Harapan Iran: Kabul Bentuk Pemerintah Inklusif dari Semua Partai Politik Afghanistan
Kementerian Luar Negeri Iran melanjutkan konsultasi diplomatiknya dengan tujuan membantu terbentuknya pemerintahan inklusif di Afghanistan dan mengadakan putaran baru pembicaraan di Kabul.
Seyed Rasoul Mousavi, Asisten Menteri dan Direktur Jendral Asia Barat Kementerian Luar Negeri Iran melakukan kunjungan ke Kabul, ibukota Afghanistan disertai Mohammad Ebrahim Taherian, Asisten dan Wakil Khusus Menteri Luar Negeri Iran untuk Afghanistan. Pada hari Selasa (21/04/2020) dalam twittnya menyatakan optimisme atas lawatan ini dan dengan pembentukan pemerintah inklusif, para pejabat Afghanistan akan mengambil langkah besar menuju dialog antar-Afghanistan dan perdamaian dan stabilitas di negara itu.

Mohammad Ebrahim Taherian, Wakil Khusus Menteri Luar Negeri Iran untuk Afghanistan, selama kunjungannya ke Kabul melakukan pertemuan dan pembicaraan dengan Mohammad Ashraf Ghani, Abdullah Abdullah, Hamid Karzai, mantan Presiden Afghanistan, Mohammad Hanif Atmar, Pejabat Menteri Luar Negeri Afghanistan dan Hamdollah Moheb, Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan.
Taherian juga bertemu dengan Ingrid Hayden, Wakil Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan (UNAMA), dan membahas situasi saat ini di Afghanistan serta menekankan perlunya memperkuat peran PBB di Afghanistan.
Afghanistan sekarang dalam situasi yang sulit dan rumit. Di satu sisi, negosiasi AS dengan Taliban telah membayangi perkembangan politik negara itu, dan di sisi lain, konsekuensi dari pemilihan presiden Afghanistan telah menjadi tantangan politik di negara itu. Dalam konsultasi dengan tokoh-tokoh dan pejabat politik Afghanistan, Iran telah menekankan perlunya memperkuat struktur politik berdasarkan Undang Undang Dasar Afghanistan dan menyatakan dukungannya untuk negosiasi antarakelompok-kelompok politik negara itu.
Ahmed Saeedi, mantan diplomat Afghanistan di Pakistan, menggambarkan situasi politik di Pakistan sebagai "rumit" dan percaya bahwa ketegangan pasca pemilihan, patgulipat AS dengan Taliban dan dukungan beberapa negara untuk terorisme telah membuat upaya memprediksi masalah menjadi sulit.
Dalam situasi seperti itu, jika upaya politik di dalam negeri gagal menyelesaikan perbedaan-perbedaan ini, alasan baru akan diberikan untuk campur tangan asing dan penyebaran rasa tidak aman di Afghanistan.
Republik Islam Iran berharap bahwa pembentukan pemerintah yang inklusif dengan partisipasi semua faksi dan kelompok politik di Afghanistan akan membuka jalan bagi dimulainya pembicaraan antar-Afghanistan dengan partisipasi semua kelompok politik di Afghanistan.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Konferensi Para Menteri Jantung Asia ke-8 baru-baru ini yang diadakan di Istanbul, Turki mengatakan, "Kita harus menggunakan segala cara yang kita miliki untuk memfasilitasi proses perdamaian demi menjaga pencapaian Konferensi Bonn tahun 2001, dan khususnya dalam kerangka Konstitusi Republik Islam Afghanistan, sebagai dasar yang kuat untuk solusi politik apa pun."
Asia Barat telah menjadi tempat intervensi AS selama lebih dari satu dekade. Amerika Serikat telah mencoba untuk mengubah konstelasi politik dan keamanan di kawasan dengan menciptakan disain dan rencana separatis di wilayah tersebut, dengan menciptakan kelompok-kelompok teroris seperti al-Qaeda, dan dengan mendukung Daesh (ISIS) dan kelompok-kelompok teroris lainnya. Dengan demikian, Amerika Serikat dapat memaksakan dan menancapkan dominasinya di negara-negara di kawasan itu.
Namun, 19 tahun pendudukan AS di Afghanistan telah menunjukkan bahwa gagasan bahwa agresi dan pendudukan asing dapat menyelesaikan masalah adalah salah dan sekaligus menipu. Amerika Serikat tidak pernah mempertimbangkan untuk menyelesaikan masalah negara-negara di kawasan ini, termasuk Afghanistan, karena Amerika Serikat sendiri adalah penyebab masalah dan ketidakamanan serta perselisihan di wilayah tersebut.

Dalam situasi di mana kekerasan dan ekstremisme yang disebabkan oleh terorisme yang disponsori Barat dan beberapa elemen yang tidak diinginkan di kawasan Asia Barat telah menyebabkan perang dan kekerasan, penyelesaian krisis tidak dapat dicari hanya di dalam kawasan. Tidak diragukan lagi, peran Amerika Serikat dalam krisis ini tidak dapat disembunyikan sebagai penyebab utama ketegangan.