Mengapa Terjadi Peningkatan Friksi Eropa dalam Menghadapi Perang Tarif Trump?
-
AS Vs UE
Pars Today - Presiden AS Donald Trump sekali lagi memicu perang dagang dengan dunia dengan mengumumkan bahwa ia akan menentukan tingkat tarif impor dengan mengirimkan surat ke 12 negara mulai Senin, 7 Juli.
Surat-surat ancaman Trump berisiko memicu kembali kekacauan perang tarif yang telah mengikis kepercayaan bisnis dan konsumen awal tahun ini serta mengguncang pasar keuangan.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperingatkan pada hari Minggu bahwa jika negara-negara gagal mencapai kesepakatan perdagangan dengan AS pada 1 Agustus, mereka harus bersiap menghadapi tarif yang akan kembali ke tingkat yang diumumkan pada bulan April.
Meskipun Trump telah mengancam akan mengenakan tarif hingga 70% pada impor dari negara lain, ketidakpastian yang diciptakan oleh Washington telah mengirimkan gelombang kejut ke seluruh ekonomi global, dengan bisnis menghentikan investasi dan dolar mengalami kinerja terburuknya dalam 50 tahun pada paruh pertama tahun ini.
Menjelang tenggat waktu Trump pada 9 Juli, Komisi Eropa masih belum memutuskan bagaimana presiden AS akan menangani blok ini, yang mengancam perdagangan transatlantik senilai €1,6 triliun.
"Pertanyaan mendasar di antara negara-negara anggota Uni Eropa adalah apakah mereka harus setuju dengan AS dengan segala cara untuk menghindari perang dagang, atau menunjukkan kekuatan mereka jika kesepakatan itu tidak cukup baik," kata seorang diplomat Uni Eropa.
The Guardian melaporkan bahwa masyarakat Eropa terbagi pendapat tentang bagaimana menanggapi perang tarif ini.
Para pemimpin Uni Eropa berselisih mengenai taktik, dengan hanya dua hari tersisa untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan dengan Washington guna menghindari ancaman tarif impor 50 persen dari Trump. Blok tersebut memasuki minggu yang kritis.
Perbedaan tersebut kini terkristalisasi dalam perbedaan posisi Jerman dan Prancis terkait isu ini.
Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan ia menginginkan kesepakatan yang cepat, serupa dengan yang dicapai Inggris dengan AS, untuk menghindari perang dagang yang berlarut-larut, sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan ia lebih suka menunggu kesepakatan yang lebih baik jika kesepakatan yang terburu-buru dan "tidak seimbang" memang sudah disampaikan.
Seiring perundingan Uni Eropa-AS mendekati fase terakhir dan paling kritis, industri di seluruh Eropa bersiap menghadapi tantangan baru, dengan atau tanpa kesepakatan dengan AS.
Mereka memperkirakan biaya yang bakal diterapkan Presiden Trump mencapai setidaknya 10% untuk ekspor ke AS, lima kali lebih tinggi daripada rata-rata 2% sebelum pemilihannya tahun lalu.
Namun, pemerintahan Trump diperkirakan akan menuntut tarif yang jauh lebih tinggi dari Uni Eropa daripada tarif 10% dalam daftar tarif Trump.
Trump memberlakukan tarif "Hari Kebebasan" yang bersifat menghukum di hampir semua negara pada 2 April, tetapi seminggu kemudian ia menarik kembali keputusannya, dan menundanya selama 90 hari.
Amerika Serikat kini berada di ambang perang dagang baru dengan puluhan negara. Karena periode penangguhan tarif 90 hari berakhir pada hari Rabu, 9 Juli, dan hanya dua kesepakatan – dengan Inggris dan Vietnam – yang telah dicapai.
Trump telah mengambil pendekatan intimidasi, paksaan, dan tekanan untuk memaksa mitra dagang AS menerima dan mematuhi tuntutan Washington.
Ini berarti perang dagang habis-habisan dengan banyak negara berkembang, terutama Cina, serta mitra dagang Eropa, terutama Jerman, dan mitra blok Barat seperti Kanada, Meksiko, Jepang, dan Korea Selatan.
Para ahli telah memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang antara Cina dan AS akan berdampak serius bagi ekonomi global.
Trump juga menuduh Eropa mengambil keuntungan dari AS dan menyebut UE "lebih buruk dari Cina". Karena itu, ia diperkirakan akan bersikap keras terhadap negara-negara Eropa terkait masalah tarif perdagangan.
Sejalan dengan prediksi ini, Komisaris Perdagangan UE mengancam minggu lalu, selama pembicaraan dengan anggota senior pemerintahan Trump, termasuk Bessent, bahwa UE akan mengenakan tarif 17% pada impor pangan dari AS.
Ringkasnya, tindakan Trump mengenakan tarif baru terhadap mitra dagang utama dan banyak negara sama saja dengan dimulainya perang dagang terhadap seluruh dunia, yang pasti akan menimbulkan banyak efek dan akibat terhadap ekonomi dan perdagangan global, dan akibatnya terhadap politik dan keamanan dunia.(sl)