Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein as (9)
Imam Husein as adalah salah satu manifestasi dari manusia unggul yang memiliki hubungan cinta dengan Sang Pencipta, dan yang kehidupannya terikat dengan al-Quran. Imam Husein as mendapat bimbingan langsung Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah as dan Imam Ali bin Abi Thalib as. Sejak usia dini beliau telah mengenal dan mempelajari al-Quran.
Rasulullah Saw dalam hadis terkenal Tsaqalain, menyebut Ahlul Bait-nya dan al-Quran saling terikat dan bersabda: "Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka : kitab Allah (al-Quran) dan itrahku (Ahlul Bait) dan keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiku di telaga surga."
Perjalanan hidup Imam Husein as terikat erat dengan al-Quran sehingga pada detik-detik akhir hidupnya di padang gersang Karbala, beliau tetap memberikan nasehat dengan ayat-ayat al-Quran dan bahkan menunjukkan kepada pasukan Yazid tentang akibat yang akan mereka alami dengan membacakan ayat-ayat wahyu.

Tahun 60 Hijriah, Imam Husein as menyaksikan gelombang serangan kekufuran dan kemunafikan terhadap sumber hidayah dan penerang umat, yakni Islam dan al-Quran. Serangan tersebut meskipun tidak sukses secara sempurna, namun telah memberi pukulan berat terhadap kedua sumber Ilahi ini. Di antara mereka terdapat individu yang telah mendapat pelajaran al-Quran, membacanya siang dan malam serta banyak yang telah menghafal kitab Ilahi ini.
Meski al-Quran adalah mukjizat Ilahi dan sumbernya abadi, namun dengan berkuasanya pemimpin yang tidak layak, hakikat al-Quran mulai terpisah dari benak dan pemikiran manusia. Berbagai faktor yang mencegah bersinarnya hidayah al-Quran mulai bermunculan. Imam Husein seraya mengibarkan bendera reformasi, mulai menggerakkan bahtera Tauhid dan rela mengorbankan nyawanya beserta keluarga dan sahabatnya demi menyelamatkan umat dari gelombang badai dan kezaliman yang merajalela.
Kini di bumi gersang Karbala, sayup-sayup terdengar rintihan munajat Imam Husein as dan lantunan kalam Ilahi yang keluar dari mulut manusia suci ini. "Segala puji bagi-Mu Ya Allah Aku memuji-Mu baik dalam kondisi yang menyenangkan atau tidak. Ya Allah, Aku memuji-Mu karena Kamu telah memuliakanku dengan kenabian kakekku Muhammad Saw, dan menjarkan al-Quran kepada kami serta memberikan anugerah kepada kami untuk memahami agama serta memberi kami nikmat telinga, mata dan hati. Maka jadikan kami sebagai hamba-hamba-Mu yang bersyukur."
Imam Husein as dengan ucapannya yang indah dan menyentuh kalbu, meski dalam kondisi kesulitan telah menunjukkan ketenangan dan keyakinan akan kebenaran jalan dan kebangkitannya. Seraya menjelaskan hakikat al-Quran, ia telah menjadikan hati-hati semakin tenang dan solid.
Tentara tauhid ini membentuk lingkaran di sekitar Imam Husein dan di malam hari di Karbala mereka menggelar acara kedekatan dengan al-Quran serta melantunkan ayat-ayat Ilahi sehingga tekad mereka untuk berjuang dan membela Islam semakin kuat. Perawi mengatakan, "Malam itu tak ubahnya sarang lebah dari kemah Imam Husein as hingga pagi terdengar lantunan kalam Ilahi dan munajat."
Imam Husein as telah menyaring kekuatan di sekitarnya. Orang-orang yang bersamanya hingga akhir perang di Karbala adalah sosok yang memiliki kebaikan sempurna, keberanian dan kesalehan. Imam Husein saat menggambarkan sahabatnya mengatakan, "Aku bersumpah bahwa aku telah mengusir mereka dan mengujinya, namun mereka tak ubahnya batu karang yang kokoh dan haus akan cawan syahadah."

Ketika karavan Karbala tiba di Qasr Bani Muqatil, Imam Husein as menyadari bahwa Ubaidillah bin Hurr al-Ju'fi,salah satu tokoh terkemuka Kufah juga berkemah di situ. Imam kemudian mengirim utusan kepadanya dan memintanya bergabung dengan rombongan Imam Husein. Namun ia enggan datang sehingga Imam Husein yang akhirnya datang kepadanya.
Ubaidillah bin Hurr berkata, "Aku bersumpah! Wahai anak Rasulullah, jika aku menyaksikan orang Kufah membantu dan bergabung denganmu, maka aku akan menjadi orang yang paling gigih berjuang melawan musuhmu. Tapi aku menyaksikan di Kufah, orang-orang yang mengaku pengikutmu bersembunyi di rumahnya karena takut kepada Bani Umayah dan pedang-pedang mereka. Demi Allah, jangan kamu mengajukan permintaan seperti ini kepadaku. Aku siap memberi bantuan finansial kepadamu. Aku berikan kuda dan pedangku yang tiada bandingannya ini kepadamu."
Imam Husein as menjawab, "Kami tidak datang untuk kuda dan pedangmu. Kami datang untuk meminta pertolonganmu. Jika kamu tak segan-segan mengorbankan jiwamu di jalan kami, maka kami tidak butuh harta kalian. Kemudian Imam Husein as membaca ayat ke 51 surat al-Kahfi yang artinya, ... dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong."
Dengan demikian Imam Husein as mengajarkan bahwa di gerakan tauhid dibutuhkan pengikut yang terpercaya dan siap berkorban. Sementara pengikut yang penakut dan lemah tidak akan pernah mampu menjaga dan mempertahankan nilai-nilai Ilahi. Imam juga selama perjalanannya tenggelam dalam lantunan kalam Ilahi. Imam dalam perkataannya juga mengutip ayat 196 surat al-A'raf yang artinya, Sesungguhnya pelindungku ialahlah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.
Kecintaan Imam Husein as terhadap al-Quran, ibadah dan munajat tercermin jelas di Padang Karbala. Sore hari kesembilan bulan Muharram, Umar bin Saad mengerahkan pasukannya menyerang tenda-tenda keluarga dan sahabat Imam Husein as. Imam Husein as meminta saudaranya Abbas untuk berbicara kepada pasukan musuh agar memberikan kesempatan satu malam untuk berdoa, shalat, membaca al-Quran dan bermunajat serta menyampaikan cinta dan penyerahan diri kepada Allah Swt.
Pada malam kesepuluh Muharram atau Asyura, Imam Husein as mengucapkan kata-kata yang menunjukkan puncak cinta beliau kepada Allah Swt dan berkata, "Allah Swt mengetahui dengan baik bahwa aku selalu mencintai shalat, membaca al-Quran, banyak berdoa dan memohon ampunan dari-Nya."
Imam Husein as pada siang dan malam Asyura membacakan berbagai ayat untuk menyadarkan umat. Termasuk di antaranya adalah pada malam Asyura dan tentang kondisi pasukan Yazid beliau membacakan ayat 178 dan 179 surat al-Imran:

"Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian kesempatan Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi kesempatan kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin)."
Nasehat dan peringatan Imam Husein as serta kehidupan dan kebangkitan beliau, semuanya terilhami dari al-Quran. Beliau tidak menerima kehinaan dan kenistaan walau sedetik pun, dan pesan-pesan kebangkitan beliau menunjukkan kehormatan dan komitmen pada jalan al-Quran.