Iran Aktualita, 3 Juni 2023
(last modified Sat, 03 Jun 2023 11:13:44 GMT )
Jun 03, 2023 18:13 Asia/Jakarta
  • Haul Imam Khomeini
    Haul Imam Khomeini

Perkembangan di Iran selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting di antaranya; Profesor Universitas Sarajevo: Imam Khomeini Teguhkan Persatuan Islam

Selain itu, masih ada isu lainnya seperti;

  • Jelang Haul Imam Khomeini ra, Iran Gelar Seminar Internasional
  • Sultan Oman Kunjungi Tehran, Ini Agendanya
  • Rahbar: Strategi Rezim Zionis, Adu Domba Negara-Negara Kawasan
  • Presiden Iran: Upaya Barat Adu Domba Anggota OPEC harus Dicegah
  • Brigjen Hajizadeh: Rudal Hipersonik Iran akan Segera Dipamerkan
  • Iran-Oman Teken Perjanjian soal Ladang Migas Bersama
  • Brigjen Elhami: Pelanggaran Zona Udara Iran Berdampak Serius
  • Lokasi Nuklir yang Dicurigai IAEA di Iran, Tak Terbukti
  • Menlu Iran Bertemu Menteri Penasihat Pemerintah UEA
  • Raisi: Iran Tak Butuh Perkenan Siapa pun dalam Tetapkan Kebijakan LN

Profesor Universitas Sarajevo: Imam Khomeini Teguhkan Persatuan Islam

Profesor universitas Srajevo menyatakan bahwa Imam Khomeini memainkan peran penting dalam upaya mewujudkan persatuan umat Islam, dan menempatkan masalah ini sebagai prioritas utama umat Islam.

Imam Khomeini

Sabahoddin Sharich dalam sebuah wawancara dengan Kantor Berita Pers Iran menjelang peringatan haul Imam Khomeini hari Jumat (2/6/2023) mengatakan, "Konsep persatuan Islam benar-benar dilupakan sebelum Imam Khomeini, sehingga akibatnya tidak hanya konsep persatuan, bahkan peran Islam sebagai faktor penggerak umat dalam perjuangan kemerdekaan, sama sekali dilupakan,".

"Imam Khomeini memainkan peran kunci dalam kebangkitan persatuan Islam dan mengaturnya dengan cara yang benar, dan ini adalah hasil dari pengalaman, dan pendidikannya yang luas, serta pengetahuannya yang luar biasa," ujar akademisi Bosnia ini.

"Imam Khomeini menunjukkan persatuan Islam sebagai satu-satunya cara bagi umat Islam untuk kembali ke kancah internasional," tegasnya.

Profesor universitas Sarajevo  ini mencatat bahwa Imam Khomeini memainkan peran yang sangat penting dalam kebangkitan dunia Islam dan kebangkitan kaum tertindas di dunia.

Tanggal 14 Khordad 1402 H, yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni 2023, diperingati sebagai hari wafatnya Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran.

Jelang Haul Imam Khomeini ra, Iran Gelar Seminar Internasional

Tanggal 14 Khordad 1402 HS yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni 2023 adalah haul Pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra ke-34.

Menjelang haul Pencetus Revolusi Islam ini, seminar internasional berjudul "Pandangan Imam Khomeini tentang Tauhid dan Etika dan Dunia Kontemporer: Prestasi dan Prospek Masa Depan" digelar pada hari Jumat (2/6/2023).

Seminar yang berlansung di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran ini dihadiri oleh para pemikir dan cendekiawan serta intelektual dalam dan luar ngeri dari banyak negara di dunia.

Image Caption

Ketua Dewan Koordinasi Tablig Islam Provinsi Tehran Sayid Mohsen Mahmoudi mengumumkan bahwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei akan menghadiri acara Haul Imam Khomeini ra ke-34 dan menyampaikan pidatonya.

