Jun 24, 2023 19:59 Asia/Jakarta
  • Menlu RII Hossein Amirabdollahian dan Menlu Arab Saudi Faisal bin Farhan.
    Menlu RII Hossein Amirabdollahian dan Menlu Arab Saudi Faisal bin Farhan.

Perkembangan di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti pemulihan hubungan antara Tehran dan Riyadh.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Faisal bin Farhan berkunjung ke Tehran pada hari Sabtu (17/6/2023) sebagai tanggapan atas undangan resmi mitranya dari Republik Islam Iran, Hossein Amirabdollahian.

Republik Islam Iran dan Arab Saudi sepakat pada 10 Maret 2023 di Beijing untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan besar dalam waktu dua bulan, dan sebagian kesepakatan tersebut telah dilaksanakan.

Sejak saat itu, Menlu Iran dan Saudi bertemu sekali di Beijing dan kedua kalinya di Cape Town. Setelah itu, Menlu Saudi mengumumkan bahwa dia akan segera mengunjungi Tehran.

Selama periode ini, telah terjadi perubahan besar dalam perimbangan regional dan ekstra-regional terkait masing-masing dua negara, Iran dan Arab Saudi. Di antara perubahan ini adalah Arab Saudi memulihkan hubungannya dengan Suriah sebagai sekutu Iran dan mengintensifkan upayanya dalam bentuk dialog dengan pemerintah Yaman.

Pada saat yang sama, negara-negara Arab di kawasan mengumumkan keinginan mereka untuk meningkatkan hubungan dengan Republik Islam Iran. Saat ini, juga ada upaya untuk menormalkan hubungan Iran dengan Mesir dan Bahrain melalui saluran yang berbeda seperti Irak dan Oman.

Hassan Hanizadeh, seorang pakar masalah regional mengatakan, kunjungan Menlu Arab Saudi ke Tehran setelah tujuh tahun ketegangan dalam hubungan kedua negara merupakan tanda pendekatan baru Riyadh untuk menciptakan integrasi regional.

Selama beberapa tahun terakhir, terutama selama ketegangan dengan Iran, Arab Saudi telah menanggung biaya keuangan yang besar, dan dalam perang di Yaman, Arab Saudi juga telah mengeluarkan biaya keuangan hingga 350 miliar dolar. Sementara dalam krisis Suriah, Riyadh telah menghabiskan 80 miliar dolar bantuan keuangan untuk kelompok-kelompok teroris yang berusaha menggulingkan pemerintahan Damaskus. Tentu saja, bantuan keuangan ini adalah pesanan dan perintah Amerika Serikat (AS).

Jelas bahwa peningkatan hubungan antara Iran dan Arab Saudi sebagai dua kekuatan minyak besar dan juga dua negara Muslim dan Islam yang penting, selain membentuk interaksi politik dan ekonomi baru antara kedua negara, juga dapat mengarah pada perluasan stabilitas dan keamanan di kawasan, dan membantu penyelesaian krisis di negara-negara seperti Suriah dan Yaman.

Pemulihan hubungan antara Iran dan negara-negara Arab di kawasan, termasuk Arab Saudi, juga dianggap sebagai kegagalan kebijakan AS dan rezim Zionis Israel dalam mengisolasi Iran. Isolasi politik terhadap Iran adalah salah satu strategi AS dan rezim Zionis, yang telah diupayakan dengan penuh semangat dalam beberapa tahun terakhir di forum regional dan internasional.

Isolasi politik dan pengucilan terhadap Iran sangat penting, bahkan disinggung oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya pada Nowruz di Mashhad. Rahbar mengatakan, negara-negara Barat menekan untuk mengisolasi Iran, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.

Poin penting lainnya adalah melemahnya posisi rezim Zionis di tingkat regional. Reaksi tajam Israel terhadap perbaikan hubungan politik antara Iran dan Arab Saudi juga menunjukkan keprihatinan Zionis tentang melemahnya posisinya di kawasan, karena perkembangan ini mempersempit lingkaran mitra-mitra rezim ilegal ini.

Mantan Menteri Peperangan rezim Zionis Avigdor Lieberman menganggap pemulihan hubungan antara Iran dan Arab Saudi sebagai kegagalan kebijakan luar negeri Israel. Oleh karena itu, dimulainya kembali hubungan politik antara Iran dan Arab Saudi harus dianggap sebagai titik balik penting dalam perkembangan regional dan internasional.

