Bagaimana Perjalanan Imam Khamenei Menjadi Pemimpin Revolusi Islam?
(last modified Sun, 08 Jun 2025 03:27:16 GMT )
Jun 08, 2025 10:27 Asia/Jakarta
  • Bagaimana Perjalanan Imam Khamenei Menjadi Pemimpin Revolusi Islam?

Pada 4 Juni 1989, Ayatullah Khamenei, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Iran, terpilih sebagai pemimpin besar revolusi Islam melalui suara mayoritas dari para anggota Dewan Pakar Kepemimpinan.

Setelah berita wafatnya Imam Khomeini dipublikasikan, anggota Dewan Pakar Kepemimpinan, yang bertanggung jawab untuk memilih pemimpin diundang ke Tehran.

Pada rapat tanggal 4 Juni 1989, wasiat Imam Khomeini, yang telah dipercayakan kepada para ahli, dibacakan oleh Ayatullah Khamenei, dan pada sesi malam, topik pemilihan Pemimpin Besar Revolusi Islam dibahas.

Pada pertemuan ini, Ayatullah Khamenei terpilih sebagai pemimpin dengan suara sekitar enam puluh dari 74 anggota yang hadir di Dewan Pakar Kepemimpinan.

Artikel dari Parstoday kali ini akan membahas kehidupan dan bagaimana perjalanan Imam Khamenei terpilih sebagai Pemimpin Besar Revolusi Islam.

Kelahiran

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, putra mendiang Hujatul Islam wal Muslimin Haji Sayid Javad Hosseini Khamenei, lahir pada tanggal 19 April 1939 di kota suci Mashhad. Ia adalah putra kedua dalam keluarga tersebut.

 

Pemimpin Besar Revolusi di usia satu setengah tahun

 

Hauzah Ilmiah

Beliau masuk Hauzah ilmiah setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan mempelajari sastra serta ilmu-ilmu dasar dari ayahnya dan profesor-profesor lain pada masa itu.

Ayatullah Khamenei, mulai mempelajari yurisprudensi dan prinsip-prinsip hukum Islam di Mashhad pada usia delapan belas tahun. Lalu berangkat ke Najaf Ashraf pada tahun 1957 dengan tujuan untuk mengunjungi tempat-tempat suci tersebut. Setelah mengamati dan mengikuti pelajaran-pelajaran dari para mujtahid besar di Hauzah Ilmiah Najaf, ia menyukai kondisi pelajaran, pengajaran, dan penelitian di sana, dan memberi tahu ayahnya tentang niatnya tersebut. Akan tetapi, ayahnya tidak setuju. Setelah beberapa lama, ia kembali ke Mashhad.

Ayatullah Khamenei mempelajari fiqh, usuhul fiqh dan filsafat di Hauzah Ilmiah Qom dari tahun 1937 hingga 1964. Pada tahun 1964, dari korespondensi yang dilakukan Pemimpin Besar Revolusi Islam dengan ayahnya, mereka mengetahui bahwa salah satu mata ayahnya buta karena katarak.

Mereka sangat sedih dan bimbang antara tetap tinggal di Qom dan melanjutkan studi di madrasah besarnya atau pergi ke Mashhad dan merawat ayah mereka. Ayatullah Khamenei sampai pada kesimpulan bahwa mereka harus pindah dari Qom ke Mashhad dan merawat ayah mereka.

 

Masa remaja Pemimpin Besar Revolusi Islam

 

Pernikahan

Ia menikah dengan Khojasteh pada awal musim gugur tahun 1964, dan dari pernikahan ini dikaruniai 6 orang anak (dua putri dan empat putra).

 

Pemimpin Revolusi Islam bersama putra-putranya

 

Perjuangan Politik

Ayatullah Khamenei, yang menurut dirinya sendiri adalah salah satu murid Imam Khomeini yang ahli hukum, politikus, dan revolusioner, memasuki medan perjuangan politik pada tahun 1962 untuk mendukung gerakan revolusioner dan protes Imam Khomeini terhadap kebijakan anti-Islam dan pro-Amerika dari Mohammad Reza Shah Pahlavi.

Beliau berjuang selama enam belas tahun meskipun mengalami banyak pasang surut, penyiksaan, pengasingan, dan pemenjaraan, dan tidak takut akan bahaya apa pun di jalan ini.

Ayatullah Khamenei ditangkap 6 kali selama perjuangannya melawan rezim Pahlavi, dan ia disiksa dalam setiap penangkapan tersebut.

Pengasingan

Pada akhir tahun 1977, rezim Pahlavi yang lalim menangkap Ayatullah Khamenei dan mengasingkannya ke Iranshahr di wilayah tenggara Iran selama tiga tahun. Pada pertengahan tahun 1978, dengan munculnya perjuangan rakyat Muslim dan revolusioner Iran pada umumnya, ia dibebaskan dari pengasingan dan kembali ke Mashhad. Ia ditempatkan di garis depan perjuangan rakyat melawan rezim Pahlavi.

Setelah bertahun-tahun berjuang, dan menanggung semua kesulitan dan kepahitan itu, ia melihat buah manis dari perjuangan dan perlawanan yaitu, kemenangan Revolusi Islam Besar Iran dan jatuhnya pemerintahan Pahlavi yang memalukan dan menindas serta pembentukan pemerintahan Islam di negeri ini.

