Para Musafir Arbain Imam Husein as (5)
-
Para peserta pawai Arbain sedang bergerak ke Karbala.
Ada banyak jalan untuk menuju kota Karbala di Irak. Bagi peziarah Iran, ada rute singkat yang bisa ditempuh 3 hari dan juga rute panjang dengan 20 hari jalan kaki. Rute tertentu sangat padat dan sebagian lain lumayan lengang.
Pawai jalan kaki ini bisa sangat jauh karena diukur dari titik mereka bergerak sampai mencapai perbatasan Iran-Irak dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Karbala.
Peziarah yang bergerak dari makam Imam Ali as di Najaf akan menempuh perjalanan jalan kaki antara 2-3 hari untuk mencapai Karbala. Jaraknya mencapai 80 kilometer dan terdapat total 1.452 tiang yang diberi tanda khusus untuk menuntun peziarah agar tidak tersesat. Jarak antara satu tiang dengan tiang lainnya sekitar 50 meter. Perjalanan ini secara resmi dimulai pada 16 Safar, empat hari sebelum Arbain. Peziarah diharapkan tiba di Karbala pada malam sebelum Arbain.
Ketika para peziarah memutuskan mengikuti pawai akbar ini, mereka akan menemukan kerumunan besar orang dengan tujuan yang sama dan mereka berasal dari negara yang berbeda. Berbagai lapisan masyarakat dari berbagai kelompok usia bergabung dalam pawai Arbain.
Di malam hari, peziarah biasanya ditempatkan di tenda-tenda khusus untuk istirahat yang dipisah secara gender. Tenda ini dilengkapi dengan semua layanan yang diperlukan untuk bermalam. Warga Irak juga menawarkan rumah mereka secara gratis sebagai tempat penginapan peziarah atau mengundang mereka untuk makan malam di rumah. Para pemandu dan tentara bersiaga di sepanjang rute untuk keperluan bimbingan dan keamanan.
Pasukan Irak dikerahkan di sekitar semua pintu masuk ke kota Karbala untuk memastikan keamanan maksimum bagi para peziarah.
Kelompok peziarah dari luar negeri biasanya membawa bendera nasional di tangan mereka. Mereka berasal dari Iran, Indonesia, Thailand, Sri Lanka, Nigeria, Tanzania, Belgia, Australia, Turki, Kuwait, Bahrain, Lebanon, Kazakhstan, dan negara-negara lain.
Iran sendiri telah membangun lebih dari 1.600 posko untuk menyediakan makanan, minuman, akomodasi, dan layanan medis bagi para peziarah yang memilih berjalan kaki.

Dari titik start, peziarah akan menemukan posko-posko yang dibangun oleh berbagai komunitas untuk menjamu peziarah sepanjang jalan. Posko ini dibangun oleh komunitas Syiah dari seluruh dunia, tetapi partisipasi suku-suku dan para dermawan Irak tampak lebih dominan. Posko ini disebut mawkib; tenda untuk memberikan pelayanan kepada peziarah.
Beberapa posko ini dibangun permanen, tetapi kebanyakan muncul pada momen tertentu dan pada musim puncak ziarah seperti Hari Asyura atau Arbain. Pemilik posko ini adalah masyarakat biasa yang ingin berbagi kebaikan dan menyediakan pelayanan sesuai dengan kemampuan mereka secara gratis.
Pawai akbar Arbain adalah sebuah gerakan multi-dimensi. Ia adalah sebuah gerakan cinta dan bukti dari cinta yang tulus orang-orang kepada Imam Husein as. Ia juga sebuah gerakan irfani yang bertujuan untuk mengenal dan memahami kebangkitan Imam Husein as, dan juga merupakan sebuah gerakan persatuan.
Lebih dari 100 juta porsi makanan sudah didistribusikan kepada peziarah dalam beberapa hari terakhir. Pelayanan shalawat ini tidak hanya terbatas pada nasi, para peziarah juga akan dijamu dengan berbagai menu pelengkap termasuk salad, snack, buah-buahan, teh hangat, perlengkapan balita dan bayi, dan lain sebagainya. Para dokter dan tukang pijat bersiaga penuh untuk melayani peziarah dan segera memberi pertolongan jika ada masalah.