Sekarang, Iran dan Arab Saudi sebagai dua kutub regional berada di jalur untuk mengurangi ketegangan di kawasan dan menentukan proyek bersama dalam hubungan bilateral, dan kunjungan Faisal bin Farhan ke Tehran dapat dievaluasi dalam kerangka yang sama. Kunjungan Faisal bin Farhan membawa pesan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz kepada Presiden Republik Islam Iran  Sayid Ebrahim Raisi untuk memperluas hubungan kedua negara.

Pertemuan Menlu Saudi dengan Presiden Iran

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Faisal bin Farhan di Tehran pada hari Sabtu, (18/6/2023).

Dalam pertemua tersebut, Raisi menyatakan hanya musuh Islam, terutama rezim Zionis Israel, kecewa dengan perkembangan kerja sama bilateral dan regional antara Iran dan Arab Saudi.

"Rezim Zionis bukan hanya musuh Palestina, tetapi juga ancaman bagi semua Muslim. Normalisasi hubungan beberapa pihak dengan rezim ini bukan hanya tidak kondusif bagi keamanan, tetapi juga bertentangan dengan pandangan umat Islam,” ujarnya.

Dia menambahkan, dengan kerja sama dan dialog antarnegara di kawasan, permasalahan dapat diatasi, dan tidak perlu ada campur tangan pihak luar untuk mengatasinya.

Presiden Iran lebih lanjut menyinggung pengalaman sukses Republik Islam Iran dalam perang melawan terorisme dan penghancuran kelompok-kelompok teroris  Takfiri.

Menurutnya, hasil dan pengalaman dari perjuangan yang sukses ini adalah di antara isu-isu yang dapat menjadi fokus kerja sama antara kedua belah pihak.

Sementara itu, Melu Arab Saudi menyampaikan kepuasannya yang besar atas terjalinnya hubungan antara kedua negara Islam.

"Kami berada dalam tahap emas yang harus kami hargai, dan kerja sama dengan Republik Islam Iran adalah dasar untuk mendapatkan manfaat dari kondisi ini untuk kedua belah pihak dan kawasan," kata Faisal bin Farhan.

Menyinggung instruksi raja Arab Saudi untuk membentuk berbagai kelompok kerja guna mengembangkan hubungan dengan Iran, Faisal bin Farhan menyinggung upaya negaranya dalam meningkatkan hubungan ke tingkat strategis.

Menlu Saudi mengatakan, kerja sama ekonomi, pembangunan, dan budaya menjadi agenda Riyadh dan Tehran.

Ia juga menegaskan bahwa beberapa negara di dunia tidak ingin kawasan Asia Barat mencapai perdamaian dan kemajuan. Oleh karena itu mereka berupaya menghalangi upaya untuk mendekatkan hubungan antarnegara kawasan, terutama Iran dan Arab Saudi.

"Dengan perluasan interaksi saat ini antara Iran dan Arab Saudi di tingkat semua level, maka pencapaian tanpa akhir akan muncul dan itu adalah jaminan supaya negara asing tidak ikut campur di kawasan kita," pungkasnya.

Jubir Pemerintah Iran: AS Terdepan dalam Memutarbalikkan Fakta

Juru bicara pemerintah Iran mengatakan, Amerika Serikat terdepan dalam memutarbalikkan fakta, serta menukar benar dan salah.

Ali Bahadori Jahromi, Minggu (18/6/2023) menuturkan, "Salah satu keahlian paling menonjol dan paling kuat dari manuver AS adalah kebohongan. Negara ini menampilkan kebohongan sebagai fakta, dan sebaliknya menampilkan fakta sebagai kebohongan."

Ia menambahkan, "Membalikkan fakta, menyalahkan yang benar, dan membenarkan yang salah adalah keahlian Amerika Serikat."

Jahromi menerangkan, "Di berbagai periode, dengan memutarbalikkan fakta, Amerika Serikat terjun ke dalam perang secara langsung maupun tidak langsung."

"Mengklaim mendukung keluarga tapi sebenarnya menghancurkan fondasi keluarga, terkait masalah perempuan dan anak-anak, AS memberikan pendidikan yang menyimpang dari nilai-nilai moral. Rekam jejak negara ini dari utara hingga selatan, dari timur hingga barat, sudah diketahui semua orang," paparnya.

