Saudi Tuduh Iran Teroris; Pengulangan Skenarion Tidak Berharga dan Pesanan
(last modified Wed, 30 Sep 2020 13:01:43 GMT )
Sep 30, 2020 20:01 Asia/Jakarta
  • Raja Salman bin Abdulaziz
    Raja Salman bin Abdulaziz

Dari waktu ke waktu, para pejabat Saudi mencoba membebaskan diri dari tindakan destabilisasi di kawasan dan terorisme yang diciptakan oleh uang takfiri serta gagasan dengan mengulangi klaim tak berdasar terhadap Iran.

Melanjutkan proses ini, pejabat Saudi pada Senin (28/09/2020) malam, dalam skenario yang telah direncanakan sebelumnya, mengkonfirmasikan penangkapan 10 orang atas tuduhan kegiatan teroris di negara itu, kemudian mengklaim tanpa memberikan bukti apa pun bahwa tiga anggota kelompok itu telah menerima pelatihan militer di Iran.

Saeed Khatibzadeh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran

Menanggapi klaim ini, Saeed Khatibzadeh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, menyebut tuduhan yang dibuat oleh pejabat Saudi terhadap Republik Islam Iran sebagai langkah yang melanjutkan sikap negara yang tidak dapat diandalkan dan berulang selama beberapa tahun terakhir.

Pengulangan klaim tak berdasar oleh Arab Saudi terhadap Republik Islam Iran telah menjadi bagian konstan dari kebijakan permusuhan Riyadh terhadap Tehran.

Dalam pidatonya baru-baru ini di sesi ke-17 Sidang Umum PBB, Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi menuduh Iran mengejar "kebijakan tensi" dan "mendukung terorisme."

Skenario ini berlanjut sementara bila melihat berbagai peristiwa dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa penguasa Riyadh, berdasarkan bukti dan dokumen, telah memainkan peran yang merusak di kawasan Asia Barat. Dukungan untuk kelompok teroris, termasuk ISIS dan Tahrir al-Sham di Suriah dan Irak dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi contoh tindakan destruktif Arab Saudi di Asia Barat.

The Boston Globe baru-baru ini melaporkan, "Semua studi serius abad ke-21 tentang terorisme global telah menemukan bahwa sebagian besar uang yang dihabiskan untuk mendukung al-Qaeda, Taliban, ISIS, dan kelompok kriminal yang berpikiran serupa dijamin oleh Arab Saudi."

"Bukan kebetulan bahwa Osama bin Laden (pemimpin al-Qaeda yang dibunuh) dan sebagian besar pembajak 9/11 adalah warga negara Saudi," kata surat kabar itu, merujuk pada peran warga Saudi dalam serangan 9/11.

Tampaknya pada titik ini, salah satu tujuan Riyadh dalam menuduh Iran mendukung terorisme adalah untuk mengalihkan perhatian dari tindakan pengkhianatan beberapa negara Arab dalam menormalisasi hubungan dengan Zionis Israel dan dukungan rezim Saudi untuk garis kompromi. Namun, ini tidak membebaskan Arab Saudi dari tanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang Yaman, dukungan untuk terorisme, dan bergerak menuju normalisasi hubungan dengan Israel dan mengkhianati perjuangan Palestina.

Faktanya adalah bahwa intervensi Arab Saudi dan pembentukan koalisi untuk melancarkan perang proksi adalah akar dari ketidakamanan dan ketidakstabilan di kawasan itu dan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan di Asia Barat.

Karenanya, berbagai analisis atas pernyataan pejabat Riyadh terhadap Iran jelas. Mengambil sikap terhadap tuduhan terhadap Iran adalah tanda kebingungan dan tantangan yang dihadapi rezim pembunuhan anak Saudi di wilayah tersebut. Kejahatan yang meluas dari Saudi di Yaman dan dukungan mereka untuk kelompok teroris terlihat jelas bagi semua orang dan tidak ada ruang untuk pertahanan apapun.

Takfiri ISIS

Sebagai asal mula kelompok teroris dan sponsor keuangan dan logistik utama terorisme di kawasan, Arab Saudi telah menempatkan kebijakan proyeksi dalam agendanya alih-alih bertanggung jawab atas perilakunya. Tetapi dengan memperkenalkan Iran sebagai ancaman, stabilitas dan keamanan tidak akan berlaku di kawasan Asia Barat.

Seperti yang dikatakan Jubir Kemenlu Iran, berulang kali, tuduhan klise dan tidak berharga oleh penguasa Saudi bukanlah cara untuk membawa Arab Saudi ke tujuannya. Nasihat Iran adalah agar Arab Saudi memilih jalan kejujuran dan kebijaksanaan daripada naskah yang tidak berharga dan pesanan.

Tags