Iran Aktualita, 8 April 2023
Perkembangan di Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Rahbar: HAM Tidak Datang dari Barat !
Selain itu, masih ada isu lain seperti;
- Raisi Serukan Solidaritas Negara-Negara Muslim Lawan Rezim Zionis
- Amirabdollahian: Negosiasi dengan Menlu Arab Saudi Berjalan Baik dan Maju
- Kanaani: Hubungan Resmi Iran-Saudi Sudah Aktif
- Kemenhan Iran: Kami akan Perkuat Pertahanan Udara Suriah
- Wapres Iran: Serangan ke Suriah, Tanda Keruntuhan Rezim Zionis
- Iran Kecam Serangan Zionis atas Warga yang Beritikaf di Masjid Al Aqsa
Rahbar: HAM Tidak Datang dari Barat !
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan bahwa klaim hak asasi manusia tidak datang dari Barat, karena Barat pada dasarnya adalah musuh hak asasi manusia.
Pada malam peringatan kelahiran Imam Hassan Mujtaba, para sastrawan dan ahli sastra Persia serta penyair muda dan senior bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei.
Menurut kantor berita Iranpress mengutip pusat informasi dari Kantor Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei hari Rabu (5/4/2023) mengatakan, "Pihak Barat pada dasarnya adalah musuh hak asasi manusia, dan hak asasi mereka semua terlihat dalam aksi Daesh, yang membakar atau menenggelamkan orang hidup-hidup, maupun mendukung kaum munafik dan Saddam, atau kejahatan terhadap Gaza dan Palestina,".
Rahbar juga menyebut dukungan Barat terhadap aksi pembunuhan pemuda religius di jalan-jalan Tehran sebagai contoh lain dari klaim palsu mereka dalam mendukung hak asasi manusia.
"Pemuda terbaik kami seperti Arman Alivardi dan Ruhollah Ajamian dibunuh dengan penyiksaan serta hasutan dan pelatihan media Barat," ujar Ayatullah Khamenei.
Di bagian lain statemennya, Ayatullah Khamenei menekankan perlunya mengetahui musuh serta tujuan, metode dan sasarannya, dengan mengatakan, "Mengetahui dimensi perang lunak musuh diperlukan untuk semua orang. Apalagi bagi para aktivis budaya dan seni, agar mereka tidak pasif, dan menyadari keberadaan musuh,".
Mengenai pelestarian puisi Persia pada kondisi tersulit dalam sejarah Iran, seperti periode invasi oleh bangsa Mongol, Rahbar menunjukkan, "Tentu saja, bangsa Mongol saat ini, yaitu pihak Barat saat ini, memiliki rupa dan penampilan yang berbeda. Selain sejarah kelam kejahatan mereka di masa penjajahan, di masa kita juga mereka melengkapi dengan antek-anteknya mseperti Saddam dengan segala jenis senjata, terutama senjata kimia, untuk menyerang Iran, dan setelah itu disibukkan dengan sanksi,".
Di bagian lain statemennya Rahbar juga menyinggung embargo farmasi dan mencegah pengiriman vaksin dengan berbagai dalih sebagai contoh lain dari serangan Barat terhadap Iran.
"Jika mereka dapat melakukan sesuatu untuk menghilangkan makanan bagi Iran dan rakyatnya, mereka tidak akan ragu untuk melakukannya," papar Ayatullah Khamenei.
Ayatullah Khamenei juga menilai invasi media dan penggunaan ribuan media untuk mempromosikan kebohongan, rumor dan penyimpangan sebagai bagian lain dari invasi terhadap Iran.
"Tujuan musuh dari invasi ini untuk menghilangkan kekuatan intelektual dan pendidikan serta melemahkan semangat kemerdekaan dan keteguhan nasional, serta persatuan dan tindakan yang Islami," tegas Rahbar.
Raisi Serukan Solidaritas Negara-Negara Muslim Lawan Rezim Zionis
Presiden Republik Islam Iran menyerukan solidaritas yang lebih besar dari negara-negara Muslim menghadapi kejahatan rezim Zionis baru-baru ini.
Tentara Zionis menyerang jemaah Masjid Al-Aqsa pada Rabu dini hari, 5 April, dan berusaha mengusir paksa jemaah Palestina yang berada di masjid ini sehingga menyebabkan sejumlah orang terluka.
