Kekhawatiran Iran atas Kondisi Afghanistan
Republik Islam Iran lebih dari empat dekade menerima pencari suaka dan imigran asing yang mayoritasnya dari negara tetangga, Afghanistan dan tanpa diskriminasi memperlakukan mereka seperti warganya sendiri.
Mahdi Mahmodi, Dirjen urusan warga imigran asing di Kementerian Dalam Negeri Iran Senin (5/7/2021) saat bertemu dengan Amir Ghul Shahi, ketua Komisi Budaya dan Agama di parlemen Afghanistan serta sejumlah wakil negara ini, seraya menjelaskan isu ini juga mengisyaratkan kekhawatiran dan sejumlah kesulitan di bidang ini.
Bentrokan yang saat ini terjadi di Afghanistan pastinya memberi dampak negatif bagi masa depan negara ini. Salah satu dampak tersebut adalah arus pengungsian warga. Meski selama beberapa tahun terakhir banyak upaya yang dilakukan pemerintah Afghanistan dan negara tuan rumah pengungsi Afghanistan, khususnya Iran untuk mendorong mereka kembali ke negaranya, tapi mayoritas pengungsi masih belum menemukan kondisi kondusif untuk kembali ke negaranya. Di kondisi seperti ini, seiring dengan eskalasi instabilitas, sepertinya kita akan menyaksikan gelombang baru imigran Afghanistan ke negara lain.
Laporan PBB, Komisi HAM dan Kantir Imigran Afghanistan menunjukkan, akibat eskalasi konflik, arus pengungsian ke negara tetangga meningkat. Laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menunjukkan, akibat perang dan kekerasan, warga terpaksa lari dari wilayah dan desa mereka. Sekitar 60 persen pengungsi ini adalah anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun.
Menurut Menteri urusan Pengungsi dan Repatriasi Afghanistan, Noor Rahman Akhlaqi, saat ini sekitar 2,5 juta warga Afghanistan yang memiliki dokumen maupun tidak, berada di Republik Islam Iran.
Eskalasi instabilitas dan kekerasan di Afghanistan, pengungsian jutaan orang di dalam dan luar negeri serta kerusakan akibat perang termasuk hasil dari pendudukan dan kehadiran 20 tahun militer AS.
Wakil tetap Republik Islam Iran di PBB, Majid Takht-Ravanchi di sidang terbaru Dewan Keamanan terkait Afghanistan seraya mengisyaratkan penarikan pasukan asing dari negara ini mengungkapkan, dengan penarikan pasukan asing dari Afghanistan, Taliban tidak lagi memiliki alasan untuk melakukan kekerasan. Oleh karena itu, kekerasan ini harus dihetikan; Tunjukkan bahwa dia ingin berinteraksi dengan rekan senegaranya menggunakan kekuatan logika daripada logika kekuatan; Dan untuk meraih kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini melalui sarana politik untuk dengan tulus berkontribusi pada pembentukan perdamaian abadi di Afghanistan.
Majid Takht-Ravanchi mengingatkan, Iran termasuk tuan rumah bagi jutaan pengungsi Afghanistan dan dengan menciptakan jalur bagi negara tertutup ini dengan laut melalui Pelabuhan Chabahar dan dengan Eropa melalui jalur kereta api Khaf-Herat telah membuktikan bahwa Tehran bersama pemerintah dan rakyat Afghanistan untuk menciptakan sebuah pemerintah yang aman dan stabil, demokratis dan makmur. Iran akan melanjutkan kerja sama ini.
Di kondisi saat ini, pandemi Corona telah meningkatkan kesulitan para pengungsi. Wajar jika UNHCR dan pemerintah tuan rumah menghadapi kendala lebih besar dalam memberi pelayanan kesehatan dan pengobatan. Meski ada kebutuhan pengungsi yang terus meningkat dan sanksi tak manusiawi, dukungan kepada para pengungsi menghadapi kesulitan lebih besar, tapi Republik Islam Iran tidak pernah mundur dari memberi pelayanan yang dibutuhkan mereka.
Namun demikian harus dikatakan bahwa masa depan jutaan pengungsi sangat bergantung pada perundingan damai dan juga komitmen masyarakat dunia untuk membantu penerapan stabilitas dan keamanan serta rekonstruksi infrastruktur ekonomi serta pendapatan Afghanistan. Republik Islam Iran menganggap perdamaian dan keamanan di Afghanistan sebagai perdamaian dan keamanan Iran sendiri, dan dengan pendekatan seperti ini, Tehran mendukung pendekatan dan proses perdamaian serta memajukan proses perdamaian antara Afghanistan. (MF)