Ketika Biden Menekankan Keberlanjutan Kehadiran Militer AS di Asia Barat
(last modified Thu, 17 Oct 2024 04:10:24 GMT )
Okt 17, 2024 11:10 Asia/Jakarta
  • Presiden AS Joe Biden
    Presiden AS Joe Biden

Gedung Putih mengumumkan pada hari Selasa (15/10) bahwa Presiden AS Joe Biden, yang khawatir akan balasan Iran terhadap agresi apa pun yang dilakukan rezim Zionis, mengumumkan dalam sebuah surat kepada Kongres bahwa pasukan AS akan terus ditempatkan di kawasan Asia Barat (Timur Tengah).

Mengacu pada balasan rudal Tehran terhadap serangan Israel dan dukungan penuh Amerika terhadapnya, Biden mengatakan dalam surat ini, Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah mengubah postur militer AS untuk meningkatkan perlindungan pasukan Amerika dan meningkatkan dukungan terhadap pertahanan Israel. Perubahan ini termasuk perluasan misi kelompok kapal induk Abraham Lincoln dengan kapal perusak pengawal dan skuadron udara yang membawanya, termasuk pesawat tempur F-35 generasi kelima.

Presiden Partai Demokrat Amerika Serikat menyatakan dalam surat ini, Kami juga memiliki kapal perusak yang mampu melakukan pertahanan rudal balistik, kapal selam Georgia yang mampu meluncurkan rudal, kapal serbu amfibi, beberapa skuadron tempur dan penyerang termasuk pesawat tempur generasi keempat dan kelima seperti F22, F15 dan kami telah mengerahkan F-16, serta pesawat serang E-10 dan pasukan lainnya di wilayah tersebut.

Biden menambahkan, Pasukan Amerika Serikat akan tetap berada di kawasan untuk menjamin kepentingan nasional yang penting, termasuk melindungi rakyat dan aset Amerika dari serangan Republik Islam Iran dan kelompok sekutunya, dan terus mendukung pertahanan Israel.

Presiden AS Joe Biden

"Saya telah memerintahkan pengerahan sistem pertahanan rudal anti-balistik dan personel militer AS yang mampu mengoperasikannya ke Israel untuk mempertahankan diri dari serangan rudal balistik lebih lanjut,” jelas Presiden AS.

Menurut Biden, Saya telah mengeluarkan perintah untuk memperkuat posisi militer di Timur Tengah berdasarkan tanggung jawab saya sebagai panglima tertinggi dan sesuai dengan kewenangan saya.

Penekanan Biden terhadap kelanjutan kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia Barat (Timur Tengah) ditujukan untuk melindungi kepentingan Washington di kawasan sensitif tersebut, yang mencakup kawasan Teluk Persia sebagai kawasan geostrategis.

Tampaknya salah satu tujuan dan kepentingan paling penting yang ditetapkan Amerika di kawasan ini adalah isu dukungan dan perlindungan Israel sebagai sekutu strategis Amerika.

Setelah Perang Dunia II, Israel menerima bantuan luar negeri AS dalam jumlah terbesar.

Laporan Pusat Penelitian Kongres AS menunjukkan bahwa Gedung Putih telah menyumbangkan 300 miliar dolar kepada rezim ini dari tahun 1948 hingga awal tahun 2023, jumlah yang bahkan tidak dibelanjakan untuk negara bagiannya sendiri.

Dukungan Washington terhadap rezim Zionis sudah ada sejak berdirinya rezim Zionis pada tahun 1948, dengan alasan konyol bahwa “tujuan strategis bersama dan komitmen bersama terhadap nilai-nilai demokrasi” adalah alasan atas dukungan yang murah hati dan tidak terbatas ini.

Hal yang luar biasa adalah bahwa bantuan kepada Israel dianggap sebagai undang-undang di Amerika, dan undang-undang ini mewajibkan otoritas eksekutif di Amerika untuk mengambil tindakan apa pun untuk mempertahankan “superioritas militer kualitatif” Israel atas semua negara di kawasan.

Dengan pecahnya perang Gaza, pemerintahan Biden telah mengirimkan banyak peralatan militer, senjata, dan segala jenis amunisi, termasuk bom berpemandu dan anti-bungker, ke Palestina yang diduduki, yang totalnya sejauh ini berjumlah sekitar 70,000 ton, yang mengakibatkan terbunuhnya lebih dari 42.000 orang dan sekitar 100.000 orang kehilangan tempat tinggal di Gaza dan sekitar 70% wilayah Gaza hancur total.

Selain bantuan tahunan sebesar 3,8 miliar dolar kepada Israel, Washington juga telah menyetujui paket bantuan sebesar 14 miliar dolar kepada rezim ini.

Menurut penelitian baru, AS telah memberikan setidaknya 19,9 miliar dolar bantuan militer kepada Israel sejak awal perang Gaza.

Laporan ini, yang diselesaikan sebelum pembukaan front kedua Israel terhadap Hizbullah di Lebanon, merupakan salah satu laporan pertama mengenai perkiraan biaya Amerika Serikat untuk mendukung Israel dalam perang di Gaza dan Lebanon.

Pasca dibukanya front perang baru oleh Israel di Lebanon, serta respon rudal Iran dalam operasi Wa'ad Sadiq 2 terhadap pelanggaran kedaulatannya dan kejahatan rezim Zionis, khususnya teror Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas, Sayid Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, dan Jenderal Nilforoushan, [enasehat militer senior Iran di Lebanon, yang sempat menimbulkan ketakutan bagi Zionis, kini pemerintahan Biden berusaha memberikan kekuatan kepada para pejabat senior rezim Zionis dan untuk menunjukkan komitmennya terhadap keamanan rezim ini, bukan hanya dengan memperluas misi unit tempur angkatan laut dan udara AS dan pengerahan peralatan dan unit baru di kawasan, tapi juga dengan mengirimkan sistem anti-rudal THAAD ke Wilayah Pendudukan Palestina, dengan harapan mampu meningkatkan tingkat pencegahan rezim Zionis.

THAAD

Namun pengalaman operasi Wa'ad Sadiq 2 menunjukkan bahwa sistem anti-rudal rezim Zionis, termasuk sistem Arrow, yang mirip dengan sistem THAAD, tidak mampu secara efektif mencegat rudal Iran, terutama rudal hipersonik Fatah.

Isu lain yang diangkat Biden sebagai alasan untuk melanjutkan dan memperkuat kehadiran militer AS di Asia Barat adalah isu perlindungan rakyat dan aset AS dari serangan Republik Islam Iran dan kelompok yang bersekutu dengannya.

Pertanyaannya adalah, kepentingan-kepentingan manakah yang telah ditetapkan oleh Amerika di kawasan ini, yang menjadi dasar Amerika mengambil segala tindakan yang bertentangan dengan hukum internasional?

Contoh nyata dari hal ini adalah pendudukan dan kehadiran ilegal pasukan militer AS di beberapa provinsi di Suriah, yang awalnya dimulai dengan dalih memerangi ISIS pada masa kepresidenan Barack Obama dan berlanjut pada masa pemerintahan Donald Trump dan Joe Biden.

Selain itu, penguatan kehadiran militer Amerika di kawasan dalam satu tahun terakhir dilakukan dalam rangka melindungi Israel dari agresi dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terus berlanjut, termasuk genosida terhadap masyarakat Gaza meluasnya perang ke Lebanon dan meningkatkan serangan ke Suriah dan mengancam Iran dengan serangan.(sl)