Sekjen Hizbullah: Kami Tidak akan Bersabar Selamanya
-
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sheikh Naim Qassem
Pars Today - Dalam wawancara dengan televisi Al-Mayadeen, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menjelaskan perkembangan regional dan peran Iran serta Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam memajukan tujuan Poros Perlawanan.
Dalam wawancara dengan televisi Al-Mayadeen yang dipublikasikan pada hari Kamis (10/07/2025), Sheikh Naim Qassem, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, menyampaikan pandangannya tentang berbagai isu, termasuk proses dukungan untuk perang Gaza, perang di Lebanon, situasi politik dan militer Hizbullah saat ini, insiden pager, dan perkembangan terkait Iran.
Menurut laporan Pars Today, Sheikh Naim Qassem mengatakan, Menyusul pertemuan yang diadakan setelah agresi rezim Zionis di Gaza di Dewan Pimpinan Hizbullah Lebanon, kesimpulannya adalah bahwa dukungan untuk Gaza akan dibatasi dan proses perkembangan akan ditinjau hingga keputusan akhir dibuat terkait hal ini.
Menurut Sheikh Naim Qassem, Beberapa minggu setelah memasuki operasi dukungan, kesimpulan akhir dicapai bahwa Hizbullah tidak akan memasuki perang habis-habisan. Alasannya adalah bahwa mencapai tujuan yang diinginkan juga dimungkinkan tanpa memasuki perang habis-habisan.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon mengatakan bahwa tujuan gerakan untuk front dukungan tersebut termasuk melibatkan sejumlah besar pasukan militer Israel di wilayah utara, migrasi pemukim untuk menciptakan krisis sosial, ekonomi, dan keamanan di Palestina utara yang diduduki, dan menimbulkan jumlah korban jiwa terbesar di kalangan tentara Israel.
Hizbullah tidak mengetahui Operasi Badai Al-Aqsa sebelumnya
Menyinggung tidak adanya koordinasi dengan pasukan perlawanan Palestina terkait Operasi Badai Al-Aqsa, Sheikh Naim Qassem menekankan, Kami tidak mengetahui operasi ini sebelumnya dan itulah sebabnya kami tidak terlibat dalam perang habis-habisan.
Disebutkan bahwa Hizbullah menerima surat dari Syahid Mohammed Deif, Panglima Brigade Qassam, yang menyatakan bahwa operasi dukungan Hizbullah di Gaza sudah memadai dan dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sekjen Hizbullah Lebanon menambahkan bahwa menurut informasi yang dimilikinya, bahkan Tehran tidak mengetahui operasi 7 Oktober, dan bahkan sejumlah komandan Hamas di luar Gaza tidak mengetahui operasi ini.
Bagaimana cerita di balik ledakan pager?
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon mengatakan, Dalam hal pembelian pager, keberadaan celah keamanan telah terbukti selama satu setengah tahun terakhir, dan bahan peledak yang ditanam di dalam pager itu merupakan jenis yang tidak dapat dideteksi oleh sarana yang ada.
Sheikh Naim Qassem menambahkan bahwa dua hari sebelum operasi pager, ditemukan tanda-tanda mencurigakan, termasuk fakta bahwa pager tersebut rusak, yang menyebabkan Israel melancarkan operasinya lebih awal.
Ia mengatakan bahwa 1.500 pager lain yang disusupi bom berada di Turki, yang dihancurkan atas permintaan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati kepada Erdogan.
Sheikh Naim Qassem menyebut pengaruh manusia dalam elemen-elemen Hizbullah sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah informasi yang diperoleh melalui kegiatan penyadapan, drone, dan teknologi lainnya, dan menekankan bahwa tidak ada pengaruh keamanan, terutama di antara elemen-elemen inti atau para pemimpin internal Hizbullah. Ia berjanji akan menyampaikan masalah ini kepada publik jika hal tersebut terbukti.
Reaksi Hizbullah terhadap perkembangan pascagencatan senjata Lebanon
Syekh Naim Qassem menekankan bahwa Hizbullah tidak akan bersabar selamanya terkait kelanjutan agresi rezim Zionis terhadap Lebanon setelah penandatanganan gencatan senjata. Di saat yang sama, beliau menekankan bahwa tekanan yang ada tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan dan Hizbullah tidak akan pernah menyerah.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, yang menunjukkan bahwa gerakan ini sedang dalam fase pemulihan, menekankan bahwa jika Israel menyerang Lebanon, kami akan melawan mereka.