Menanggapi serangan dan kejahatan biadab rezim Zionis tersebut, kelompok perlawanan Palestina beberapa kali menargetkan pemukiman Zionis di sekitar perbatasan Jalur Gaza dengan roket.
Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi dan sejawatnya dari Turki, Recep Tayyip Erdoğan menjalin kontak telpon untuk membahas serangan rezim Zionis di Masjid Al-Aqsa, dan perlunya konvergensi negara-negara kawasan untuk melawan tindakan tersebut.
Raisi mengutuk agresi rezim Zionis baru-baru ini ke Masjid Al-Aqsa dan serangan Israel ke Suriah dan Lebanon, dan menyerukan konvergensi yang lebih besar dari negara-negara Islam untuk melawan tindakan brutal rezim agresor itu.
"Republik Islam Iran menyerukan pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam untuk mengkaji cara-cara menghadapi berlanjutnya kejahatan rezim Zionis," ujar Presiden Iran.
Raisi juga menekankan perlunya menghormati keutuhan wilayah negara-negara kawasan dan menganggap cara terpenting untuk memerangi terorisme dan separatisme adalah dengan mendukung kedaulatan nasional negara-negara kawasan.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam percakapan telepon ini menyampaikan terima kasih atas bantuan Republik Islam Iran dalam gempa bumi di Turki, dan mengutuk agresi rezim Zionis baru-baru ini di Masjid Al-Aqsa dan rakyat Palestina yang tertindas.
Erdogan juga menekankan konvergensi dan kesatuan pendapat negara-negara Islam untuk menghadapi agresi tersebut dalam kerangka Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Amirabdollahian: Negosiasi dengan Menlu Arab Saudi Berjalan Baik dan Maju
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian menggambarkan negosiasinya dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi berjalan secara baik dan maju.
Menlu Iran, Hossein Amirabdollahian dan sejawatnya dari Arab Saudi, Faisal Bin Farhan hari Kamis bertemu di Beijing untuk membahas pemulihan hubungan bilateral.
Hossein Amirabdollahian di akun Twitternya hari Kamis (6/4/2023) menulis, "Dimulainya kembali hubungan diplomatik resmi Tehran dan Riyadh, Umrah, kerja sama ekonomi dan komersial, pembukaan kedutaan besar dan konsulat, serta penekanan terhadap stabilitas dan keamanan yang berkelanjutan di kawasan sebagai agenda yang disepakati bersama,".
Di akhir pertemuan, menteri luar negeri Iran dan Arab Saudi menandatangani pernyataan bersama tentang pentingnya mewujudkan perjanjian Beijing dan mengaktifkannya dengan cara memperluas kepercayaan bersama dan kerja sama untuk menciptakan keamanan, stabilitas dan kemakmuran kawasan.
Selama pembicaraan antara Iran dan Arab Saudi di Beijing, pada Jumat, 10 Maret, kedua pihak berkomitmen untuk melanjutkan hubungan diplomatiknya setelah tujuh tahun terhenti.
Kanaani: Hubungan Resmi Iran-Saudi Sudah Aktif
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menjelaskan kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan Menlu Iran dan Menlu Arab Saudi di Beijing, dan menurutnya hubungan resmi kedua negara sekarang sudah aktif.
Nasser Kanaani, Kamis (6/4/2023) mengatakan, "Dalam perundingan yang dilakukan oleh Menlu Iran dan Saudi, kedua pihak menekankan pentingnya stabilitas dan keamanan di kawasan, serta menekankan bahwa keamanan kawasan adalah masalah internal."
Ia menambahkan, "Menlu Iran dan Saudi dalam kerangka tekad politik dua negara, mendesak kesiapan bersama untuk merealisasikan sejumlah nota kesepahaman asasi di antara kedua negara termasuk nota kesepahaman kerja sama bilateral komprehensif, dan nota kesepahaman keamanan."
Jubir Kemlu Iran menjelaskan, "Di antara masalah yang ditekankan dalam perundingan Menlu Iran dan Saudi, adalah upaya dan kesepakatan untuk memperluas hubungan di bidang ekonomi di dua sektor, yaitu sektor pemerintah dan swasta yang landasan hukum serta legalitasnya sudah tersedia berdasarkan nota kesepahaman dua negara, sehingga aktivitas-aktivitas semacam ini dapat dimulai dan diperkuat."
