Acara Duka Malam Keenam Muharam di Hamedan (2)
(last modified Mon, 24 Jul 2023 13:29:30 GMT )
Jul 24, 2023 20:29 Asia/Jakarta
  • Acara duka malam keenam Muharam 1445H di kota Maryanaj, Hamedan, Iran.
    Acara duka malam keenam Muharam 1445H di kota Maryanaj, Hamedan, Iran.

Ribuan warga Hamedan menghadiri acara duka malam keenam Muharam di kota Maryanaj, provinsi Hamedan, Republik Islam Iran, Minggu (23/7/2023).

Acara pada malam tanggal 6 Muharam 1445 H ini diisi dengan ceramah dan kisah-kisah menjelang tragedi Asyura yang menimpa keluarga Nabi Muhammad SAW serta syair-syair tentang keutaman Ahlul Bait as.

Ada pula pertunjukan teater yang menggambarkan tragedi Karbala.

Hari pertama bulan Muharam tahun ini jatuh pada hari Rabu (19/7/2023). Ketika bulan Muharam tiba, warga Republik Islam Iran tenggelam dalam duka mengenang kesyahidan Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw.

Bendera merah kebebasan dan kebanggaan yang membawa semangat Huseini berkibar di seluruh wilayah Republik Islam Iran.

Warga negara ini menghadiri acara dan majelis duka untuk mengenang Tragedi Karbala yang menimpa keluarga Nabi Muhammad Saw.

Masyarakat di Republik Islam Iran dari berbagai kalangan dan usia memenuhi majelis-majelis duka yang digelar di masjid, huseiniyah, pusat-pusat ziarah, lapangan, bundaran dan tempat-tempat umum lainnya.

Selain mendengarkan ceramah dan berdoa bersama di majelis-majleis duka, mereka juga mengadakan acara pawai Muharam di jalan-jalan sebagai bentuk ungkapan kesedihan atas tragedi yang menimpa keluarga Nabi Muhammad Saw.

10 Asyura adalah hari memperingati Asyura. Tanggal 10 Muharam 61 H, Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw dan keluarga beserta para pengikutnya gugur syahid dibantai oleh pasukan Umar bin Saad di Padang Karbala. Imam Husein as gugur pada usia 57 tahun.

Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heorik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.

Kebangkitan Imam Hussein melawan pemerintahan tiran Yazid bertujuan untuk menjaga kelangsungan agama Islam yang terkena erosi kerusakan di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya.

Oleh karena itu, motivasi perjuangan cucu tercinta Rasulullah Saw ini demi menjaga kesucian Islam dari berbagai penyimpangan yang dilakukan penguasa lalim di masanya. Imam Husein bangkit melawan Yazid bin Muawiyah bukan karena menghendaki kekuasaan, tapi karena ketulusannya membela ajaran agama Islam dan mengembalikan umat Islam dari berbagai penyimpangan.

Imam Hussein dalam salah satu munajatnya berkata,"Ya ilahi, Engkau tahu tujuan kebangkitanku bukan bersaing untuk meraih kekuatan politik atau merebut kekayaan dan kemegahan dunia. Tetapi motif utama kebangkitanku demi menghidupkan kembali ajaran-Mu, mengibarkan tanda-tanda keagungan agama-Mu dan memperbaiki urusan di muka bumi. Kami akan membela hak-hak mereka yang dilanggar dan mengembalikannya kepada mereka. Kami akan mengikuti aturan yang telah Engkau wajibkan kepada para hamba-Mu untuk mengikutinya..."

Imam Husein dalam munajatnya ini dan berbagai perkataannya yang lain memiliki motif ketuhanan yang terlihat jelas di berbagai bidang, termasuk dalam gerakan perlawanannya menghadapi rezim lalim Yazid bin Muawiyah. (RA)