Jubir pemerintah Iran menegaskan, "Bagaimana mungkin hak asasi manusia dan hak untuk mendapatkan kesehatan serta pendidikan termasuk pendidikan tingkat lanjut, teknologi nano, dan antariksa, bisa dilakukan bersamaan dengan sanksi."

Kunjungan Presiden Uzbekistan ke Iran

Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev berkunjung ke Republik Islam Iran dan tibaa di Tehran pada hari Minggu, (18/6/2023).

Kunjungan resmi Mirziyoyev ke Iran untuk mengadakan serangkaian pembicaraan politik dan menandatangani sejumlah kesepakatan.

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi dan Presiden Mirziyoyev akan memimpin pertemuan bersama delegasi tingkat tinggi, setelah itu sejumlah perjanjian kerja sama dan nota kesepahaman akan ditandatangani.

Mirziyoyev adalah presiden Uzbekistan pertama yang mengunjungi Iran dalam lebih dari 20 tahun. Raisi melakukan perjalanan ke Samarkand, Uzbekistan pada September 2022 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Iran dan Uzbekistan menandatangani 17 nota kesepahaman dan dokumen kerja sama selama kunjungan itu.

Perjanjian tersebut meliputi kerja sama di bidang pertanian, energi, urusan bea cukai, olahraga, ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, pertukaran budaya, kesehatan dan pengobatan, transportasi internasional melalui pelabuhan Chabahar Iran, kerjasama lingkungan, pengembangan industri, pariwisata, dan fasilitasi visa untuk pengusaha.

Raisi telah mengusulkan bahwa tingkat pertukaran perdagangan tahunan $500 antara Tehran dan Tashkent dapat meningkat tiga hingga empat kali lipat pada langkah pertama.

Jumpa Pers Menlu Iran dan Saudi

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amirabdollahian menyambut hangat kunjungan mitranya dari Arab Saudi, Faisal bin Farhan pada hari Sabtu, 17 Juni 2023.

Setelah menggelar pertemuan bersama, keduanya mengadakan konferensi pers bersama. Menlu Arab Saudi mengatakan bahwa dia membawa pesan dari Raja Salman dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman kepada Presiden Raisi.

Faisal bin Farham menuturkan, Iran dan Arab Saudi adalah negara yang berpengaruh dan penting di kawasan.

"Saling menghormati dan tidak mencampuri urusan dalam negeri kedua negara serta komitmen terhadap Piagam PBB adalah salah satu syarat utama hubungan Iran-Saudi," ujarnya.

Sementara itu, Menlu Iran mengatakan bahwa Tehran setuju dengan Riyadh tentang pentingnya membentuk komisi ekonomi bersama, komite politik, pemberantasan perdagangan narkoba, dan kerja sama lingkungan.

Pembicaraan antara Menlu Iran dan Arab Saudi berfokus pada perlunya kerja sama ekonomi, komersial dan investasi bersama yang berkelanjutan antara kedua negara.

Kunjungan Faisal bin Farhan ke Tehran sebagai tanggapan atas undangan resmi mitranya dari Republik Islam Iran, Hossein Amirabdollahian.

Juli, Iran Resmi Jadi Anggota Tetap Organisasi Kerja Sama Shanghai

Utusan khusus Rusia di Organisasi Kerja Sama Shanghai, SCO mengumumkan, Iran akan dikukuhkan sebagai anggota tetap SCO atas keputusan kunci pertemuan pejabat tinggi organisasi ini pada 4 Juli mendatang.

Bakhtiar Hakimov, Sabtu (17/6/2023) seperti dikutip TASS mengatakan, "Dalam pertemuan SCO mendatang di New Delhi, pada 4 Juli 2023, yang digelar lewat konferensi video, salah satu keputusan kunci adalah bergabungnya Iran sebagai anggota tetap SCO."

Ia menambahkan, "Republik Islam Iran sudah menyelesaikan kewajiban-kewajiban proseduralnya untuk menjadi anggota tetap SCO, dan akan bergabung dengan keluarga besar negara-negara anggota SCO."

Pada pertemuan Dewan Ketua SCO mendatang, sejumlah negara pengamat termasuk Iran, Belarus, dan Mongolia juga turut diundang hadir.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan, keanggotaan tetap Iran, di Organisasi Kerja Sama Shanghai, akan ditetapkan bulan Juli 2023, dengan dihadiri Presiden Iran.