"Setelah beberapa tahun penyebaran pandemi Covid-19, tahun ini adalah kesempatan yang sangat istimewa dan penting, dan Insya Allah kita akan menyaksikan kehadiran masyarakat dari seluruh negeri dalam acara haul ini," kata Sayid Mahmoudi dalam pernyataan terbarunya.

Dia menambahkan, bagian utama perhatian difokuskan pada acara di kompleks Haram Imam Khomeini ra, yang akan diadakan pada tanggal 4 Juni 2023 dengan kehadiran Ayatullah Khamenei.

34 tahun lalu, Ruhullah Mousavi Khomeini ra, Pemimpin Besar Revolusi Islam dan pencetus revolusi ini wafat setelah 87 tahun hidup penuh dengan perjuangan tanpa lelah di jalan kebenaran dan dalam memimpin Revolusi Islam dan mendirikan Republik Islam Iran.

Sultan Oman Kunjungi Tehran, Ini Agendanya

Sultan Kerajaan Oman mengunjungi Tehran hari ini atas undangan Presiden Republik Islam Iran.

Haitham bin Tariq Al Saeed, Sultan Kerajaan Oman didampingi sejumlah menteri dan pejabat senior negara ini melakukan perjalanan dua hari ke Iranyang dimulai sejak hari Minggu (28/5/2023).

Haitham bin Tariq Al Saeed akan bertemu dan berdiskusi dengan pejabat tinggi Iran selama perjalanannya ke Tehran untuk mengkonsolidasikan ikatan persahabatan dan memperkuat hubungan bertetangga yang bermanfaat dan baik antara kedua negara.

Istana kerajaan Oman melaporkan, kunjungan Haitham bin Tariq Al Saeed dalam rangka konsultasi dan koordinasi berkelanjutan antara pemimpin Oman dan Iran untuk membahas berbagai perkembangan di kancah regional dan internasional.

Aspek kerja sama kedua negara di bidang tersebut akan dilakukan dengan cara yang berbeda.

Kerajaan Oman telah menjadi salah satu mitra ekonomi dan politik terpenting Republik Islam Iran di kawasan ini selama bertahun-tahun, dan hubungan strategis antara Tehran dan Muscat telah mengubah kedua negara menjadi sahabat yang dapat diandalkan.

Rahbar: Strategi Rezim Zionis, Adu Domba Negara-Negara Kawasan

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam pertemuan dengan Sultan Oman, menilai perluasan hubungan Iran dan Oman, menguntungkan kedua negara.

Image Caption

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Senin (29/5/2023) dalam pertemuan dengan Sultan Oman, Haitham bin Tariq Al Said bersama delegasi, menganggap hubungan Iran dan Oman, sebagai hubungan yang berakar, bersejarah dan baik.

Rahbar menambahkan, "Perluasan hubungan Republik Islam Iran, dan Oman, di segala bidang, menguntungkan kedua negara."

Menyoroti perundingan pihak dan Iran dan Oman, Ayatullah Khamenei menerangkan, "Poin pentingnya adalah perundingan ini harus dilanjutkan secara serius sehingga dapat mencapai hasil nyata, dan pada akhirnya memperluas hubungan."

Pada saat yang sama, Rahbar menyinggung bahaya kehadiran Rezim Zionis di kawasan dan menuturkan, "Strategi Rezim Zionis, dan para pendukungnya adalah menciptakan perpecahan dan menghapus ketenangan di kawasan, maka dari itu seluruh negara kawasan harus menghadapi masalah ini."

Ayatullah Khamenei juga menggarisbawahi statemen Sultan Oman, terkait keinginan Mesir, untuk memulai hubungan dengan Republik Islam Iran.

"Kami menyambut baik sikap tersebut, dan kami tidak memiliki masalah apa pun dalam hal ini," imbuh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran.