Menurut Kanaani, delegasi peemrintah dan swasta dua negara akan bertemu, sehingga terbuka landasan-landasan untuk memperluas perdagangan, ekonomi dan kerja sama di bidang investasi bersama.
"Dialog-dialog yang baik dan positif di antara dua negara sudah dilakukan, dan secara bertahap dua negara dapat bertukar delegasi dari berbagai level pemerintah serta swasta," pungkasnya.
Kemenhan Iran: Kami akan Perkuat Pertahanan Udara Suriah
Deputi Menteri Pertahanan Iran urusan internasional mengatakan, Iran menganggap dirinya berkewajiban untuk membantu memperkuat sistem pertahanan udara negara-negara sahabat seperti Suriah, guna menghadapi serangan udara.
Brigjen Sayid Hamzeh Qalandari, Selasa (4/4/2023) menuturkan, "Setelah pencabutan sanksi senjata pada Oktober 2020 lalu, kami menyaksikan banyak negara dunia yang tertarik menggunakan senjata buatan Iran."
Ia menambahkan, "Poin penting yang tidak boleh luput dari perhatian kita adalah karakteristik khusus yang ada dalam persenjataan Iran, dan itu adalah ditampilkannya ilmu pengetahuan dan teknologi Iran di arena internasional."
Brigjen Qalandari menjelaskan, "Kami tidak hanya membantu sebagian besar negara tetangga dan sahabat, dari sisi peralatan dan senjata tapi juga dari sisi teknologi pembuatan senjata pertahanan."
Pada saat yang sama, Deputi Menhan Iran juga menyinggung kerja sama Iran dan Suriah, di bidang penguatan serta peningkatan sistem pertahanan udara Suriah.
"Poin penting yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa Suriah, di masa lalu benar-benar sebuah negara tanpa perlindungan dalam menghadapi serangan-serangan udara Rezim Zionis, tapi sekarang kita menyaksikan intensitas tinggi serangan udara pasukan Suriah," pungkasnya.
Wapres Iran: Serangan ke Suriah, Tanda Keruntuhan Rezim Zionis
Wakil Pertama Presiden Republik Islam Iran menggambarkan langkah rezim Zionis baru-baru ini menyerang wilayah Suriah sebagai tanda keruntuhan internal Israel.
Syahid Milad Haydari dan Meghdad Mahghani Jafar Abadi, dua orang penasihat militer Korps Garda Revolusi Islam yang gugur di Suriah pada hari Jumat karena serangan kriminal rezim Zionis di pinggiran Damaskus.
Wakil Pertama Presiden Iran Mohammad Makhber di sela-sela pemakaman dua Syuhada di bundaran Imam Hussein Tehran hari Selasa (4/4/2023) mengatakan,"Tindakan rezim Zionis menyerang negara lain, melanggar hukum internasional dan menandakan keruntuhan rezim Zionis dari dalam,".
Mokhber juga menyinggung kesabaran, pengorbanan dan perjuangan syuhada dan menekankan kelanjutan jalan mereka.
Iran Kecam Serangan Zionis atas Warga yang Beritikaf di Masjid Al Aqsa
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengecam serangan aparat keamanan Rezim Zionis terhadap warga Palestina yang sedang beritikaf di Masjid Al Aqsa.
Nasser Kanaani, Rabu (5/4/2023) di akun Twitternya menulis, "Serangan brutal pasukan Rezim Zionis terhadap warga Palestina yang sedang beritikaf dan beribadah di Masjid Al Aqsa, sekali lagi menunjukkan karakter jahat dan anti-hak asasi manusia rezim ini di hadapan mata masyarakat dunia."
Ia menambahkan, "Kami mengecam keras kejahatan Rezim Zionis, dan kejahatan ini harus segera mendapat tindakan dari Dunia Islam, para penuntut kebebasan dunia, dan organisasi-organisasi internasional."
Aparat keamanan Rezim Zionis dengan dalih kemungkinan terjadinya pembangkangan sipil pada hari Kamis, menyerbu Masjid Al Aqsa, dan menangkapi warga Palestina yang sedang beribadah dan melakukan itikaf di tempat suci ini.
Setelah aparat keamanan Rezim Zionis menangkap 400 warga Palestina, dan melukai 240 lainnya di Masjid Al Aqsa, Rabu pagi para pemukim Zionis yang dilindungi aparat keamanan, memasuki halaman Masjid Al Aqsa.