Organisasi Kerja Sama Shanghai, SCO, adalah organisasi internasional, dan Eurasia dalam bentuk aliansi politik, ekonomi, dan militer yang didirikan di kota Shanghai, Cina pada Juni 2001, dan memiliki enam negara anggota tetap yaitu Cina, Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan dan Uzbekistan.

Hubungan Iran dengan Uzbekistan Makin Erat

Pemerintah Republik Islam Iran dan Uzbekistan menandatangani 10 dokumen kerja sama pada hari Minggu, 18 Juni 2023.

Penandatanganan dokumen-dokumen ini dilakukan setelah delegasi tingkat tinggi Republik Islam Iran dan Uzbekistan mengadakan pertemuan di Tehran, Minggu, (18/6/2023).

Teken dokumen-dokumen kerja sama ini juga dilakukan di hadapan Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi dan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev.

Dokumen kerja sama yang diteken Iran dan Uzbekistan di antaranya adalah nota kesepahaman preferensi perdagangan, transportasi dan transit, kerja sama farmasi, program kerja sama di bidang standar mutu dan asuransi, mengkaji peluang pembukaan zona ekonomi bebas dua negara, program realisasi kerja sama di bidang teknologi dan inovasi, dan program realisasi kerja sama di bidang pertanian.

Kunjungan terakhir Presiden Uzbekistan ke Iran, dilakukan 20 tahun lalu. Sementara, Raisi melakukan perjalanan ke Samarkand, Uzbekistan pada September 2022 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Iran dan Uzbekistan menandatangani 17 nota kesepahaman dan dokumen kerja sama selama kunjungan itu.

Perjanjian tersebut meliputi kerja sama di bidang pertanian, energi, urusan bea cukai, olahraga, ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, pertukaran budaya, kesehatan dan pengobatan, transportasi internasional melalui pelabuhan Chabahar Iran, kerjasama lingkungan, pengembangan industri, pariwisata, dan fasilitasi visa untuk pengusaha.

Raisi telah mengusulkan bahwa tingkat pertukaran perdagangan tahunan $500 antara Tehran dan Tashkent dapat meningkat tiga hingga empat kali lipat pada langkah pertama.

Pertemuan Rahbar dengan Presiden Uzbekistan

Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menerima kunjungan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev pada hari Minggu, 18 Juni 2023.

Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh delegasi tingkat tinggi Uzbekistan ini, Rahbar mengatakan, hubungan sejarah, budaya dan ilmiah antara Iran dan Uzbekistan unik dan tiada taranya.

Ayatullah Khamenei menyinggung kedekatan sejarah, budaya, dan ilmiah yang unik dari Iran dan Uzbekistan. Menurutnya, potensi ini harus digunakan untuk memperluas hubungan di berbagai bidang.

"Selama bertahun-tahun, hubungan antara Iran dan Uzbekistan sangat terbatas dan kami berharap perjalanan ini dan pembicaraan yang diadakan di Tehran akan menjadi awal dari masa depan yang lebih baik dalam hubungan kedua negara," ujar Rahbar.

Ayatullah Khamenei menjelaskan, Republik Islam Iran memiliki kemampuan untuk menghubungkan Uzbekistan ke perairan terbuka melalui Turkmenistan dan Afghanistan. Kerja sama dapat dicapai melalui berbagai inisiatif di bidang sains dan teknologi. Iran dan Uzbekistan juga akan memiliki lebih banyak kerja sama di bidang-bidang lainnya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan bahwa perluasan hubungan antara Iran dan Uzbekistan memiliki lawan, namun keputusan harus dibuat terlepas dari penentangan ini dan berdasarkan kepentingan kedua negara. Kerja sama juga harus diperluas sebanyak mungkin.

Sementara itu,  Presiden Uzbekistan menyebut pertemuannya dengan Rahbar sebagai pertemuan bersejarah.

"Kami mohon maaf atas putusnya hubungan antara kedua negara dan berkurangnya kerja sama. Dan kami berharap dengan pembicaraan yang berlangsung di Tehran, kami akan mengambil langkah-langkah besar dan kerja sama di bidang perdagangan, transportasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pariwisata demi mencapai tingkat yang tepat dan diinginkan bersama," kata Shavkat Mirziyoyev.