Sehubungan dengan kegembiraan Sultan Oman, atas dimulainya kembali hubungan Iran dan Arab Saudi, Rahbar menerangkan, "Masalah-masalah ini merupakan hasil dari kebijakan yang baik dari pemerintah Iran periode ke-13 udalam memperluas dan memperkuat hubungan dengan negara-negara tetangga, serta kawasan."

Ayatullah Khamenei berharap dengan diperluasnya hubungan di antara sejumlah negara, umat Islam dapat memperoleh kembali kejayaannya, dan dengan menggabungkan kapasitas serta fasilitas-fasilitas yang dimiliki negara-negara Muslim, maka seluruh bangsa, negara dan pemerintah Muslim akan diuntungkan.

Di sisi lain, Sultan Oman, mengaku sangat gembira bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, dan menyebut kebijakan Oman, adalah memperluas hubungan dengan negara-negara tetangga terutama Republik Islam Iran.

Haitham bin Tariq Al Said menegaskan, "Dalam perundingan Tehran, dibahas kerja sama di berbagai bidang, dialog, dan pertukaran pendapat, dan kami berharap dengan berlanjutnya dialog-dialog ini, hubungan dua negara akan semakin luas, dan hasil nyatanya akan terlihat bagi kedua pihak."

Presiden Iran: Upaya Barat Adu Domba Anggota OPEC harus Dicegah

Presiden Republik Islam Iran dalam pertemuan dengan Sekjen OPEC mengatakan, negara-negara anggota OPEC harus mencegah upaya Barat, memecah belah organisasi ini.

Image Caption

Sayid Ebrahim Raisi, Sabtu (27/5/2023) dalam pertemuan dengan Sekjen Organisasi Negara-Negara Eksportir Minyak, OPEC menuturkan, "Beberapa negara Barat, berusaha menciptakan perpecahan dan konflik di antara negara-negara anggota OPEC, maka dari itu anggota OPEC harus memperkuat solidaritas di antara mereka untuk mencegah upaya ini."

Di hadapan Sekjen OPEC, Haitham Al Ghais, Raisi menilai interaksi konstruktif di antara negara anggota OPEC akan menjadi faktor penting dalam keberhasilan kinerja organisasi ini.

"Republik Islam Iran, selalu menjalin kerja sama konstruktif dengan OPEC, dan tujuan Iran, adalah melanjutkan serta meningkatkan level kerja sama," imbuhnya.

Menurut Presiden Iran, falsafah pendirian OPEC adalah mendukung hak produsen minyak, dan mencegah diskriminasi terhadap mereka. Raisi menjelaskan, "OPEC di periode baru aktvitasnya, akan dapat mengendalikan gejolak, dan memulihkan stabilitas di pasar minyak dunia."

Di sisi lain, Sekjen OPEC menyebut Republik Islam Iran sebagai salah satu negara anggota pendiri OPEC, yang selalu menjalin kerja sama penting, efektif dan konstruktif dengan organisasi ini.

Ia menambahkan, "Republik Islam Iran selalu berusaha memperkuat solidaritas, dan persatuan di antara negara-negara anggota OPEC."

Brigjen Hajizadeh: Rudal Hipersonik Iran akan Segera Dipamerkan

Komandan Pasukan Dirgantara, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC mengatakan, rudal balistik hipersonik Iran, akan dipamerkan dalam waktu dekat.

Image Caption

Brigjen Amir Ali Hajizadeh, Senin (29/5/2023) di hadapan para mahasiswa Universitas Sains dan Industri Iran menuturkan, "Uji coba-uji coba rudal hipersonik Iran sudah selesaikan dilakukan, dan tidak lama lagi rudal ini akan dipamerkan ke publik."

Komandan Pasukan Dirgantara IRGC menambahkan, "Rudal hipersonik Iran, memiliki kecepatan tinggi yaitu sekitar MACH 12 hingga MACH 13, dan dapat melakukan manuver di dalam serta di luar atmosfer.

Brigjen Hajizadeh juga menjelaskan bahwa rudal hipersonik baru Iran, dapat menembus seluruh perisai pertahanan udara anti-rudal yang dimiliki musuh.

