Iran; Korban Abadi Terorisme
Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi seraya menjelaskan bahwa pembalasan bagi Syahid Sayyad Khodai sebuah kepastian menekankan, tak diragukan lagi ada jejak dari kubu arogan dunia di aksi teror ini.
Musuh Republik Islam Iran kembali menunjukkan kejahatannya dan Minggu (22/5/2022) menembak mati Kolonel Hassan Sayyad Khodaei di Tehran dengan lima peluru.
Sayid Ebrahim Raisi Senin (23/5/2022) sebelum bertolak ke Oman menjelaskan, tak diragukan lagi ada jejak kubu arogan dunia di kejahatan ini, dan mereka yang gagal membela Haram dapat dilihat, di mana dengan cara ini mereka ingin menunjukkan keputusasaannya.
Iran salah satu korban terbesar teror di antara negara-negara dunia, dan sampai saat ini lebih dari 17 ribu warga dan pejabat Republik Islam Iran gugur diteror.
Sejak hari-hari pertama kemenangan Revolusi Islam dan rusaknya perimbangan kubu arogan dunia, Iran senantiasa menjadi target gelombang kebencian musuh dan anasir yang berafiliasi dengan mereka termasuk kelompok teroris MKO. Kelompok teroris MKO dari 31 Maret 1983 hingga 15 April 1983 meneror 4583 warga Iran.
Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel selama beberapa tahun terakhir senantiasa mendukung teroris di Iran dan kawasan. Mereka juga melatih anasir teroris, mengirimi kelompok teroris ini senjata baik ringan atau semi berat, peralatan komunikasi dan makanan melalui penerbangan mencurigakan di kawasan yang dikuasai Daesh (ISIS), hanya sekelumit dari dukungan Washington terhadap teroris, yang menjadi pelayan Amerika untuk menjamin kepentingan rezim Zionis di kawasan dengan melakukan berbagai kejahatan mengerikan seperi teror terhadap ilmuwan nuklir Iran dan para komandan muqawama.
Mohsen Fakhrizadeh, Majid Shahriari, Masoud Alimohammadi, Dariush Rezaei-Nejad, Mostafa Ahmadi Roshan dan Reza Qashqai termasuk ilmuwan energi nuklir Iran yang gugur syahid di tangan anasir dan agen Mossad Israel dalam beberapa tahun terakhir.
Syahid Qasem Soleimani, mantan komandan pasukan Quds IRGC gugur dalam serangan udara Amerika di dekat bandara udara Baghdad saat menjalankan misinya di Irak bersama Abu Mahdi al-Muhandis, salah satu pemimpin Hashd al-Shaabi.
Tujuan utama musuh dari aksi teroris ini adalah untuk mencegah kekuatan dan pengaruh Iran yang semakin besar, serta untuk menghentikan program nuklir damai Iran. Koran Independen saat menganalisa pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir Iran menulis, "Pembunuhan baru-baru ini di Iran adalah bagian dari upaya tak berujung komunitas intelijen Israel, bersama dengan rekan-rekan Baratnya, termasuk MI6 dan CIA, untuk mengganggu atau menangguhkan dan jika mungkin, mencegah Iran meraih tujuannya meraih program nuklirnya."
Dengan demikian, meski pejabat rezim Zionis seperti sebelumnya, secara terang-terangan tidak mengaku bertanggung jawab atas teror Sayyad Khodaei, tapi misinya sebagai Pembela Haram di Suriah menunjukkan bahwa Zionis menjadi terdakwa utama di kejahatan ini.
Musuh Republik Islam Iran menganggap bahwa mereka dapat mencegah terealisasinya cita-cita Revolusi Islam melalui aksi teror seperti ini, tapi bangsa Iran senantiasa melanjutkan jalan para syuhada dan darah para syuhada ini menjadi jaminan bagi keunggulan Iran Islami.
Wajar bahwa kejahatan terbaru musuh yang dilakukan dengan kebungkaman dan dukungan negara-negara yang mengklaim memerangi terorisme, tidak akan dibiarkan tanpa balasan. Dan seperti yang ditekankan presiden Iran, pembalasan darah syahid ini adalah sebuah kepastian. (MF)