Diskursus Revolusi Islam dan Ide Persatuan Umat
Persatuan umat Islam merupakan salah satu masalah penting yang menjadi perhatian khusus oleh al-Quranul Karim dan para Maksumin as. Dalam al-Quran, Allah Swt memuji perkataan tentang persatuan dan mencela perkataan mengenai perpecahan dan konflik. Al-Quran, dalam beragam kasus menjelaskan tentang persatuan dan menyerukan umat manusia untuk berpegang teguh kepada tali (agama) Allah Swt dan menjauhi perpecahan.
Terkait hal itu, Allah Swt dalam surat Al-i-Imran ayat 103 berfirman, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara…."
Persatuan Islam adalah gagasan dan cita-cita terpenting, di mana setiap Muslim sejati –sejak permulaan Islam hinggga sekarang– meneriakkan persatuan. Nabi Muhammad Saw dan para pemimpin agama ilahi tidak pernah lalai tentang persatuan. Mereka menilai persatuan sebagai rahasia dan kunci kesuksesan dan kebahagiaan masyarakat Islam.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dan para Imam Maksum lainnya berulang kali mengambil sikap diam ketika melihat pelanggaraan terhadap hak-haknya. Hal ini mereka lakukan demi menjaga persatuan dan keutuhan umat Islam sehingga benih-benih perpecahan di kalangan kaum Muslimin tidak bisa tumbuh. Selain itu, persatuan umat Islam yang berporos pada tauhid, al-Quran dan Ka'bah sebagai kiblat umat Islam, akan tetap terjaga. Berdasarkan ajaran yang membawa keselamatan dan kebahagiaan ini, diskursus Revolusi Islam tentang persatuan umat Islam sangat penting.
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran tahun 1979, Imam Khomeini (ra) mengangkat tema persatuan Islam sebagai slogan strategis yang diambil dari kedalaman keyakinan agama ilahi ini. Selain itu, dalam konstitusi Republik Islam Iran, para pengikut berbagai mazhab Islam memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan keyakinannya, bahkan mereka memiliki hak untuk merujuk kepada pengadilan-pengadilan yang mengeluarkan keputusan berdasarkan pandangan mereka.
Penamaan hari-hari kelahiran Nabi Muhammad Saw (12-17 Rabiul Awal) sebagai Pekan Persatuan (Islam) dan pendirian Forum Internasional Pendekatan Antar Mazhab Islam merupakan bagian dari langkah luas pemerintahan Republik Islam Iran dalam kerangka mencapai persatuan di antara berbagai mazhab Islam. Diskursus Revolusi Islam yang terbentuk berdasarkan ajaran-ajaran Islam murni memuji pandangan penuh persahabatan Islam kepada orang-orang tertindas dan dukungan kepada mereka. Oleh karena itu, Republik Islam Iran berdiri melawan penindasan dan tidak pernah mengulurkan tangan persahabatan kepada para arogan dunia.
Terjalinnya persatuan semaksimal mungkin di antara umat Islam merupakan tuntutan utama diskursus Revolusi Islam. Sebab, kemuliaan umat Islam dan kekuatan mereka bergantung kepada persatuan ini. Dengan kemuliaan dan kekuatan tersebut, umat Islam mampu melawan musuh-musuhnya dan menghilangkan rasa takut dalam hati mereka.
Selama bertahun-tahun, rezim Zionis Israel yang merupakan musuh utama umat Islam berusaha untuk menduduki semua wilayah Palestina dan menghancurkan umat Islam. Dukungan kepada Palestina dan penamaan Jumat terakhir di bulan Ramadhan sebagai Hari al-Quds Internasional adalah bagian dari upaya Republik Islam Iran untuk membela orang-orang yang tertindas di Palestina. Dengan adanya dukungan umat Islam, rezim Zionis tidak akan pernah mampu mencapai impiannya untuk menguasai wilayah dari Sungai Nil sampai Sungai Eufrat.
Dengan demikian, diskursus Revolusi Islam mengejar persatuan dan persaudaraan sejati di antara umat Muslim. Jika umat Islam mampu mencapai pesatuan secara maksimal, mereka akan meraih kekuatan dan kemuliaan besar, di mana musuh bahkan tidak akan berani berpikir untuk menyerang dan menduduki tanah-tanah umat Islam di negara-negara Muslim serta mengeruk kekayaan alamnya seperti minyak, gas dan barang tambang serta hasil bumi lainnya. Jika kondisi ini terwujud, semua kekayaan yang ada di negara-negara Muslim akan bisa digunakan untuk kemajuan umat Islam di segala bidang.
Diskursus Revolusi Islam mengejar keutuhan persaudaraan, di mana umat Islam bisa saling berinteraksi dengan indah dan bersahabat serta saling mendukung dan membangun untuk mencapai kemajuan. Contohnya, kemajuan ilmiah yang dicapai sebuah negara Muslim bisa ditularkan ke negara-negara Muslim lainnya sehingga mereka bisa mencapai kemajuan secara bersama-sama. Dengan demikian, persaingan akan berubah menjadi persahabatan dan semuanya akan berusaha untuk memajukan umat Islam.
