Jun 22, 2021 11:37 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 22 Juni 2021
    Lintasan Sejarah 22 Juni 2021

Imam Ridha as Lahir

1304 tahun yang lalu, tanggal 11 Dzulqadah 138 HQ, Imam Ali bin Musa Ar-Ridha as, Imam ke-delapan kaum Muslimin dan keturunan Rasulullah Sawgenerasi ke-7, terlahir ke dunia di kota Madinah.
 
Setelah wafatnya ayahanda Imam Ridha, yaitu Imam Musa Al-Kazhim as, Imam Ridha meneruskan tugas ayah beliau sebagai pemimpin dan pembimbing umat Islam. Khalifah Makmun dari Dinasti Abbasiah yang berkuasa saat itu, merasa khawatir atas pengaruh Imam Ridha di tengah umat Islam. Demi menarik simpati rakyat dan mencari legalitas atas kekuasaannya, Khalifah Makmun kemudian mengangkat Imam Ridha sebagai putra mahkota. Imam Ridha juga dipaksa untuk meninggalkan Madinah dan tinggal di Marv, di timur laut Iran dengan tujuan agar Khalifah Makmun dapat lebih mudah mengontrol segala perilaku Imam Ridha.
 
Namun, keinginan Makmun untuk menghilangkan pengaruh Imam Ridha atas umat Islam tidak tercapai. Ketinggian iman, ilmu, dan akhlak Imam Ridha telah menimbulkan pengaruh besar di kalangan rakyat Khurasan dan masyarakat menjadi sadar akan hakikat Ahlul Bait Rasulullah. Untuk menghancurkan popularitas Imam Ridha di tengah masyarakat, Makmun bahkan mengundang pemuka berbagai agama untuk berdebat dengan Imam Ridha. Namun, ketinggian ilmu Imam Ridha malah membuat para pemuka agama itu mengakui kebenaran Imam Ridha. Akhirnya, Makmun mengambil keputusan untuk membunuh Imam Ridha dengan cara meracuni beliau pada tahun 203 Hijriah.
 
Salah satu hadis dari Imam Ridha as adalah sebagai berikut, "Orang yang akan dekat denganku di Hari Kiamat adalah orang yang selama di dunia berakhlak lebih baik dan bersikap lebih dermawan terhadap keluarganya."
 
Makam Suci Imam Ridha as

 

Nazi Melancarkan Operasi Barbarossa
 
80 tahun yang lalu, tanggal 22 Juni 1941, dalam era Perang Dunia Kedua, tentara Nazi Jerman melancarkan serangan besar ke Uni Soviet.
 
Sebelumnya, Jerman dan Soviet pernah menandatangani Pakta Non-agresi untuk melindungi perbatasan Jerman bagian timur. Namun, setelah Nazi berhasil mengalahkan Perancis, Hitler yang anti komunis itu berambisi untuk memperluas kekuasaannya ke Soviet.
 
Dalam Operasi Barbarossa ini, Hitler mengerahkan 3 juta 50 ribu pasukan, 7184 senjata artileri, 3,350 tank, 2,770 pesawat, 600,000 mobil, dan 625,000 kuda. Serangan dilancarkan dari tiga arah, Finlandia dan Polandia dengan target negara-negara Balkan dan Leningrad, serta dari arah Chekoslovakia dengan target Ukraina dan pegunungan Kaukasus.  Tentara Merah Soviet yang tidak siap dengan serangan ini, awalnya kalah telak dan kehilangan 3 juta tentaranya dan jutaan lainnya tertawan.
 
Namun dalam usaha mencapai ibu kota Soviet, Moskow, yang merupakan pertahanan terakhir Soviet, lumpur menjadi penghalang gerak pasukan Jerman. Selain itu, perlengkapan militer tentara Jerman pun menjadi beku oleh salju yang dahsyat. Tentara Soviet yang menyamar menjadi masyarakat biasa juga melakukan gerilya untuk memotong jalur suplai makanan pasukan Jerman. Akibatnya, Jerman terpaksa menelan kekalahan dalam pertempuran di Moskow, Leningrad, dan Stalingrad, dan akhirnya mundur total dari Soviet.
 
Imam Khomeini ra Memberhentikan Bani Sadr dari Presiden
 
40 tahun yang lalu, tanggal 1 Tir 1360 HS, Imam Khomeini ra mencopot Bani Sadr dari presiden setelah parlemen menyepakati mosi tidak percaya atasnya.
 
Setelah perselisihan antara para pejabat Iran dengan Bani Sadr, Presiden Iran yang berkhianat, begitu juga ketidakmampuannya dalam mengelola perang dan sikap-sikapnya melawan Revolusi Islam, Imam Khomeini pada 20 Khordad 1360 HS setelah bermusyawarah dengan para pejabat tinggi Iran lainnya membatalkan jabatannya sebagai Panglima Tertinggi Militer yang juga wakil Wali Faqih. Sikap Imam ini direaksi secara negatif oleh Bani Sadr dan menunjukkan tidak peduli dengan keputusan Imam. Masalah ini membuat para anggota parlemen mengusulkan draf ketidaklayakan politik Banis Sadr.
 
Menyusul rencana ini, para pendukung Bani Sadr melakukan walk out dari parlemen dan berusaha agar rencana ini tidak diterima oleh parlemen, tapi akhirnya anggota parlemen pendukung garis Imam pada 31 Khordad 1360 HS menyepakati draf ketidaklayakan politik Bani Sadr. Keputusan ini kemudian diserahkan kepada Imam dan keesokan harinya, 1 Tir 1360 HS, Imam Khomeini ra dalam sebuah pesannya memberhentikan Bani Sadr dari jabatan presiden.
 
Dalam pesannya Imam mengatakan, "Setelah suara mayoritas anggota parlemen menyepakati ketidaklayakan politik Bani Sadr, saya memberhentikannya dari jabatan presiden."
 
Sementara Bani Sadr yang mulai ketakutan akan ditangkap dan diadili, ia berusaha menyembunyikan dirinya selama lima pekan dan setelah itu dengan berpakain perempuan membajak sebuah pesawat Iran. Dengan demikian pada 7 Mordad 1360 HS, Bani Sadr berhail melarikan diri ke Perancis dan melakukan rongrongan terhadap Iran dari sana bersama kelompok Munafikin.[]