Dia menegaskan, pencapaian bangsa Iran, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang saya lihat sebagian dalam pameran, menunjukkan bahwa sebuah bangsa di bawah bimbingan bijaksana pemimpinnya dan persatuan dapat mengatasi semua tekanan demi mencapai tujuan besar. 

Wawancara Langsung Presiden Iran dengan IRIB, Ini Isinya

Lembaga Penyiaran Radio dan Televisi Republik Islam Iran (IRIB) mengadakan wawancara langsung dengan Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi pada Selasa malam, 20 Juni 2023.

Dalam wawancara yang berlangsung bertepatan dengan dua tahun pemerintahan ke-13 Iran ini, Sayid Raisi menyinggung kerusuhan terbaru di negaranya dan beberapa isu penting lainnya.

"Musuh ingin menjegal kemajuan Republik Islam Iran, dengan menggulirkan perang hibrida, tapi rakyat bertekad untuk tidak membiarkan kemajuan terhenti," kata Raisi.

Raisi menyinggung pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei yang menekankan bahwa asas dari kerusuhan adalah karena musuh merasa Iran sedang mengalami kemajuan dan keputusasaan rakyat berubah menjadi harapan.

"Musuh mengira bisa merusak Iran, lewat kerusuhan, tapi mereka lupa bahwa Iran Islami bukan lagi benih muda yang baru tumbuh tapi sudah menjadi pohon kuat yang tidak mudah goyah," tegasnya.

Ditanya soal kebijakan bertetangga dengan negara sekitar, dan pemulihan hubungan dengan beberapa negara kawasan, Raisi menerangkan, "Hubungan dan interaksi dengan negara-negara tetangga, negara Muslim, dan sahabat, termasuk prioritas kebijakan luar negeri kami, dan sejak awal, pemerintah sudah mengumumkan akan menjabat seluruh tangan negara yang bersahabat dengan Iran." 

Pemimpin Hamas Bertemu Presiden Iran

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi menerima kunjungan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pada hari Selasa, 20 Juni 2023.

Dalam pertemuan ini, Raisi mengatakan, tanda-tanda membuktikan bahwa hari ini, kelompok-kelompok Perlawanan lebih kuat dari sebelumnya dan musuh-musuh front ini berada dalam posisi yang lebih lemah dari sebelumnya.

"Kemenangan Front Perlawanan telah mengungkapkan dan membuktikan bahwa klaim Zionis tentang kekuatan pencegah (deterrent power) tidak benar," kata Raisi di hadapan Haniyeh dan delegasi Hamas di Tehran.

Presiden Iran mengucapkan selamat atas kemenangan Front Perlawanan Palestina baru-baru ini dan menekankan bahwa kemenangan dalam mengahadap rezim Zionis Israel menunjukkan bahwa hari ini, inisiatif ada di tangan Front Perlawanan.

"Tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa hari ini, Gerakan Perlawanan lebih kuat dari sebelumnya dan musuh berada dalam posisi yang lebih lemah dari sebelumnya," tambahnya.

Raisi menuturkan, saat ini, Front Perlawanan tidak hanya di wilayah pendudukan, tetapi juga di kawasan dan bahkan di panggung internasional, dan perkembangan ini mengubah keseimbangan kekuatan dan merugikan arus dominasi.

"Pandangan politik saat ini, baik dari dalam maupun luar Palestina, telah mencapai koherensi dan kesatuan terkait konfrontasi di tanah ini. Saat ini, bahkan mereka yang pernah berusaha untuk bernegosiasi dan mencapai kesepakatan dengan rezim Zionis dan pendukungnya telah menganalisis secara mendalam dan menyimpulkan bahwa tidak ada gunanya bernegosiasi dengan rezim ini, dan satu-satunya cara yang mungkin untuk menghadapinya adalah perlawanan," jelasnya.

Presiden Iran menuturkan, hari ini, tidak ada yang memiliki kepercayaan sedikit pun pada rezim Zionis dan para pendukungnya, dan ini merupakan pencapaian besar lainnya untuk Front Perlawanan.

"Republik Islam Iran dan Front Perlawanan Palestina selalu percaya bahwa Zionis dan pendukung mereka tidak akan pernah mematuhi komitmen mereka, tetapi hari ini, hal ini menjadi jelas bagi seluruh dunia," terangnya.

Menurut Raisi, masalah paling penting Dunia Islam adalah pembebasan al-Quds, dan setiap upaya untuk menormalkan hubungan dengan rezim Zionis adalah pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan memfitnah Gerakan Perlawanan.

