Ketika Kemanusiaan Memudar
Selama beberapa hari terakhir kita mendengar berita mengerikan. Berita ini menyebutkan bahwa pada Ahad (6 juni 2021) dalam sebuah serangan terencana, seorang warga Kanada sengaja membantai satu keluarga Muslim beranggotakan empat orang.
Pria tersebut di selatan Ontario menyerang anggota keluarga Muslim ini yang tengah berjalan dengan truknya. Akibat serangan brutal ini, hanya anak laki-laki berusia 9 tahun yang selamat, dan kini masih dirawat di rumah sakit.
Menurut laporan AFP dari London, Ontario, tersangka Nathaniel Veltman, 20 tahun setelah melakukan aksinya langsung melarikan dan dan kemudian ditangkap. Menurut keterangan polisi, tidak ada kontak antara tersangka dan korban. Menurut pengamat, "Mereka adalah orang tak berdosa, dan dibunuh karena status Muslimnya."
Insiden mengerikan ini menuai beragam respon. Sejumlah pihak menyebutnya tragedi besar yang membuat masyarakat Kanada mengalami ujian berat. Sabour Khan, ketua Organisasi Muslim London di wawancaranya dnegan media resmi negara ini "CBC) mengatakan, " Saya takut untuk teman-teman saya dan komunitas saya. Saya takut karena cadar dan mereka yang memakai pakaian adat muslim. Aksi teroris ini membawa masyarakat ke arah terorisme."
Islamofobia bukan hal baru di dunia Barat. Di abad 19 dan awal abad 20, ketika dunia Islam tengah pasif dan mundur, serta Muslim mulai kehilangan posisi serta mundur. Kelompok anti-Islam tidak lagi memiliki kekhawatiran terhadap Islam. Setelah kebangkitan dan pemulihan identitas dunia Islam, yang dimulai pada akhir abad kedua puluh, terutama dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, secara bertahap perasaan takut terhadap Islam dan konfrontasi dengan Muslim di Barat dimulai dalam dimensi baru. Awal abad ke-21 bertepatan dengan insiden 11 September dan serangan terhadap Menara Kembar. Insiden ini dan konsekuensinya menyebarkan anti-Islam dan Islamofobia di dunia Barat.
Sejak itu, selain peristiwa 11 September 2001, setiap insiden lain, seperti ledakan stasiun kereta api Madrid pada Maret 2004 dan pengeboman stasiun bawah tanah London pada 2005, dengan cepat dikaitkan dengan umat Islam dan telah menjadi simbol perilaku dan budaya Muslim. Dalam masyarakat Amerika dan masyarakat Eropa, terjadi peristiwa dimana korbannya adalah Muslim, terutama mereka yang mengikuti penampilan dan ritual Islam.
Kebijakan anti-Islam pemerintah Barat dalam membatasi Muslim, pada dasarnya, telah mendorong kebencian terhadap Muslim dan serangan teroris terhadap Muslim. Setelah peristiwa 11 September, beberapa sosiolog Barat mengusulkan bahwa "Bisa jadi seorang teroris bukan Muslim, tetapi seorang Muslim pasti teroris."
Hal ini menyebabkan berbagai film yang membangkitkan kebencian terhadap umat Islam di benak penonton diproduksi. Sejak itu, ratusan tindakan kriminal telah dilakukan terhadap umat Islam, masjid dan tempat-tempat milik umat Islam. Menurut statistik Kanada, kejahatan rasial yang menargetkan Muslim Kanada meningkat sekitar 253 persen dari 2012 hingga 2015.
Dalam beberapa kasus, tindakan kekerasan ini bahkan berujung pada pembunuhan umat Islam di komunitas tersebut. Pada 29 Januari 2017, seorang penyerang rasis bersenjata menembaki jamaah dalam serangan teroris di Masjid Quebec, menewaskan enam orang dan melukai 19 lainnya. Peristiwa ini mengejutkan semua orang dan membuat takut umat Islam.
Tindakan anti-Muslim seperti itu tidak terbatas pada kekerasan Barat. Sebaliknya, sementara pemerintah Kanada mengutuk serangan terhadap Muslim, sebenarnya tidak mengambil tindakan untuk memerangi kekerasan, tetapi dalam beberapa kasus menghasut dan mempromosikan ujaran kebencian. Sebagai contoh, para peneliti mengatakan sistem pendidikan publik Kanada mempromosikan sikap Islamofobia di kalangan anak muda dan remaja.
Media Kanada juga sering mencoba menggambarkan Muslim sebagai tidak manusiawi, ekstremis, fanatik dan berbahaya, sehingga menimbulkan rasa kebencian pada orang lain. Dalam kejahatan terbaru ini - pembunuhan keluarga Muslim yang tidak bersalah - situs web London Free Press menggambarkan serangan itu sebagai salah satu kekerasan yang sedang berlangsung terhadap Muslim di Kanada dan menulis bahwa Dewan Nasional Muslim Kanada antara tahun 2015-2019 memiliki data lebih dari 300 serangan penyerangan terhadap Muslim, lebih dari 30 di antaranya disertai dengan kekerasan fisik yang parah.
