Radikalisme dan Rasialisme Buddha di Myanmar 1
(last modified Sun, 04 Dec 2016 03:58:35 GMT )
Des 04, 2016 10:58 Asia/Jakarta

Masyarakat Muslim Rohingya di Myanmar terus menjadi sasaran serangan dan kekerasan oleh kelompok Buddha ekstrim di negara itu. Padahal, Buddhisme senantiasa identik dengan cinta kasih dan kedamaian serta fokus pada penyucian diri dan ritual-ritual khusus. Di antara prinsip utama mereka adalah menjauhi kekerasan dan pelanggaran hak-hak manusia.

Agama Islam juga agama yang memerintahkan kasih sayang, sikap lembut, cinta perdamaian, hidup damai berdampingan, dan cinta antar-sesama. Oleh karena itu menurut catatan sejarah, Muslim Rohingya dan umat Buddha hidup secara rukun di Myanmar dan mereka saling menghormati adat istiadat masing-masing. Mereka bahkan saling menghormati dan menghargai tempat ibadah sebagai simbol kerukunan.

Rohingya adalah masyarakat Muslim yang mendiami Provinsi Rakhine di Myanmar Barat dan membentuk empat persen dari sekitar 60 juta jiwa penduduk negara itu. Sejarah kehidupan mereka di wilayah – yang sebelumnya disebut Arakan itu – kembali ke masa-masa awal masuknya Islam ke Myanmar pada abad pertama Hijriah. Setelah bangsa Arab dan Persia menerima agama Islam, maka para pedagang Muslim sering melakukan perjalanan dari wilayah Myanmar Barat dan Provinsi Arakan menuju ke wilayah Cina Barat.

Para pedagang Muslim memilih singgah di pasar-pasar yang ramai di wilayah perairan Arakan dan kemudian membangun perkampungan Muslim pertama di Myanmar. Para pedagang Cina juga mendokumentasikan fakta itu dalam catatan perjalanan mereka. Pada masa lampau, wilayah Arakan juga menyandang status sebagai pemerintahan Islam selama ratusan tahun.

Gerakan ekstrim dan rasial di Myanmar menganggap Muslim Rohingya sebagai imigran asal Bangladesh dan sampai sekarang menghalangi pengakuan mereka sebagai warga negara Myanmar. Muslim Rohingya juga tidak dapat menikmati hak-hak mereka sebagai warga negara. Tekanan terhadap mereka meningkat pasca kudeta tahun 1962 di Myanmar.

Gerakan ekstrim dan radikal tumbuh subur di kalangan Buddha Myanmar dalam beberapa tahun terakhir, di mana menuding masyarakat Muslim mengejar dominasi di negara itu. Mereka mengklaim bahwa sikap lunak yang diperlihatkan umat Buddha telah mendorong Muslim untuk menguasai Myanmar dan wilayah Asia Selatan. Organisasi-organisasi seperti, Mabasa, Organisasi Perlindungan Ras, Assosiasi Biksu Muda Sittwe, Kelompok Nasionalis Buddhis, dan Gerakan 969 adalah komunitas Buddha ekstrim di Myanmar, yang menjalankan kebijakan Islamphobia dan menyerukan boikot bisnis Muslim.

Gerakan 969 adalah kelompok Buddha yang paling berbahaya di Myanmar dan dipimpin oleh Biksu Ashin Wirathu. Mereka dikenal sebagai mesin pembunuh nomor satu Muslim di negara itu. Gerakan 969 telah mengarah ke sebuah gerakan rasialisme dan menganggap Muslim sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional dan kekuasaan umat Buddha di Myanmar. Muslim Rohingnya menilai Gerakan 969 sebagai organisasi teroris dan Bisksu Wirathu gencar mempromosikan kebencian terhadap Muslim di kuil-kuil.

Wirathu adalah kepala biara di Biara Masoeyein Mandalay, sebuah kompleks luas di mana ia memimpin sekitar 60 biksu dan memiliki pengaruh luas di tengah umat Buddha Myanmar. Angka 969 adalah sebuah angka suci bagi umat Buddha, di mana mengacu pada sembilan atribut Buddha, enam ajaran dasar, dan sembilan perintah. Oleh karena itu, Wirathu sengaja memilih angka 969 untuk memberikan kesan suci dan aroma spiritual kepada gerakannya sehingga menarik dukungan dari masyarakat Buddha dan para biksu ekstrim.