"Para pendukung rezim Zionis yang berusaha untuk menormalkan hubungan beberapa negara Islam dan Muslim dengan rezim Zionis harus tahu bahwa ini tidak akan menciptakan keamanan bagi rezim Zionis. Negara-negara ini, juga harus tahu bahwa normalisasi dengan Zionis hanya akan menimbulkan kebencian bagi mereka dari rakyat mereka sendiri dan negara-negara Muslim," ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh atas nama dirinya dan rakyat Palestina mengucapkan terima kasih atas dukungan terus menerus dari Republik Islam Iran untuk pembebasan al-Quds.

"Hari ini, Front Perlawanan, tidak hanya di Jalur Gaza, tetapi juga di Tepi Barat, wilayah pendudukan tahun 1984, dan bahkan di antara warga Palestina dan pendukung Palestina di luar tanah ini semakin meluas dan menguat," kata Haniyeh.

Menurut Haniyeh, Front Perlawanan Palestina telah mencapai level yang kuat dan kekuatan perlawanan yang lebih tinggi.

"Salah satu pencapaian besar dan penting Front Perlawanan di Palestina adalah pencapaian kohesi, integrasi, dan koordinasi yang sangat tinggi di antara semua kelompok pejuang, sebuah contohnya disaksikan dalam pertempuran 5 hari antara Kelompok Perlawanan Palestina dan rezim Zionis, yang kami arahkan dari kelompok operasi gabungan yang sangat tepat," jelasnya.

Haniyeh menyatakan bahwa hari ini, Palestina telah menjadi bagian dari aliran perlawanan yang terintegrasi dan berkelanjutan di kawasan.

"Semua kapasitas perlawanan dari kelompok-kelompok pejuang Palestina dan bahkan bagian lain dari gerakan perlawanan dalam pertempuran baru-baru ini berada di garis depan menghadapi zionis," pungkasnya. 

Bertemu Presiden Iran, Pemimpin Hamas Ucapkan Terima Kasih

Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh bertemu Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi dan mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukunga, Republik Islam dan rakyat negara ini kepada bangsa Palestina.

Dalam pertemuan ini, Raisi mengatakan, tanda-tanda membuktikan bahwa hari ini, kelompok-kelompok Perlawanan lebih kuat dari sebelumnya dan musuh-musuh front ini berada dalam posisi yang lebih lemah dari sebelumnya.

"Kemenangan Front Perlawanan telah mengungkapkan dan membuktikan bahwa klaim Zionis tentang kekuatan pencegah (deterrent power) tidak benar," kata Raisi di hadapan Haniyeh dan delegasi Hamas di Tehran, hari Selasa, (20/6/2023)  

Presiden Iran mengucapkan selamat atas kemenangan Front Perlawanan Palestina baru-baru ini dan menekankan bahwa kemenangan dalam mengahadap rezim Zionis Israel menunjukkan bahwa hari ini, inisiatif ada di tangan Front Perlawanan.

"Tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa hari ini, Gerakan Perlawanan lebih kuat dari sebelumnya dan musuh berada dalam posisi yang lebih lemah dari sebelumnya," tambahnya.

Raisi menuturkan, saat ini, Front Perlawanan tidak hanya di wilayah pendudukan, tetapi juga di kawasan dan bahkan di panggung internasional, dan perkembangan ini mengubah keseimbangan kekuatan dan merugikan arus dominasi.

"Pandangan politik saat ini, baik dari dalam maupun luar Palestina, telah mencapai koherensi dan kesatuan terkait konfrontasi di tanah ini. Saat ini, bahkan mereka yang pernah berusaha untuk bernegosiasi dan mencapai kesepakatan dengan rezim Zionis dan pendukungnya telah menganalisis secara mendalam dan menyimpulkan bahwa tidak ada gunanya bernegosiasi dengan rezim ini, dan satu-satunya cara yang mungkin untuk menghadapinya adalah perlawanan," jelasnya.

Presiden Iran menuturkan, hari ini, tidak ada yang memiliki kepercayaan sedikit pun pada rezim Zionis dan para pendukungnya, dan ini merupakan pencapaian besar lainnya untuk Front Perlawanan.

"Republik Islam Iran dan Front Perlawanan Palestina selalu percaya bahwa Zionis dan pendukung mereka tidak akan pernah mematuhi komitmen mereka, tetapi hari ini, hal ini menjadi jelas bagi seluruh dunia," terangnya.