Perlu dicatat bahwa diskursus Revolusi Islam mengejar persatuan di antara para pengikut mazhab Islam termasuk Syiah dan Sunni, dan tidak pernah mengejar persatuan dengan Wahhabi, sebab aliran yang muncul dari pemikiran menyimpang Salafi ini telah banyak menumpahkan darah kaum Muslimin. Saat ini, kelompok-kelompok teroris dan Takfiri terutama Daesh (ISIS) telah melakukan berbagai kejahatan paling terkutuk di sepanjang sejarah. Mereka membantai umat Islam, baik Syiah maupun Sunni atas nama Islam, Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Dalam pandangan Revolusi Islam Iran, persatuan umat Islam adalah bagian terpenting dari agenda yang dikejar sejak kemenangan revolusi ini. Imam Khomeini (ra), Pencetus Revolusi Islam memiliki pandangan strategis terkait persatuan. Beliau menilai persatuan nasional untuk melindungi negara dan kekuatan nasional serta untuk mencegah perampasan kepentingan nasional sebagai penting. Menurut Imam Khomeini, persatuan dan kesatuan umat Islam akan menyebabkan kemuliaan dan terlindunginya Islam dan al-Quran.
Imam Khomeini menilai persatuan di antara bangsa-bangsa tertindas untuk melawan arogansi sebagai sangat penting. Pendiri Republik Islam ini menggambarkan persatuan umat Islam sebagai pohon yang kokoh dan kuat, di mana buahnya adalah kemenangan umat Islam dan kehancuran musuh serta kemakmuran dan kemajuan negara-negara Muslim. Beliau mengatakan, persatuan merupakan jaminan atas kelanggengan dan kelangsungan hidup umat Islam.
Dalam perspektif Imam Khomeini, sikap mentolerir dan sabar atas perkataan orang yang berseberangan adalah salah satu faktor penting untuk menciptakan persatuan. Beliau meyakini bahwa kesabaran ini tidak akan dapat dicapai kecuali dengan pembentukan diri dan melawan hawa nafsu. Dalam gagasan Imam Khomeini, melawan hawa nafsu untuk mencapai persatuan adalah penting, bahkan beliau meyakini bahwa orang-orang yang mengangkat isu-isu perpecahan adalah orang-orang yang tidak menyadari penderitaan Islam, dan mereka hanya mengejar hawa nafsunya. Menurut Imam Khomeini, dialog, kesepahaman, pendekatan, empati dan keyakinan atas nasib bersama akan menggagalkan upaya dan konspirasi musuh untuk menciptakan perpecahan dan konflik di antara umat Islam.
Imam Khomeini dalam sebuah kesempatan menyinggung persatuan umat Islam. Beliau mengatakan, kunci kesuksesan umat Islam di permulaan Islam adalah persatuan dan kekuatan iman, di mana sebuah pasukan kecil mampu menaklukkan imperium besar dunia. Wahai umat Islam dunia dan para pengikut ajaran tauhid, ketahuilah bahwa rahasia semua penderitaan negara-negara Muslim adalah perpecahan dan tidak adanya koordinasi, dan rahasia kesuksesannya adalah persatuan dan koordinasi. Kalian semua harus berusaha untuk menghindari perpecahan dan berkelompok-kelompok yang menyebabkan kesengsaraan dan keterbelakangan, dan berusahalah untuk Islam dan untuk maslahat umat Islam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga memiliki pandangan strategis tentangn konsep persatuan seperti Imam Khomeini. Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menilai persatuan sebagai salah satu masalah mendasar yang diperlukan dunia Islam. Rahbar kepada umat Islam menegaskan, makna persatuan bukan berarti semua harus memiliki satu rasa, namun persatuan bermakna bahwa beragam rasa yang berbeda itu bisa berkumpul bersama-sama dan mengedepankan kepentingan umat Islam di atas keinginan dan nafsu pribadi.
Rahbar mengatakan, "Kami tidak mengatakan kepada firqah-firqah di dunia untuk meninggalkan keyakinan khusus firqahnya dan menerima keyakinan firqah lain. Namun kami mengatakan kepada semua umat Islam bahwa kesamaan di antara kita lebih banyak, lebih penting dan lebih mendasar ketimbang perbedaannya. Musuh-musuh kita bersandar pada perbedaan dan kita harus bersikap sebaliknya; yaitu memperkuat posisi umum kita dan tidak membiarkan musuh memperoleh dalih dan menemukan titik tenanan terhadap tubuh umat Islam melalui perpecahan kita."
Menurut Ayatullah Khamenei, memiliki pemahaman, wawasan dan kesadaran terhadap perilaku musuh yang menyulut perpecahan adalah penting bagi setiap Muslim. Beliau mengatakan, Barat dan Amerika Serikat berusaha menciptakan perpecahan dan konflik di antara umat Islam dengan mengusung isu-isu Syiah-Sunni, etnis dan kebangsaan. Oleh sebab itu, semua harus waspada dan mengevaluasi isu dengan pandangan tersebut dan mengambil sikap terhadapnya.