Imam Khomeini ra, Arsitek Persatuan Islam dan Pembawa Kebangkitan Perjuangan Palestina
-
Sheikh Mohammad al-Zaabi, anggota Dewan Pusat Asosiasi Ulama Muslim Lebanon.
Pars Today – Seorang anggota Dewan Pusat Asosiasi Ulama Muslim Lebanon menyinggung peran penting Pendiri Republik Islam Iran Imam Khomeini ra dalam menghidupkan kembali perjuangan rakyat Palestina.
"Imam Khomeini ra membangun persatuan Islam dan perlawanan yang koheren dalam melawan penindasan dan kolonialisme," kata Sheikh Mohammad al-Zaabi ketika menggambarkan peran penting Imam Khomeini ra untuk dunia Islam.
Dia menyebut Imam Khomeini ra sebagai tokoh yang memiliki kesadaran dan wawasan tinggi tentang realitas-realitas sejarah, rencana, proyek, metode, kepentingan, tujuan, titik persimpangan dan kontradiksi-kontradiksi musuh.
Seperti dilansir Pars Today mengutip kantor berita Mehr, Sheikh Mohammad al-Zaabi, dalam pernyataan terbaru, menyinggung kebangkitan dunia Islam setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran.
"Imam Khomeini ra memiliki pemahaman yang mendalam tentang kepentingan-kepentingan kekuatan kolonial yang arogan, rencana jahat dan metode licik mereka untuk membagi dunia Islam menjadi negara-negara lemah yang tidak mampu menghadapi kekuatan besar dan tidak mampu melindungi kekayaan dan energi mereka dari para penjajah," tuturnya.
Dia menambahkan, penjarahan ini menyebabkan kekuatan-kekuatan kolonial terus meningkat, sehingga menghalangi dunia Islam mencapai kekuatannya yang sebenarnya, dan tetap tunduk pada kehendak dan keputusannya di bawah kekuasaan kaum arogan. Oleh karena itu, Imam Khomeini ra meneriakkan slogan, "Wahai kaum Muslimin sedunia dan kalian kaum tertindas yang berada di bawah kekuasaan kaum penindas, bangkitlah dan bersatulah, bela dan lingungi Islam dan kekayaan kalian, dan jangan takut dengan kegaduhan kaum arogan."
Sheikh Mohammad al-Zaabi mengatakan, persatuan Islam merupakan salah satu asas konstitusi Republik Islam Iran, dan sejak kemenangan Revolusi Islam hingga saat ini, Iran selalu berupaya meningkatkan solidaritas dan persatuan negara-negara Islam. Menurutnya, Asosiasi Ulama Muslim Lebanon didirikan atas restu dan dukungan Imam Khomeini ra.
Anggota Dewan Pusat Asosiasi Ulama Muslim Lebanon itu lebih lanjut mengatakan bahwa masalah Palestina sangat penting di mata Imam Khomeini ra. "Imam Khomeini ra menganggap perjuangan Palestina, selain sebagai ikatan persaudaraan Islam, juga sebagai pelaksanaan kewajiban agama dalam mendukung yang tertindas dan menghadapi penindasan," ujarnya.
Sheikh Mohammad al-Zaabi menuturkan, dalam pidato Imam Khomeini ra pada tanggal 15 Desember 1978, beliau menegaskan makna ini, "Kami selalu membela Palestina dengan sekuat tenaga, karena ini adalah kewajiban Islam, dan kami akan selalu memenuhi kewajiban ilahi ini, atas kehendak Allah SWT, bersama semua umat Islam."
" Imam Khomeini ra mulai membantu perlawanan di Lebanon dan Palestina, dan dukungannya telah mengubah perlawanan dan memungkinkannya menerapkan keseimbangan ketakutan terhadap musuh, Zionis, yang kemudian mengarah pada kemenangan berturut-turut di Palestina dan Lebanon. Masalah Palestina juga termasuk dalam pidato Imam Khomeini ra kepada para jemaah haji dan peziarah di Baitullah, karena haji adalah salah satu rukun Islam dan tempat pertemuan utama bagi umat Islam dari seluruh dunia, dan selama musim haji, isu-isu yang menyatukan umat Islam, dan khususnya isu Palestina, harus diangkat dan didiskusikan," jelasnya.
Sheikh Mohammed al-Zaabi menuturkan, puasa sebagai salah satu rukun Islam juga menjadi faktor pemersatu umat Islam dalam mendukung perjuangan Palestina, di mana Imam Khomeini ra menetapkan hari Jumat terakhir pada bulan suci Ramadan sebagai Hari Quds Internasional.
Dukungan tanpa batas terhadap perlawanan terhadap musuh, Zionis, baik di tingkat militer, politik, maupun budaya, menyebabkan Revolusi Islam dan Republik Islam Iran menjadi musuh Barat. Iran menganggap Barat sebagai ancaman yang dapat menjarah sumber daya dan kekayaan bangsa-bangsa muslim.
Sheikh Mohammed al-Zaabi di akhir pernyataannya merujuk pada tekanan dan sanksi Barat terhadap Iran. Dia mengatakan, "Setelah hampir setengah abad pengepungan (sanksi) yang tidak adil, Republik Islam Iran telah membuktikan kemampuannya untuk mengatasi dampak pengepungan dan embargo ini, dan terus maju di jalur pembangunan. Republik Islam Iran juga telah mampu menghadirkan model politik yang secara praktis tak tertandingi di dunia dalam hal komitmen moral dan spiritual." (RA)