Namun, pendekatan anti-Islam belum mampu mencegah orang untuk beralih ke agama ilahi ini. Menurut statistik yang diterbitkan, Islam adalah agama terpenting kedua di Kanada setelah Kristen, yang merupakan agama mayoritas orang Kanada. Meskipun tradisi Kristen masih lazim di negara ini, perlu dicatat bahwa tingkat orang Kristen Kanada telah turun dari 98% pada tahun 2001 menjadi 67,3% pada tahun 2011.
Situasi ini telah terjadi dalam setengah abad terakhir setelah migrasi banyak Muslim dari berbagai negara ke Kanada, dan Islam tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada agama lain. Banyak orang Kanada telah masuk Islam sekarang. Jumlah masjid dan musholla di negeri ini semakin bertambah dan banyak perkumpulan dan kelompok Islam yang aktif di negeri ini. Selain menunjukkan penyebaran Islam di negeri ini, kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa risalah Islam dipahami dan didengar sebagai agama damai dan sebagainya.
Menurut para peneliti, serangan yang meluas terhadap Islam telah memotivasi kaum muda untuk belajar tentang Islam dan membuka jendela realitas bagi mereka. Islamofobia palsu membuat seorang pemuda seperti Gregory di Kanada penasaran untuk mengetahui agama apa yang dipropagandakan secara negatif oleh media Barat. Sementara itu, sebuah kejadian sederhana akan membuat remaja Kanada yang penasaran ini menyadari realitas Islam.
"Suatu hari saya berada di sebuah situs web di Internet ketika seorang Muslim secara tidak sengaja memasuki ruang obrolan saya dan memperkenalkan dirinya dan agamanya," katanya. Saya bertanya kepadanya tentang Islam dan dia menjawab dan dengan jawabannya saya secara bertahap menjadi tertarik pada Islam. Gregory menghabiskan beberapa waktu untuk meneliti Islam dan kitab suci Muslim, dan akhirnya menemukan bahwa Islam bukan agama kekerasan dan ekstremisme, tetapi juga memberi manusia harapan dan identitas baru melalui ajaran spiritualnya yang konstruktif. Dia adalah salah satu dari ratusan anak muda yang memilih Islam sebagai agama yang memiliki tujuan dan makna.
Ideologi Islamofobia dan serangan terhadap Islam adalah realita dunia kita saat ini dan menambah domain luas sambutan terhadap agama ialhi ini. Namun pertanyaannya yang sampai saat ini belum terjawab adalah, apakah hak manusiawi dapat diabaikan di perlawanan terhadap sebuah agama atau keyakinan, dan hak hidup dicabut ? Apalagi hal tersebut terjadi di sebuah masyarakat yang mengklaim pembela HAM, kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama?
Tidak diragukan lagi, insiden teroris baru di Kanada merupakan kelanjutan dari kurangnya perhatian otoritas Kanada untuk memperbaiki situasi hak asasi manusia dan menghormati hak-hak minoritas di negara ini. Pada saat yang sama, aliran humanisme di Barat, yang menjadikan manusia sebagai pusat alam semesta dan fokus dari semua aliran dan program langit, dan menganggap orisinalitas manusia dan pemahamannya dalam segala bidang, menciptakan berhala baru yang disebut manusia yang menggantikan kemanusiaan atau rasa hormat terhadap manusia lain dengan egoisme dan superioritas.
Hasilnya adalah prevalensi perasaan kekosongan, kesia-siaan, dan perasaan tidak aman mental di antara individu, terutama di kalangan pemuda Barat. Dari sudut pandang sosiolog Prancis, "Henri Lefebvre" adalah keterasingan tersembunyi dalam kehidupan Barat sehari-hari. Kehidupan di kota-kota kapitalis telah menjadi pengulangan yang membosankan. Semakin sedikit mereka berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung satu sama lain.
Manusia Barat meski memiliki peralatan dan jaringan komunikasi canggih, namun menjadi manusia paling kesepian di sejarah yang mengindap rasa ketakutan dan rasa tidak aman. Dan kini tingkat kemarahan dan ketakutan mereka berada di level tertinggi. Fukuyama menyebut kendala utama masyarakat ini adalah jatuhnya kemanusiaan dan krisis akibat keruntuhan moral.
Dan yang paling disesalkan adalah dampak dari kemarahan dan kekhawatiran akibat kekosongan aliran materialis menimpa manusia-manusia tak berdosa yang jika kita katakan dosanya adalah karena mereka Muslim.