Seruan Islam, Selamatkan Muslimin Myanmar
(last modified Fri, 27 Oct 2017 04:37:09 GMT )
Okt 27, 2017 11:37 Asia/Jakarta

Kitab suci Al Quran dalam Surat An Nisa ayat ke-75 menjelaskan, "Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!"

Muslimin Myanmar masih menjadi sasaran serangan brutal kelompok Buddha ekstrem yang dibantu militer dan pemerintah negara itu. Hingga kini ribuan Muslim Myanmar tewas atau terluka dan sekitar 500 ribu lainnya terpaksa mengungsi. Para pengungsi dengan susah payah berusaha menyelamatkan diri ke Bangladesh meski di sana mereka harus hidup dalam kondisi tidak manusiawi. Putaran sebelumnya pembunuhan terhadap Muslimin Myanmar di negara bagian Rakhine, terjadi pada tahun 2012.

Saat itu, di tengah kebisuan masyarakat internasional, ribuan Muslim terbunuh, terluka dan mengungsi. Apa yang menyebabkan pembantaian Muslimin Myanmar semakin mengerikan adalah cara-cara brutal yang dilakukan kelompok Buddha ekstrem dalam membunuh. Muslimin Myanmar disiksa dan dibakar hidup-hidup, wanita-wanitanya diperkosa. Penyebab kelompok Buddha merasa aman dan leluasa membunuh Muslimin Myanmar adalah dukungan langsung militer dan diamnya pemerintahan yang berada di bawah pimpinan de facto Aung San Suu Kyi.

Imam Ali as pernah berkata, di dalam sebuah pemerintahan zalim, hak dan hakikat sepenuhnya dilanggar, dan kebatilan, kesalahan tumbuh subur, dan penindasan, ketidakadilan, kejahatan serta korupsi, tampak jelas. Kitab suci diabaikan dan para nabi serta orang-orang beriman dibunuh, masjid-masjid dihancurkan dan hukum Tuhan serta syariat-Nya diselewengkan dan diubah.

Lalu apa pendapat Islam tentang penindasan dan kezaliman yang menimpa Muslimin Myanmar dan secara umum, bagaimana pandangan Islam tentang penindasan dan penyerangan atas orang lain? Manusia, berdasarkan fitrah Ilahinya, menolak penindasan terhadap orang lain, bahkan terhadap binatang dan mengutuknya. Islam juga menentang keras penindasan dan penyerangan terhadap non-Muslim. Penindasan pada kenyataannya adalah menginjak-injak hak dan mengkhianati martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, Al Quran mengecam penindasan dan kezaliman, serta mengingatkan hukuman berat bagi orang-orang zalim.

Imam Ali as berkata, menindas orang lemah adalah penindasan paling buruk. Menyerang orang-orang lemah dan tidak punya perlindungan seperti Muslimin Myanmar, sangat dikecam oleh Islam, karena mereka tidak punya kemampuan membela diri. Rasulullah Saw terkait hal ini bersabda, murka Tuhan atas para penindas orang-orang yang tidak punya penolong selain Tuhan.

Menurut pandangan Islam, para penindas yang menzalimi dan mendominasi orang lain dengan kekuatannya, cepat atau lambat akan menerima akibatnya. Allah Swt dalam ayat 38, Surat Al Hajj berjanji kepada Mukminin untuk membela mereka, dan di akhir Surat Asy Syuara, Allah Swt mengancam para penzalim, "….kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali."

Tidak ada bedanya, apakah orang-orang zalim itu adalah Buddha esktrem Myanmar, rezim Zionis Israel atau negara-negara imperialis di Eropa dan Amerika. Mungkin saja keruntuhan dan kehancuran para penindas, ditangguhkan dan bahkan atas kehendak Allah Swt, balasan atas perbuatan mereka akan diberikan di akhirat nanti, namun azab dan hukuman adalah hal yang pasti.

Allah Swt dalam Surat Aali Imran ayat 178 berfirman, "Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan."

Sebagaimana penindasan dibenci oleh Allah Swt, menerima penindasan dan tunduk di hadapan kezaliman juga bukan perbuatan yang benar. Di Surat Asy Syura ayat 39, Allah Swt berfirman, "Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri." Oleh karena itu, menurut ayat ini, ketika ditindas, kita berkewajiban untuk membela diri semampu kita dan tidak membiarkan musuh dengan lancang melakukan apapun yang mereka mau.

Contoh nyata keberhasilan perlawanan semacam ini bisa kita saksikan pada Revolusi Islam Iran, perjuangan Hizbullah di Lebanon dan Intifada di Palestina. Muslimin Myanmar, meski minoritas, tapi harus berjuang semampu mereka untuk membela haknya di hadapan genosida militer dan kelompok Buddha ekstrem. Jika dilakukan, maka Allah Swt niscaya akan memberikan bantuan-Nya.