 

Pemimpin revolusioner di pengasingan

 

Menjelang kemenangan

Menjelang kemenangan Revolusi Islam, sebelum Imam Khomeini kembali dari Paris ke Tehran, Dewan Revolusi Islam dibentuk di Iran oleh Imam Khomeini dengan partisipasi individu dan tokoh penting ketika itu seperti Syahid Muthahari, Syahid Beheshti, Hashemi Rafsanjani dan lainnya. Ayatullah Khamenei juga menjadi anggota dewan ini atas perintah Imam Khomeini.

 

Pemimpin Revolusi bersama Imam Khomeini (RA) dan Syahid Beheshti

 

Setelah kemenangan Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei terus bersemangat dan tekun dalam kegiatan-kegiatan Islam yang berharga dan untuk semakin dekat dengan tujuan-tujuan Revolusi Islam, yang semuanya unik dan sangat penting dengan caranya sendiri dan pada masanya.

Dalam artikel singkat ini, kami hanya akan menyebutkan yang utama:

- Mendirikan "Partai Republik Islam" dengan kerja sama dan konsensus para ulama pejuang dan kawan-kawan seperjuangannya pada bulan Maret 1978.

- Wakil Menteri Pertahanan pada tahun 1979.

- Kepala Korps Garda Revolusi Islam, 1979.

- Imam shalat Jumat di Tehran, 1979.

- Perwakilan Imam Khomeini di Dewan Tinggi Pertahanan, 1979.

- Perwakilan rakyat Tehran di Majelis Syura Islami, 1979.

- Kehadiran aktif dan tulus dalam seragam tempur di garis depan Pertahanan Suci, pada tahun 1980 dengan dimulainya perang Irak yang dipaksakan terhadap Iran dan invasi tentara penjajah Saddam ke perbatasan Iran; dengan peralatan dan provokasi kejahatan dan kekuatan besar, termasuk Amerika Serikat danUni Soviet.

- Korban selamat pada aksi teror yang gagal oleh orang-orang munafik pada tanggal 26 Juli 1980 di Masjid Abu Dhar di Tehran.

- Kepresidenan; Setelah syahidnya Mohammad Ali Rajai, Presiden kedua Iran, Ayatullah Khamenei terpilih sebagai Presiden Republik Islam Iran pada bulan Oktober 1980 dengan lebih dari enam belas juta suara rakyat dan dekrit persetujuan Imam Khomeini. Ia juga terpilih untuk jabatan dan tanggung jawab ini untuk kedua kalinya dari tahun 1985 sampai tahun 1989.

- Ketua Dewan Revolusi Kebudayaan,1980.

- Ketua Dewan Pertimbangan Kebijaksanaan,1987.

- Ketua Dewan Revisi Konstitusi,1989.

Mekanisme pemilihan Pemimpin Besar Revolusi Islam

Pemilihan pemimpin masa depan setelah wafatnya Imam Khomeini dilakukan oleh anggota Dewan Pakar Kepemimpinan Iran sesuai dengan konstitusi.

Dalam konstitusi yang disetujui pada tahun 1979, Pasal 5 menyatakan,“Selama masa gaibnya Imam Mahdi, di Republik Islam Iran, perwalian dan imamah negara berada di tangan seorang ahli hukum yang adil dan saleh, menyandari tantangan zaman, berani, administratif dan cerdas, yang diakui dan diterima oleh mayoritas rakyat sebagai pemimpin. Jika tidak ada yang memiliki persyaratan demikian, para ahli hukum akan memilih pemimpin atau dewan kepemimpinan yang terdiri dari para ahli hukum dengan kualifikasi di atas yang akan mengambil peran ini sesuai dengan Pasal 107.”

Dengan demikian, pada tanggal 14 Khordad 1988 H, di Majelis Ahli, Ayatollah Khamenei, Presiden Iran saat itu, terpilih sebagai pemimpin sistem Islam dengan suara mayoritas dari para ahli (sekitar enam puluh dari 74 anggota yang hadir).

Pembawa Bendera Umat Islam

Kesetiaan yang luas dan tinggi kepada Ayatullah Khamenei oleh para pejabat senior pemerintah Islam, berbagai lembaga, keluarga Imam Khomeini, para pemuka agama, para elit, tokoh Hauzah dan akademisi, keluarga syuhada, dan berbagai lapisan masyarakat Iran, membuktikan kepada dunia bahwa Iran, di bawah kepemimpinan Ayatullah Khamenei terus menjadi pembawa bendera Umat Islam.

 

Imam Khamenei

 

Apa yang dikatakan putra Imam Khomeini tentang Ayatullah Khamenei?

Haji Sayid Ahmad Khomeini mengirim ucapan selamat kepada Ayatullah Khamenei beberapa jam setelah ia terpilih sebagai Pemimpin Besar Revolusi Islam, dengan mengatakan,"Imam telah berulang kali menyebut Anda sebagai seorang ulama Muslim dan orang terbaik untuk memimpin pemerintahan Islam kita. Saya dan seluruh anggota keluarga Imam dengan tulus berterima kasih kepada para Ayatullah yang terhormat, para ahli, karena kami percaya bahwa jiwa Imam kita tercinta telah bahagia dan damai dengan pemilihan ini. Sekali lagi, sebagai seorang saudara lebih muda, saya memandang perintah Pemimpin Besar Revolusi mengikat saya."

Image Caption

 

Melanjutkan Jalan Imam

Setelah terpilihnya Imam Khomeini, Ayatullah Khamenei menyebut Imam Khomeini sebagai "akar pohon suci revolusi" dan menyatakan,"Kami akan melanjutkan jalan kami berdasarkan jalan Imam Khomeini (RA)."