Gondishapur Iran; Universitas Pertama Dunia di Jantung Khuzestan
(last modified Tue, 03 Jun 2025 12:05:16 GMT )
Jun 03, 2025 19:05 Asia/Jakarta
  • Gondishapur Iran; Universitas Pertama Dunia di Jantung Khuzestan

Pars Today – Berjarak 17 kilometer dari tenggara kota Dezful sekarang, di antara gurun-gurun utara Khuzestan, terdapat reruntuhan kuno Gondishapur, sebuah kota yang pernah tercatat dalam sejarah sebagai pusat ilmu dan kebijaksanaan.

Gondishapur, dibangun di Abad ke-3 Masehi, atas perintah Shapur I, Raja Dinasti Sananiyah Kedua, dengan nama Vehndi Shapur yang berarti “lebih baik dari Antiokhia”.
 
Pada tahun 260 Masehi, Shapur I, dalam sebuah pertempuran yang dikenal dengan Pertempuran Edessa (di sekitar wilayah selatan Turki saat ini), berhasil menang atas pasukan Romawi, yang dipimpin oleh Komandan Valerian, Kekaisaran Romawi Kedua.
 
Pertempuran yang terjadi di kota Antiokhia, salah satu kota penting Kekaisaran Romawi di masa itu, menciptakan kerusakan hebat, dan Komandan Valerian, bersama banyak pasukannya disandera oleh pasukan Iran.
 
Setelah menang dalam pertempuran ini, Shapur I yang tertarik dengan keindahan kota Antiokhia, memutuskan untuk membangun kota yang serupa di Iran. Dalam pekerjaan ini, ia memanfaatkan tenaga para tawanan perang Romawi yang menguasai arsitektur Romawi.
 
Untuk membangun sebuah kota, Shapur I memilih sebuah wilayah yang merupakan tempat untuk mengumpulkan pasukan. Kemudian di atasnya dibangun sebuah kota berdasarkan gaya arsitektur Yunani, Hippodamus of Miletus (5 SM).
 
Jalan-jalan kota yang lebar dan lurus, persimpangan-persimpangan jalan yang saling berpotongan, gang-gang yang paralel, serta gedung-gedung yang sebagian besarnya memiliki satu hingga tiga lantai.
 
Kota ini membentang seperti sebuah papan catur, persegi panjang, rapi, dan diukir di atas dataran Khuzestan, sementara jalan-jalannya yang saling bersilangan, membentuk sebuah strategi hidup dan dinamis dari ruang serta gerakan.
 
Selama berabad-abad, Gondishapur, termasuk tujuh kota asli Khuzestan kuno, dan reputasinya bukan hanya karena posisi yang strategis, tapi juga karena perpaduan tradisi pengetahuan Iran, Yunani, India, dan Romawi.
 
Awalnya kota ini dibangun sebagai benteng militer Shapur I, namun karena tanahnya yang subur serta taman-tamannya yang indah, kota ini dengan cepat berubah menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kedokteran. Shapur I, memerintahkan penerjemahan luas buku-buku medis Yunani ke bahasa Pahlavi (bahasa akademik Dinasti Sananiyah).
 
Akan tetapi puncak kejayaan Gondishapur, terjadi di masa pemerintahan Khosrow Anoshirvan, ketika rumah sakit besar dibangun kala itu, dan sekolah kedokteran kota sebagai tempat berobat serta belajar dibangun di masa Dinasti ini. Di Abad Pertengahan, para ilmuwan dari Gondishapur, menjadi rujukan terkemuka dalam ilmu kedokteran, dan perguruan tinggi.
 
 
Universitas Gondishapur: Universitas Terkuno di Dunia
 
Gondishapur, benar-benar dapat dikatakan sebagai universitas resmi pertama dalam sejarah dunia. Tempat yang untuk pertama kalinya mengajarkan kedokteran Hipokrates, dalam kerangka akademik. Kota ini menerima mahasiswa dan ilmuwan dari seluruh penjuru dunia. Mulai dari pengikut agama Kristen Nestorian, yang membawa terjemahan-terjemahan bahasa Suryani, dari buku-buku Yunani, hingga ahli matematika India dan para filsuf Yunani.
 
Di universitas ini terbentuk sebuah aliran kedokteran terintegrasi yang memadukan pengetahuan India, Iran, Suriah, dan Yunani. Bahkan karya-karya Plato dan Aristoteles, atas perintah Anoshirvan, diterjemahkan ke dalam bahasa Pahlavi, dan diajarkan.
 
Para sejarawan mengatakan Shapur I, pendiri kota ini memerintahkan dilakukan sebuah proyek penerjemahan luas, dan sejumlah banyak buku kedokteran Yunani, diterjemahkan ke bahasa Pahlavi.
 
Seiring berjalannya waktu, perpustakaan Gondishapur, berubah menjadi simbol keragaman pemikiran. Di antara tema yang dihapal dan dikaji adalah karya-karya berharga seperti Kitab Raja-Raja, Kalilah wa Dimnah, 1.000 Kisah, Sinbad, Vis dan Ramin, kitab agama-agama, dan Mahkota.
 
Di universitas inilah dokter-dokter Iran, bersama para filsuf Yunani, ilmuwan berbahasa Suryani, dan matematikawan India, bekerja sama. Beberapa di antara mereka bahkan mengatakan kota Gondishapur, adalah cikal bakal kota Baitul Hikmah, yang terkenal di Baghdad, Irak.
 
Sejarah untuk pertama kalinya mencatat bahwa di kota ini pengobatan Hipokartes diajarkan secara resmi dalam sebuah lingkungan pendidikan tinggi. Akan tetapi hasil pemikirannya tidak terbatas pada seni pengobatan semata.
 
Sebuah pusat produksi minyak wangi, sebuah industri tekstil yang berkembang pesat, bahkan pabrik kekaisaran di dalam tembok-tembok kerajaan, tumbuh, dan seiring dengan masuknya para dokter serta peneliti berbakat dari wilayah yang dekat dan jauh, Gondishapur pun mengalami kejayaannya.
 
 
Jantung Ekonomi dan Kebudayaan
 
Gondishapur, bukan hanya sebuah pusat pengetahuan, tapi juga menjadi tempat pembuatan koin-koin Yazdgerd III, Raja terakhir Dinasti Sasaniyah, selain Sistan. Gondishapur, juga merupakan pabrik pembuatan minyak wangi, industri kain tenun, dan perusahaan-perusahaan kerajaan yang tumbuh subur.
 
 
Keruntuhan dan Warisan Abadi
 
Di abad ke-9 dan ke-10 Masehi, bersamaan dengan naiknya popularitas Baghdad, Gondishapur, perlahan-lahan terhapus dari pusat perhatian. Perpustakaan-perpustakaan, ruang-ruang pidato, dan taman-tamannya tenggelam dalam kebisuan.
 
Akan tetapi keagungan Gondishapur, tidak berakhir dengan keruntuhan Kekaisaran Sasaniyah. Warisannya terus langgeng hingga masa Islam. Keluarga Bukhtishu, keturunan dokter-dokter terkenal, selama beberapa generasi terus menjadi pilar pemikiran lembaga pendidikan ini.
 
Hari ini hanya karya-karya yang tersebar, dan reruntuhan pudar yang tersisa dari Gondishapur, di dekat pesisir sungai Karun, yang membisikan tentang kemegahan dan keagungan masa lalu yang panjang. (HS)