Menurut perkiraan, sekitar 20 juta orang mendatangi Karbala untuk berziarah ke makam Imam Husein as dan setengah dari mereka memilih berjalan kaki dari wilayah Iran atau titik-titik lain di Irak.
Salah seorang peziarah asal India menuturkan, "Salah satu dari karamah Imam Husein adalah Anda tidak akan ditanya siapa Anda dan berasal dari mana. Cukup diketahui Anda sebagai peziarah Arbain. Para pelayan peziarah dengan ramah menawarkan rumah mereka kepada tamu Imam Husein. Mereka sampai kedinginan berdiri di luar rumahnya untuk mengundang peziarah mampir. Ini terjadi di sebuah dunia ketika seseorang sudah tidak punya waktu untuk orang lain. Mereka meluangkan semua waktunya, uang, rumah, dan seluruh fasilitas yang mereka miliki untuk melayani peziarah, hanya karena kecintaan pada Husein as."
Kerumunan peziarah akan bertambah padat ketika mendekati Karbala. Semua bergegas untuk mencapai makam Imam Husein as dan para sahabatnya. Kehadiran luar biasa ini menunjukkan bahwa ajaran Husein as telah menarik jutaan orang dari seluruh dunia untuk datang ke Karbala. Kehadiran ini juga merefleksikan kekuatan lunak kaum Muslim, terutama para pengikut Ahlul Bait.

Di masa lalu, para penguasa menerapkan kebijakan represif terhadap masyarakat Syiah dan peziarah Imam Husein as, seperti yang dilakukan Mutawakkil Abbasi pada masa kekuasaannya. Dia dikenal sangat keras terhadap peziarah Imam Husein as.
Pada tahun 237 Hijriyah, Mutawakkil Abbasi memerintahkan penghancuran makam Imam Husein dan rumah-rumah di sekitarnya, dan melarang masyarakat ke Karbala. Pada tahun 247 H, Mutawakkil menerima laporan bahwa masyarakat dari Kufah kembali mendatangi Karbala untuk berziarah dan orang-orang dalam jumlah besar juga sedang bergerak ke sana, khalifah Abbasi ini kemudian mengirim bala tentara untuk menghalangi peziarah.
Pasukan Mutawakkil kemudian meratakan makam Imam Husein as dan menjadikan pemakaman syuhada Karbala sebagai sawah. Mereka juga mengejar anggota keluarga Abu Thalib dan masyarakat Syiah, dan selanjutnya membunuh sebagian dari mereka. Pasca era Mutawakkil, para penguasa lain juga menghalangi masyarakat yang ingin meluapkan kecintaan mereka kepada Imam Husein.
Namun, fenomena sekarang cukup mencengangkan. Setelah berabad-abad, Imam Husein as memancarkan cahaya ibarat mentari dan menarik jutaan manusia ke arahnya. Uniknya, tradisi jalan kaki Arbain kini menjadi titik pertalian dan solidaritas antara semua pengikut agama samawi.
Di sepanjang rute, peziarah juga akan menemukan posko yang menyediakan jasa laundry gratis untuk mencuci dan menyetrika pakaian peziarah. Di tempat lain, dapur-dapur roti didirikan untuk menyediakan roti hangat kepada peziarah.
Setiap orang berlomba untuk memberikan pelayanan kepada tamu Imam Husein as dan mereka bangga karena bisa melayani peziarah. Para pelayan ini berdoa agar peziarah kembali ke poskonya atau bahkan mengiba kepada peziarah agar mau mampir di tempat mereka. Mereka ingin meneladani Imam Husein as, membela orang-orang tertindas, siap berkorban, dan membantu antar-sesama.
Misi kebangkitan Imam Husein as – setelah menghidupkan Islam – adalah menyatukan hati manusia. Semua peziarah melangkah dengan semangat yang sama yaitu menyatakan kecintaan kepada Imam Husein dan memupuk persatuan. (RM)