"Rudal ini menargetkan sistem-sistem pertahanan anti-rudal milik musuh, sehingga menjadi sebuah lompatan besar dari sisi generasi di dunia rudal," pungkasnya.

Iran-Oman Teken Perjanjian soal Ladang Migas Bersama

Dalam lawatan Sultan Oman, ke Tehran, nota kesepahaman riset dan kerja sama ladang minyak dan gas bersama Hengam, ditandatangani oleh pemerintah Iran dan Oman.

Nota kesepahaman riset dan kerja sama terkait ladang migas Hengam, Senin (29/5/2023) ditandatangani di hadapan Sultan Oman, Haitham bin Tariq bin Al Said dan, Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi, di Tehran.

Kementerian Perminyakan Iran melaporkan, nota kesepahaman ini ditandatangani setelah dicapainya kesepahaman dua pihak dalam kunjungan Menteri Perminyakan Iran Javad Owji ke Muscat, tahun lalu terkait kerja sama dua negara untuk mengembangkan ladang minyak Hengam, dan setelah seluruh keperluan penandatanganan disiapkan.

Ladang migas Hengam, adalah ladang bersama Iran dan Oman yang terletak di Selat Hormuz, di bagian timur Teluk Persia, dan 45 kilometer dari Pulau Qeshm. Sekitar 80 persen ladang migas ini berada di perairan Iran, dan 20 persen di wilayah perairan Oman.

Tujuan penandatanganan nota kesepahaman ini adalah untuk melakukan riset menyeluruh terhadap ladang migas Hengam, dan menyiapkan proyek umum pengembangan dengan memanfaatkan kapasitas dalam dan luar negeri, juga untuk menyusun skenario baru di ladang ini, serta kerja sama dua negara untuk memanfaatkan ladang ini.

Brigjen Elhami: Pelanggaran Zona Udara Iran Berdampak Serius

Wakil Komandan Pasukan Pertahanan Udara Militer Iran mengatakan, kemampuan sistem rudal dan radar, merupakan salah satu indikator terpenting strategi militer Iran dalam menghadapi ancaman potensial musuh.

Brigjen Alireza Elhami, Selasa (30/5/2023) menuturkan, "Dapat dipastikan konsekuensi-konsekuensi serius akan diterima oleh semua pihak yang melakukan segala bentuk pelanggaran zona udara Iran."

Pada saat yang sama, Wakil Komandan Pasukan Pertahanan Udara Militer Iran, menjelaskan bahwa pertahanan udara Militer Iran di bidang perancangan dan produksi sistem pertahanan, mengalami kemajuan signifikan.

"Produksi rudal-rudal jarak jauh dan presisi oleh Pasukan Pertahanan Udara Militer Iran, adalah ancaman serius bagi pihak asing, dan ini tidak akan pernah berhenti sampai kapan pun," ujarnya.

Brigjen Elhami menambahkan, "Kemampuan sistem rudal dan radar merupakan salah satu indikator paling penting dalam strategi militer Iran untuk menghadapi berbagai ancaman musuh."

Menurutnya, sistem radar dan rudal paling canggih Militer Iran memiliki jarak tempuh lebih dari 300 kilometer, dan memiliki kemampuan pemantauan hingga 2.000 kilometer dalam siklus operasional wilayah dan kelompok-kelompok pertahanan.

Lokasi Nuklir yang Dicurigai IAEA di Iran, Tak Terbukti

Interaksi positif Iran dan Badan Energi Atom Internasional, IAEA membuahkan hasil, kasus terkait salah satu lokasi yang dicurigai IAEA di Iran, Abadeh, akhirnya ditutup.

Selain itu, tuduhan soal penemuan partikel-partikel uranium yang sudah dikayakan hingga 83,7 persen, sudah diselesaikan melalui penjelasan yang diberikan Iran.

