amerika Serikat melancarkan sanksi dan tekanan maksimum demi melemahkan Iran di bidang pertahanan. Pada saat yang sama, Washington dalam beberapa tahun terakhir berupaya keras untuk menjual senjata ke negara-negara Arab di kawasan Teluk Persia, dan menjadikan kawasan sebagai gudang senjatanya.
Produsen senjata terbesar di dunia saat ini berada di Barat. Perusahaan senjata dan alutsista setiap tahunnya menghabiskan miliaran untuk penelitian keamanan dan desain serta konstruksi senjata baru di negara-negara seperti Amerika Serikat.
Menghadapi kondisi demikian ditambah gencarnya sanksi dari berbagai arah, Iran tetap tegar membangun dengan caranya sendiri, termasuk meningkatkan kemampuan industri pertahanannya. Meskipun mengalokasikan anggaran paling sedikit untuk pembelian senjata, tapi Iran berhasil memperkuat swasembada dalam memenuhi kebutuhan pertahanannya.
Menanggapi gelombang tekanan musuh terhadap Republik Islam yang datang bertubi-tubi, Menteri Pertahanan Iran, Mayjen Amir Hatami menekankan, "Semakin deras tekanan sanksi, agitasi dan perang psikologis terhadap bangsa Iran dan Republik Islam Iran, maka semakin besar pula tekad baja untuk meningkatkan kemampuan pertahanan di semua lini,".
Republik Islam Iran tidak mengopromikan masalah keamanannya dengan pihak manapun. Oleh karena itu, pihak manapun yang mencoba mengganggu Iran akan menghadapi balasannya. Mereka harus mempertimbangkan kemampuan rudal Iran sebelum menyerang Iran.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran berulangkali menekankan komponen utama pertahanan bangsa Iran yang bertumpu pada kebijakan "kekuatan defensif Republik Islam" demi mencegah agresi terhadap Iran oleh para aktor intimidatif internasional. Ayatullah Khamenei menyatakan, "Musuh harus tahu, jika mereka berpikir untuk menyerang Iran, maka mereka akan menghadapi balasan yang fatal. Mereka mungkin menjadi pihak yang memulai, tetapi akhirnya tidak berada di tangan mereka,".
Meskipun terus meningkatkan kekuatan pertahananya, tapi kebijakan Republik Islam bertumpu pada penghindaran ketegangan dan konflik militer. Iran mengirimkan pesan kepada musuh dan agresor supaya tidak menggangu keamanan nasionalnya, jika tidak ingin mendapat balasan keras.
Doktrin militer Iran didasarkan pada pemeliharaan kesiapan tempur yang berkelanjutan dan peningkatan kemampuan militer dengan menggunakan teknologi canggih, dan mengandalkan keahlian sumber daya manusianya.
Selama beberapa tahun terakhir, Iran mengambil langkah besar dalam produksi senjata dan alutsista, bahkan telah mampu memasuki arena sebagai pengekspor peralatan militer konvensional. Doktrin ini masih menjadi poros utama dari semua tindakan Republik Islam Iran dalam menjaga kekuatan pertahanannya.
Peningkatan kemampuan pertahanan Iran menunjukkan perkembangan industri pertahanan yang memainkan peran kunci dalam menjaga keamanan nasional dan menangkal ancaman. Tentu saja kemampuan ini bukanlah ancaman bagi keamanan kawasan yang bertentangan dengan apa yang diklaim oleh pihak asing. Kebijakan Iran terhadap keamanan regional demi menghindari perang dan ketegangan, juga menyerukan kerja sama dan solidaritas keamanan dengan partisipasi intra-regional untuk menjaga keamanan kolektif.
Dari perspektif Iran, keamanankawasan tidak bisa dijamin dengan kehadiran pihak asing. Iran tidak mencari ketegangan dan konflik militer di kawasan. Tetapi kapanpun dan di manapun diperlukan, akan menggunakan kekuatan pertahanannya untuk menghadapi pengganggu keamanan dengan elemen kekuatan nasionalnya. Oleh karena itu, Republik Islam senantiasa menginginkan terwujudnya perdamaian, stabilitas dan keamanan untuk semua negara kawasan dan dunia.(PH)