Menurut Raisi, masalah paling penting Dunia Islam adalah pembebasan al-Quds, dan setiap upaya untuk menormalkan hubungan dengan rezim Zionis adalah pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan memfitnah Gerakan Perlawanan.

"Para pendukung rezim Zionis yang berusaha untuk menormalkan hubungan beberapa negara Islam dan Muslim dengan rezim Zionis harus tahu bahwa ini tidak akan menciptakan keamanan bagi rezim Zionis. Negara-negara ini, juga harus tahu bahwa normalisasi dengan Zionis hanya akan menimbulkan kebencian bagi mereka dari rakyat mereka sendiri dan negara-negara Muslim," ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh atas nama dirinya dan rakyat Palestina mengucapkan terima kasih atas dukungan terus menerus dari Republik Islam Iran dan rakyat negara ini untuk pembebasan al-Quds.

"Hari ini, Front Perlawanan, tidak hanya di Jalur Gaza, tetapi juga di Tepi Barat, wilayah pendudukan tahun 1984, dan bahkan di antara warga Palestina dan pendukung Palestina di luar tanah ini semakin meluas dan menguat," kata Haniyeh.

Menurut Haniyeh, Front Perlawanan Palestina telah mencapai level yang kuat dan kekuatan perlawanan yang lebih tinggi.

"Salah satu pencapaian besar dan penting Front Perlawanan di Palestina adalah pencapaian kohesi, integrasi, dan koordinasi yang sangat tinggi di antara semua kelompok pejuang, sebuah contohnya disaksikan dalam pertempuran 5 hari antara Kelompok Perlawanan Palestina dan rezim Zionis, yang kami arahkan dari kelompok operasi gabungan yang sangat tepat," jelasnya.

Haniyeh menyatakan bahwa hari ini, Palestina telah menjadi bagian dari aliran perlawanan yang terintegrasi dan berkelanjutan di kawasan.

"Semua kapasitas perlawanan dari kelompok-kelompok pejuang Palestina dan bahkan bagian lain dari gerakan perlawanan dalam pertempuran baru-baru ini, berada di garis depan menghadapi zionis," pungkasnya. 

Ketua Biro Politik Hamas Bertemu Rahbar

Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menerima kunjungan Kepala Politik Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) Ismail Haniyeh pada Rabu sore, 21 Juni 2023.

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh delegasi senior Hamas itu, Ayatullah Khamenei menyampaikan dukungan penuh pemerintah dan rakyat Republik Islam Iran kepada terhadap perjuangan rakyat Palestina melawan rezim Zionis Israel.

Sebelumnya, pada hari yang sama, Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi menerima kunjungan Haniyeh di istana kepresidenan Iran.

Abdollahian Bertemu Presiden Uni Emirat Arab

Menteri Luar Negeri Iran, dilaporkan bertemu dengan Presiden Uni Emirat Arab (UEA), dan menyampaikan undangan resmi kepada pemimpin UEA dari presiden Iran untuk berkunjung ke Tehran.

Seperti dilaporkan IRNA, Hossein Amir-Abdollahian yang tengah berkunjung ke UEA bertemu dengan presiden negara ini, Sheikh Mohammad bin Zayed Al Nahyan membahas berbagai isu hubungan bilateral di bidang politik, ekonomi, perdagangan, budaya dan konsuler.

Kedua pihak seraya mengaku puas atas proses perluasan hubungan kedua negara, memiliki pandangan yang sama mengenai koordinasi, program dan langkah bersama untuk meningkatkan kerja sama bilateral khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan.

Menlu Iran dan presiden UEA juga membicarakan pemanfaatan inisiatif untuk memperkuat kerja sama regional dalam koridor kepentingan bersama negara-negara dan bangsa kawasan.

Hossein Amir-Abdollahian pada tujuan keempat dan terakhir dari perjalanan regionalnya ke negara-negara Teluk Persia, tiba di bandara Abu Dhabi dan disambut oleh Khalifa Shaheen Al Marar, Menteri Penasihat Uni Emirat Arab.

Menlu Iran sebelum ke UEA, telah berkunjung ke Qatar, Oman dan Kuwiat serta bertemu dengan petinggi negara-negara tersebut membicarakan pengembangan interaksi dan kerja sama bilateral. 

Tags