Menelisik Tujuan Kunjungan Al-Kadhimi Ke Tehran
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi tiba di Tehran pada 26 Juni dan disambut oleh Sayid Ebrahim Raisi setelah bertemu dengan pejabat Saudi di Jeddah.
Setelah pelantikan presiden baru di Iran, Mostafa al-Kadhimi adalah kepala pemerintahan asing pertama yang bertemu dengan Presiden Sayid Ebrahim Raisi selama kunjungannya ke Tehran.
Lawatan ini berlangsung pada September 2021. Kini, 9 bulan setelah kunjungan itu, Mustafa al-Kadhimi kembali melakukan perjalanan ke Tehran dan bertemu dengan Sayid Ebrahim Raisi.
Meskipun ada isu bilateral dalam pembicaraan antara kedua kepala negara, perjalanan ini tampaknya memiliki tujuan yang lebih penting.
Beberapa sumber mengatakan bahwa di bidang masalah bilateral, masalah impor gas dari Iran, masalah air dan masalah lain yang terkait dengan ekonomi Irak, serta masalah ziarah orang-orang Iran ke tempat-tempat suci Irak termasuk di antara topik yang menjadi pembicaraan antara Raisi dan al-Kadhimi.
Sehubungan dengan itu, dalam konferensi pers bersama kedua kepala negara, Sayid Ebrahim Raisi menekankan pada perluasan hubungan dengan Irak dalam kerangka kebijakan hubungan dengan negara-negara tetangga dan mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Irak, dibahas masalah hubungan politik, ekonomi dan perdagangan kedua negara dan rencananya hubungan ekonomi kedua negara akan ditingkatkan.
Raisi menambahkan, sambungan kereta api Shalamcheh-Basra menjadi salah satu isu yang dibahas dan disepakati bahwa hal ini akan berperan penting dalam memfasilitasi hubungan kedua negara sesegera mungkin.
Terlepas dari penekanan kedua pihak pada perluasan hubungan, kunjungan al-Kadhimi ke Tehran tampaknya terkait dengan tiga masalah lainnya.
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi tiba di Tehran pada 26 Juni dan disambut oleh Sayid Ebrahim Raisi setelah bertemu dengan pejabat Saudi di Jeddah.
Isu pertama adalah hubungan antara Arab Saudi dan Republik Islam Iran. Hubungan Iran-Arab Saudi telah terputus sejak 2016.
Selama tahun lalu, Irak telah menjadi tuan rumah pembicaraan antara pejabat kedua negara untuk memulihkan hubungan, dengan lima putaran pembicaraan sampai saat ini dan kedua belah pihak di ambang mencapai kesepakatan.
Al-Kadhimi melakukan perjalanan ke Jeddah hari Sabtu (25/6), sebelum melakukan perjalanan ke Tehran, untuk bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.
Dengan demikian, mediasi antara Tehran dan Riyadh tampaknya menjadi salah satu tujuan utama kunjungan al-Kadhimi ke Tehran.
Terkait hal itu, televisi al-Mayadeen menyatakan bahwa fokus utama kunjungan al-Kadhimi ke Riyadh dan Tehran adalah untuk menengahi hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran.
Tujuan utama al-Kadhimi dalam menengahi antara Iran dan Arab Saudi adalah untuk meningkatkan bobot pemerintah Irak di kawasan Asia Barat dan menempatkan Irak setara dengan kekuatan moderat namun berpengaruh seperti Qatar, Oman dan Kuwait.
Isu kedua adalah bahwa kunjungan al-Kadhimi ke Tehran terjadi setelah pengunduran diri Gerakan Sadr dari parlemen Irak.
Dengan pengunduran diri ini, parlemen Irak akan menyaksikan perubahan signifikan dalam komposisi perwakilan aliran politik Syiah.
Al-Kadhimi sedang mencari dukungan dari Iran dan Arab Saudi, dua kekuatan regional yang berpengaruh, untuk tetap sebagai perdana menteri Irak.
Isu ketiga, kunjungan al-Kadhimi ke Jeddah dan Tehran terjadi menjelang kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Arab Saudi.
Ada kemungkinan Mustafa al-Kadhimi akan menghadiri pertemuan yang dijadwalkan berlangsung pada pertengahan bulan depan dengan Biden di Jeddah.
Oleh karena itu, Perdana Menteri Irak dapat membawa pesan dari Riyadh dan Tehran satu sama lain.(sl)