Dikutip Fars News, Selasa (30/5/2023), seiring dengan pulihnya interaksi Iran dan IAEA, serta berkat perundingan-perundingan yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir setelah kunjungan Dirjen IAEA Rafael Grossi, ke Tehran, kasus satu dari tiga lokasi nuklir yang dicurigai IAEA akhirnya ditutup.

Sebelumnya media Amerika Serikat, Bloomberg mengklaim, para inspektur IAEA di Iran, menemukan partikel uranium yang sudah dikayakan hingga 84 persen.

Menjawab tuduhan ini, saat itu Juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi menilai berita yang dimuat Bloomberg dimaksudkan sebagai bentuk propaganda hitam, dan penyimpangan realitas.

"Apa yang disampaikan IAEA bersama Iran adalah keberadaan partikel uranium yang sudah dikayakan di atas 60 persen melalui pengambilan sampel. Keberadaan partikel uranium di atas 60 persen dalam proses pengayaan bukan berarti pengayaan uranium di atas 60 persen," ujarnya.

Kamalvandi menegaskan, "Hal yang lebih penting yaitu hasil akhir yang sampai saat ini menjadi inisiatif Republik Islam Iran, adalah dalam pengayaan uranium, yang tidak melebihi 60 persen."

Menlu Iran Bertemu Menteri Penasihat Pemerintah UEA

Hossein Amirabdollahian, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran menyebut Abu Dhabi sebagai mitra bisnis tepercaya Tehran dalam pertemuan dengan Khalifa Shaheen Al-Marar, Menteri Penasihat Pemerintah Uni Emirat Arab.

Menurut IRNA, Hossein Amirabdollahian dalam pertemuan yang berlangsung hari Selasa (30/5/2023) menyinggung kebijakan pemerintah ke-13 dalam mengembangkan hubungan dengan tetangganya, dan menyebut UEA sebagai mitra bisnis tepercaya.

"Hubungan kedua negara berkembang baik di sektor pemerintah maupun swasta," ujar Amirabdollahian.

"Perluasan kerja sama bersama untuk kepentingan kedua negara dan kawasan," tegasnya.

Dalam pertemuan ini, Khalifa Shaheen Al-Marr, Menteri Penasihat Pemerintah Uni Emirat Arab, menekankan tekad UEA untuk mengembangkan hubungan dengan Republik Islam Iran di berbagai bidang.

Raisi: Iran Tak Butuh Perkenan Siapa pun dalam Tetapkan Kebijakan LN

Presiden Iran mengatakan, di masa lalu sebagian orang mengira nasib negara-negara dunia berada di tangan segelintir negara lain, tapi Iran tidak membutuhkan perkenan siapa pun dalam menetapkan kebijakan luar negerinya.

Sayid Ebrahim Raisi, Rabu (31/5/2023) menuturkan, "Doktrin kebijakan luar negeri Republik Islam Iran, adalah berinteraksi dengan seluruh negara dunia berlandaskan keadilan dan keseimbangan."

Ia menambahkan, "Pemahaman bahwa karena Iran disanksi, maka banyak negara yang tidak bersedia bekerja sama dengan Iran, sepenuhnya keliru, dan buktinya adalah keinginan pemerintah sejumlah negara dunia untuk memperluas kerja sama dengan Republik Islam Iran."

Sehubungan dengan beberapa negara Eropa, yang karena kesalahan kalkulasi soal kerusuhan-kerusuhan terbaru di Iran, mengambil sikap keliru terhadap Iran, Raisi menjelaskan, "Jika negara-negara ini telah memperbaiki kalkulasinya, dan membuktikan niat baik, maka Iran siap berinteraksi dengan mereka."

Presiden Iran menegaskan, "Kebijakan pemerintah Iran, adalah bekerja sama dengan seluruh negara dunia berlandaskan niat baik, akan tetapi jika ada negara yang bermaksud bermusuhan dengan Iran, maka asas Republik Islam Iran adalah perlawanan."