Wirathu gencar menyebarkan kebencian di tengah masyarakat Myanmar. Dia menanamkan ketakutan bahwa suatu saat minoritas Muslim akan menguasai negara itu. Wirathu menyebarkan ajaran kebencian dalam setiap ceramahnya. Ia selalu menyasar komunitas Muslim, seringkali dia memojokkan Rohingya. Dia juga memimpin demonstrasi yang mendesak Muslim Rohingya dikirim ke negara ketiga. Bahkan majalah Time menjadikan wajahnya sebagai cover majalah mereka dan terdapat tulisan 'The Face of Buddhist Terror'. The Washington Post juga menguak sepak terjang Wirathu yang mendalangi aksi pembantaian Muslim Rohingya.

Saat ditanya, apakah dia adalah "Bin Laden Burma", Wirathu tidak menampiknya. Pengaruh biksu ekstrim ini bahkan sampai ke Sri Lanka. Gerakan 969 telah menandatangani sebuah kesepakatan dengan kelompok ultra-nasionalis Sri Lanka untuk melawan Muslim. Kelompok Bodu Bala Sena di Sri Lanka (Kekuatan Pasukan Buddha) juga menghasut kekerasan dan menuding minoritas Muslim berusaha untuk mengambil alih negara tersebut.

Kelompok Bodu Bala Sena menyerukan pembentukan sebuah aliansi internasional Buddha untuk melawan Muslim dan melindungi Buddhisme di seluruh dunia. Muslim di Sri Lanka adalah kelompok minoritas dan selalu menjadi korban pertikaian antara mayoritas Sinhala dengan kaum Tamil. Meski demikian, para ekstrimis Buddha menuding Muslim berusaha untuk menguasai Sri Lanka dengan cara memperbanyak jumlah anak. Sebuah pandangan yang diadopsi dari paham radikal dan rasis yang diajarkan oleh Wirathu.

Para penentang Gerakan 969 menganggap tindakan Wirathu dan kelompoknya sama seperti tindakan rasialis neo-Nazi di Jerman. Wirathu mengawali kampanye Islamphobia dengan menyudutkan masyarakat Muslim di Myanmar. Ia menuding Muslim sengaja memperbanyak jumlah kelahiran untuk menjadi mayoritas di Myanmar. Biksu radikal ini meminta pengikutnya untuk menjauhi Muslim, tidak menikah dengan mereka, tidak melakukan bisnis dengan Muslim, dan mengusir mereka dari rumah-rumahnya.

Mayoritas biksu dan masyarakat Myanmar menentang gagasan dan paham radikal yang disebarkan oleh Wirathu. Mereka tetap menekankan kerukunan beragama dan persaudaraan dengan Muslim. Namun, mereka tidak mampu menyuarakan pandangannya terang-terangan karena takut akan mendapat serangan dari Gerakan 969. Kelompok ini telah mengkampanyekan aksi boikot terhadap Muslim dan sekarang ingin melaksanakan politik bumi hangus untuk mengusir Rohingya dari rumah-rumahnya.

Gerakan 969 adalah sebuah kelompok yang terorganisir dan memiliki sayap militer untuk melawan Muslim Rohingya. Mereka aktif mengejar kebijakan rasialis dan menuding pria Muslim telah memperkosa wanita Buddha. Sejauh ini banyak pria Muslim Rohingya dibunuh atas fitnah memperkosa wanita Buddha. Rumah dan tempat usaha pria Muslim tersebut kemudian dibakar.

Pada dasarnya, Ashin Wirathu ingin membentuk sebuah masyarakat homogen Buddha di Myanmar dan seluruh wilayah berpenduduk Buddha di kawasan. Ia memiliki ambisi untuk membawa masyarkat Buddha menjadi sebuah kekuatan berpengaruh di berbagai bidang. Oleh sebab itu, Wirathu sangat agresif mengajarkan kebencian terhadap Muslim Rohingya di kuil-kuil Buddha.

Dalam ajarannya, Wirathu meminta masyarakat Myanmar untuk menjauhi Muslim agar mereka bisa hidup tenang dan damai. Karena hasutannya, ia dihukum 25 tahun penjara pada tahun 2003. Namun, pada 2010 dia sudah dibebaskan bersama dengan tahanan politik lainnya. Wirathu juga memimpin kampanye para biksu mendukung usulan Presiden Myanmar Thein Sein untuk mengirim Rohingya ke negara ketiga.

Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Muslim Rohingya adalah kaum minoritas paling tertindas di dunia. Pemerintah Myanmar menyebut Muslim Rohingya sebagai kelompok imigran ilegal asal Bangladesh dan menolak memberi kewarganegaraan kepada mereka. Padahal, etnis Muslim yang berada di wilayah Myanmar Barat tercatat tinggal sangat lama di negara itu, bahkan sudah ada sejak era pemerintahan Islam Arakan yang berkuasa di kawasan.

Tags