Di ayat 39 dan 40 Surat Al Hajj, Allah Swt berfirman, "Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah...".

Masalah terpenting terkait genosida terhadap Muslimin Myanmar adalah tanggung jawab saudara-saudara Muslim mereka dan negara-negara Muslim. Islam tidak hanya memerintahkan untuk membela Muslimin tertindas saja, tapi seluruh kaum tertindas dunia meski bukan Muslim, juga wajib dibela sejauh kemampuan yang dimiliki.

Pada ayat 72 Surat Al Anfal, Allah Swt berfirman, jika saudara-saudara Muslim kalian meminta pertolongan, maka tolonglah. Akan tetapi mungkin, ayat Quran terpenting yang menekankan urgensi membantu kaum tertindas adalah ayat 75 Surat An Nisa. Allah Swt dalam ayat itu menegur Muslimin yang lalai membela kaum tertindas.

Di ayat ini, Allah Swt berfirman, "Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". Menurut pendapat beberapa ahli tafsir, ayat ini mewajibkan Muslimin untuk membela kaum tertindas.

Di dalam riwayat pun sangat ditekankan untuk membela dan membantu orang-orang tertindas dan berjuang melawan orang-orang zalim. Nabi Isa as dalam sebuah kiasan yang penuh pelajaran berkata, jika sebuah kamar di sebuah rumah terbakar dan apinya tidak dimatikan, maka api itu akan menjalar ke kamar-kamar lain. Penindasan pun seperti itu, jika sejak awal tidak dicegah kemunculannya, maka domainnya akan menyebarluas.

Imam Ali as kepada putranya berkata, jadilah musuh orang-orang zalim dan penolong orang-orang tertindas. Hal itu pulalah yang dilakukan oleh beliau sepanjang hidupnya hingga menyebabkannya gugur syahid. Pada prinsipnya, teladan hidup Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as, menekankan pembelaan terhadap kaum tertindas dan melawan orang-orang zalim dengan berbagai cara. Sebagaimana juga Imam Hassan as yang gugur syahid dalam perlawanan atas penindasan dan kebobrokan moral Yazid bin Muawiyah, bukan hanya beliau sendiri, tapi seluruh sahabat dan orang-orang dekatnya.  

Jika orang tertindas yang dimaksud adalah Muslim, maka kewajiban Muslim yang lain bertambah dua kali lipat. Al Quran dalam Surat Al Anbiya ayat 92 menerangkan, "Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku." Untuk melengkapi ayat ini, Allah Swt di Surat Al Hujurat ayat 10 menyebut setiap Muslim bersaudara. Maka dari itu masing-masing Muslim berkewajiban untuk membela sesamanya dan tidak diragukan pembelaan atas nyawa, harta dan keluarga setiap Muslim adalah yang terpenting.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda, orang yang menghabiskan waktu sehari semalam dan tidak memikirkan nasib saudara Muslimnya, maka ia bukan Muslim. Di dalam hadis yang lain Rasulullah Saw berkata, setiap Muslim yang mendengar teriakan permintaan tolong seorang manusia, namun tidak menolongnya, maka ia bukan Muslim.

Oleh karena itu, kewajiban Muslimin terkait tragedi genosida Muslimin Myanmar sepenuhnya jelas. Muslimin atas dasar panggilan Islam dan kemanusiaan, harus segera mengerahkan kemampuan yang mereka miliki untuk membantu dan menolong sesama di bagian dunia lain, termasuk di Myanmar.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam upaya penyadarannya, menegaskan, bencana yang menimpa Muslimin Myanmar bukan karena bentrokan antara kelompok Buddha ekstrem dengan Muslimin semata, tapi sebuah skenario politik yang eksekutornya adalah pemerintah Myanmar sendiri.

Kepala pemerintahan Myanmar adalah seorang wanita keji yang menerima hadiah Nobel perdamaian, dan bencana kemanusiaan di Myanmar, sebenarnya telah membunuh Nobel perdamaian itu. Rahbar menegaskan, negara-negara Muslim berkewajiban mengambil langkah efektif untuk menghentikan genosida ini.

Akan tetapi maksud dari langkah efektif itu, katanya, bukanlah pengerahan pasukan, tapi tekanan politik, ekonomi dan perdagangan atas pemerintah Myanmar harus ditingkatkan, dan kejahatan mereka harus disampaikan kepada masyarakat dunia. Namun sungguh disesalkan, negara-negara Muslim sampai sekarang belum menunjukkan langkah signifikan. Padahal solidaritas umat Islam untuk membantu Muslimin tertindas Myanmar, dipastikan bisa mencegah berlanjutnya pembantaian atas mereka.

Tags