Menyinggung rumor Zionis tentang penghancuran 500 depot senjata menengah dan berat milik Hizbullah dan mengatakan bahwa mereka hanya berbicara tentang wilayah selatan Sungai Litani, Sekjen Hizbullah menyebut Lebanon sangat luas dan tidak ingin membahas detailnya.
Peran Iran dalam kelanjutan perlawanan
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menyoroti peran Iran dalam proses perang dan menekankan Tehran memiliki penilaian yang jelas bahwa keterlibatan Iran dalam perang berarti menyeret AS ke dalam perang dengan Iran, yang akan menguntungkan Israel, yang ingin menyeret AS ke dalam konflik.
Sekjen Hizbullah menambahkan, Oleh karena itu, akan lebih baik bagi Iran untuk tidak campur tangan dalam proses ini dan melanjutkan peran mereka dalam memberikan dukungan finansial, militer, politik, dan media. Dukungan ini memainkan peran fundamental dalam kelanjutan kami dan stabilitas seluruh poros perlawanan.
Sheikh Naim Qassem menambahkan bahwa Imam Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, mengikuti perkembangan di Gaza dan Lebanon setiap hari, dan laporan akan sampai kepadanya, dan ia memiliki tindak lanjut yang luar biasa dalam hal ini.
Sikap Hizbullah terkait perkembangan di Suriah
Sheikh Naim Qassem mengatakan bahwa perkembangan di Suriah berdampak pada Gaza, sehingga ketika pemerintah Suriah jatuh, peran pendukung dari Suriah pun terhenti.
Sekjen Hizbullah menggambarkan isu-isu terkait normalisasi hubungan dengan rezim Zionis sebagai hal yang sangat berbahaya dan menekankan bahwa Suriah tidak seharusnya ikut serta dalam proses normalisasi. Dengan menyatakan bahwa "kepercayaan kami kepada rakyat Suriah sangat besar", Sheikh Naim Qassem menekankan bahwa rakyat Suriah tidak akan menerima normalisasi dan ini adalah tanggung jawab mereka dan kami.
Merujuk pada pendudukan rezim Zionis yang berkelanjutan di wilayah Suriah, ia mengatakan bahwa Israel menduduki 600 kilometer persegi wilayah Golan dan Quneitra, tetapi pemerintah Suriah tidak melakukan apa pun. Zionis tidak meninggalkan kekuatan militer apa pun untuk tentara dan pemerintah Suriah dan melanjutkan agresi mereka.
Ia menekankan bahwa rezim Zionis adalah rezim yang tamak dan kriminal, tak pernah puas, dan biadab, dan Amerika, sebagai tiran terbesar di dunia, turut serta.
Sekretaris Jenderal Hizbullah melanjutkan bahwa gerakannya tidak akan mengambil langkah praktis apa pun untuk mengubah pendekatan pemerintah Suriah dalam menormalisasi hubungan, karena hal itu tidak ada hubungannya dengan mereka. Sebaliknya, secara teoritis Hizbullah menentang proses normalisasi.
Perkembangan internal Lebanon
Sekretaris Jenderal Hizbullah juga meninjau perkembangan internal negara dan posisi Jenderal Joseph Aoun, yang kemudian memuji sikap itu lalu mengatakan, Jelas sejak awal bahwa beliau selalu menekankan Israel harus menarik diri dari Lebanon.
Sheikh Naim Qassem melanjutkan bahwa prinsip-prinsip ini adalah prinsip yang sama yang diyakini Hizbullah dan merupakan prinsip yang sepenuhnya nasionalis.
Menurut Sekjen Hizbullah, tiga serangkai tentara, bangsa, dan perlawanan sebagai kekuatan Lebanon saat ini dan menekankan bahwa dunia saat ini sedang memikirkan bagaimana berinteraksi dengan Lebanon, karena negara ini kuat dan jika Lebanon lemah, tidak akan ada yang memperhatikannya.(sl)