Diplomasi Zarif di Kunjungan ke Afrika Utara
(last modified Mon, 19 Jun 2017 13:20:35 GMT )
Jun 19, 2017 20:20 Asia/Jakarta
  • Mohammad Javad Zarif
    Mohammad Javad Zarif

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Mohammad Javad Zarif Senin (19/6) di hari kedua kunjungan periodiknya ke Afrika Utara bertemu dan berunding dengan petingg Mauritania.

Zarif Ahad (18/6) di hari pertama lawatannya ini tiba di Aljir, ibukota Aljazair. Diplomasi Zarif di Afrika utara akan berlanjut ke Tunisia. Lawatan Zarif ke Afrika utara sangat penting dari dua sudut. Pertama, lawatan ini digelar di saat transformasi regional dan internasional sangat membutuhkan pada dialog dan diplomasi kuat.

Dalam koridor ini, Iran dan Aljazair melalui saling konsultasi merupakan dua negara yang mampu memperkokoh kerja sama antar negara Islam dan Non Blok di tingkat internasional serta menguatkan kebijakan regional. Wajar jika Afrika sebagai benua kedua dunia yang dari sisi luas, memiliki populasi hampir satu miliar orang dan dengan lebih dari 50 negara, sangat penting dalam kebijakan luar negeri Iran. Namun harus disadari bahwa berlanjutnya krisis di kawasan adalah kendala terbesar yang mencegah interaksi politik dan ekonomi serta hanya menguntungkan kelompok teroris dan rezim Zionis Israel.

Instabilitas di Afrika termasuk utara benua ini mendorong berbagai negara tidak mampu memainkan peran sejati mereka dalam menangani krisis. Maraknya gerakan radikalisme etnis dan agama di bawah pengaruh Arab Saudi termasuk kendala lain yang dihadapi sejumlah negara Afrika. Gerakan ini memiliki dampak merusak di mayoritas negara Afrika. Menurut perspektif ini, menlu Iran di perundingannya dengan petinggi Aljazair dan Tunisia mengungkapkan kekhawatirannya atas tensi yang ada antara negara-negara Arab kawasan Teluk Persia. “Iran sangat khawatir dengan eskalasi kondisi antara Qatar dan tetangganya, dan yakin dialog sebagai solusi terbaik,” papar Zarif.

Urgensitas lain dari lawatan Zarif, kembali pada hubungan bilateral dengan perspektif ekonomi. Abdelmadjid Tebboune, perdana menteri Aljazair saat bertemu dengan Zarif mengatakan, “Aljazair siap meningkatkan hubungannya dengan Iran di segala sektor khususnya ekonomi dan perdagangan.”

Tak diragukan lagi Iran dan negara-negara Afrika memiliki beragam kapasitas untuk kerjasama, di mana dengan identifikasi kapasitas ini mereka mampu meningkatkan hubungan bilateralnya. Dalam hal ini Mauritania, Aljazair dan Tunisia termasuk negara yang memiliki hubungan lama dengan Iran.

Menurut sejarawan, Iran di Asia dan Tunisia di Afrika Utara adalah pusat keagungan peradaban Islam. Universitas Ez-Zitouna adalah universitas tertua di sejarah Islam. Buku-buku Baydawi, Zamakhshari, Razi, Jorjani dan Tabari menjadi rujukan utama dan  penyelenggaraan milenium Ferdowsi, penyair besar Iran di Tunisia mengindikasikan hubungan budaya antara bangsa Iran dan Tunisia.

Mahmoud Qadallah, penulis terkenal Tunisia juga menulis bukut terkait kecintaan kepada Ahlul Bait Nabi di Tunisia dan hal ini mengindikasikan emosi rakyat negara ini terhadap keluarga Nabi.

Mengingat catatan diplomasi seperti ini, Iran berusaha memainkan peran lebih besar dalam menjalin hubungan dengan kawasan ini.

Presiden Republik Islam Iran, Hassan Rouhani di pertemuan tahun lalu dengan Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma di Tehran seraya menekakan pentingnya kerja sama Iran dan Afrika di segala bidang termasuk perang melawan terorisme sebagai kendal terbesar di Afrika dan Timur Tengah menjelaskan, “Untuk menciptakan perdamaian yang permanen di kawaan kami membutuhkan kerja sama dan empati.”

Lawatan menlu Iran ke Afrika Utara dapat dicermati dalam koridor ini. (MF)

Tags