Laporan Khusus Pemilu Parlemen Iran (3)
Republik Islam Iran dinilai telah menggunakan salah satu sistem politik, dan corak demokrasi serta pemilu yang paling efektif di dunia.
Dalam pemerintahan Republik Islam Iran, pemilu merupakan asas utama sistem demokrasi relijius, maka dari itu partisipasi rakyat dalam pemilu sangat penting, dan menjadi salah satu indikator legitimasi negara.
Di antara karakteristik demokrasi yang diterapkan di Iran pasca revolusi adalah penyelenggaraan pemilu secara rutin dengan tingkat partisipasi yang tinggi. Selama 40 tahun pasca revolusi, rata-rata setiap tahun digelar satu kali pemilu di Iran. Fenomena unik ini adalah fondasi legalitas pemerintahan, dan bukti demokrasi nyata di Iran, yang berbeda dengan corak demokrasi lain di dunia.
Penyelenggaraan pemilu di sebagian besar sistem politik dunia merupakan hal yang wajar. Dalam setiap pemilu baik parlemen, presiden ataupun lainnya, momen ini selalu berada dalam kerangka aktivitas partai dan kelompok politik. Di Republik Islam Iran, partisipasi masyarakat juga dianggap sebagai prinsip dasar dan landasan setiap pemilu.
Pemilu Majelis Khobregan Rahbari atau Dewan Pakar Kepemimpinan Iran, Majelis Syura Islam atau parlemen tingkat kota, desa, dan pemilu presiden, masing-masing membuka lebar partisipasi warga untuk menentukan masa depannya. Dalam proses demokrasi ini, rakyat mengawasi setiap pejabat mulai dari atas hingga ke bawah, mulai dari yang umum hingga perilaku politik.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menyebut partisipasi maksimal sebagai salah satu tolok ukur penting dalam pemilu. Ia mengatakan, semakin banyak masyarakat yang berpatisipasi dalam pemilu, maka semakin besar pula kekuatan pemerintahan dan kredibilitas negara, semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi, kredibilitas negara juga akan meningkat, karena pemerintahan ini adalah pemerintahan rakyat, dan kenyataannya adalah ia bersandar pada perasaan, emosi, pilihan dan tuntutan masyarakat, saya meyakini partisipasi maksimal dalam pemilu sejak lama, dan selalu saya tegaskan.
Indikator penting dan permanen lain dalam pemilu di Iran adalah kemeriahan dan kegembiraan yang terus terjaga bertahun-tahun pasca revolusi meski menghadapi berbagai tantangan, permasalahan, dan konspirasi musuh untuk menurunkan partisipasi warga dalam pemilu. Dalam hal ini, masyarakat menjalankan kewajiban politik, agama dan sosialnya dengan gembira, dan berpartisipasi dalam pemilu dengan kesadaran politik.
Bertahannya indikator ini di tengah masyarakat, membuktikan dalamnya kesadaran politik warga, dan adanya hubungan erat tak terpisahkan antara rakyat dan pemerintah.
Di banyak negara, tingkat partisipasi warga dalam pemilu, mengingat pengalaman mereka yang banyak dalam penyelenggaran pesta demokrasi, tidak terlalu mendapat perhatian. Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat partisipasi warga dalam pemilu di negara-negara Barat mengalami penurunan akibat krisis politik dan ekonomi.
Sebagai contoh, dalam satu abad terakhir, pada pilpres di Amerika, rata-rata setengah penduduk negara itu tidak memilih. Prosentase partisipasi rakyat Amerika dalam pemilu Kongres selalu berkisar antara 30-40 persen secara fluktuatif. Tingkat partisipasi warga dalam pemilu parlemen Perancis antara 40-60 persen, bahkan di beberapa periode di bawah 40 persen.
Sementara di Republik Islam Iran, dalam setiap pemilu parlemen, selama 40 tahun terakhir, tingkat partisipasi warga mencapai 51-71 persen. Maka dengan memperhatikan data ini, prosentase partisipasi warga Iran dalam pemilu parlemen lebih tinggi dari rata-rata negara Barat. (HS)