27 Maret, Hari Berdarah di Myanmar
Kekerasan terbaru militer Myanmar telah menewaskan sekitar 114 orang pada hari Sabtu (27/3/2021). Ini merupakan salah satu hari paling berdarah di Myanmar. Total lebih dari 440 warga sipil dibunuh sejak kudeta dimulai.
Pembunuhan yang terjadi di 44 kota besar dan kecil di seluruh negeri menjadi hari protes paling berdarah sejak kudeta militer bulan Februari. Di antara mereka yang tewas dilaporkan adalah seorang gadis berusia 13 tahun.
Menurut Myanmar Now, anak itu ditembak di rumahnya setelah angkatan bersenjata junta melepaskan tembakan di daerah pemukiman Meikhtila, di wilayah Mandalay.
Upacara pemakaman para korban diadakan di berbagai lokasi di Myanmar. Sedikitnya enam anak-anak berusia antara 10-16 tahun termasuk di antara mereka yang tewas pada perayaan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar.
Pada hari Sabtu, pelayat memberi penghormatan tiga jari pada peti mati Sai Wan Yan yang berusia 13 tahun. Bocah ini dibunuh oleh pasukan keamanan saat bermain di luar rumah.
Beberapa pihak telah mengecam jatuhnya korban dalam unjuk rasa anti-kudeta di Myanmar.
Pemilu Myanmar 2020 dimenangkan oleh Aung San Suu Kyi dan partainya, National League for Democracy (NLD), secara telak.
Militer Myanmar mengkudeta pemerintahan Suu Kyi dan Presiden Win Myint pada 1 Februari 2021. Militer mengklaim harus melakukan kudeta, karena menuduh ada kecurangan di pemilu November 2020.
Kondisi darurat di Myanmar lalu ditetapkan selama setahun, dan militer akan mengadakan pemilu baru. Militer Myanmar juga membubarkan kabinet, membubarkan parlemen, dan memperkarakan Komite Penyelenggara Pemilu.
Kudeta tersebut memicu demonstrasi besar-besaran rakyat Myanmar. Mereka mengecam kudeta dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pejabat-pejabat lainnya serta pemulihan demokrasi di negara ini.
Warga Myanmar tidak bisa menerima kudeta. Menurut mereka, NLD telah dipilih secara demokratis untuk menjadi partai penguasa. Oleh karenanya, mereka menuntut kudeta diakhiri, tahanan politik dibebaskan, dan demokrasi dikembalikan. Namun tuntutan itu diabaikan oleh militer. (RA)