Pembangkangan di Militer; Kendala Besar Israel dan Netanyahu
Bersamaan dengan aksi demo warga menentang kabinet Netanyahu di pekan ke-13, para pemuda zionis yang memiliki surat-surat wajib militer juga bergabung dengan kelompok tentara yang memberontak dari wajib militer dengan membakar surat-surat tersebut.
Israel telah menyaksikan demonstrasi publik sejak 13 pekan lalu. Alasan utama demonstrasi ini adalah rencana reformasi peradilan yang dilakukan oleh kabinet Netanyahu dan Knesset. Menurut rencana ini, wewenang sistem peradilan akan dikurangi dan campur tangan kekuasaan eksekutif dan legislatif dalam urusan peradilan akan ditingkatkan. Ratusan ribu pengunjuk rasa dari rencana ini percaya bahwa kabinet Netanyahu sedang mencoba melakukan kudeta yudisial.
Sebagai kelanjutan dari protes terhadap rencana ini, Koran Yediot Aharonot dan kanal 12 televisi Zionis mengumumkan bahwa kemarin demonstrasi besar-besaran telah diadakan selama tiga belas minggu berturut-turut di berbagai kota termasuk Tel Aviv, dan sekitar 200 ribu orang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi ini.
Bagian yang mengancam dari demonstrasi ini terkait dengan militer yang bergabung dengan para pengunjuk rasa. Sejumlah besar pasukan militer mengundurkan diri dari tentara sebagai protes terhadap rencana reformasi peradilan. Sebagai kelanjutan dari proses ini, media Ibrani mengumumkan: sejumlah besar pemuda Zionis, sebagai protes terhadap kebijakan kabinet Netanyahu, membakar surat wajib militer mereka di antara para pengunjuk rasa.
Sebelumnya, Netanyahu mengkritik penolakan beberapa tentara cadangan untuk berlatih atau bertugas di ketentaraan sebagai protes terhadap reformasi peradilan, dan dengan menyatakan bahwa kami mengharapkan lembaga keamanan negara lainnya untuk mengambil sikap tegas mengenai masalah ini, dia berkata, "Negara tanpa tentara tidak dapat terus eksis." Netanyahu juga memecat Menteri Pertahanan Yoav Galant karena menentang reformasi, dengan mengatakan, "Kabinet Israel tidak dapat terus bekerja dengan orang-orang yang menolak wajib militer." Tindakan Netanyahu ini menyebabkan lebih banyak tentara bergabung dengan para pengunjuk rasa, sehingga Perdana Menteri rezim Zionis berada di bawah tekanan untuk mengembalikan Galant ke Kementerian Perang.
Aksi pembangkangan di militer mendapat peringatan dari pejabat dan tokoh Israel, dan menyebutnya sebagai sebuah ancaman serius. Militer dan pemuda yang membangkang menyatakan bahwa mereka bagian dari masyarakat Zionis, dan bersama rakyat menentang kudeta yudisial. Bergabungnya sebagian militer dengan rakyat telah menciptakan perpecahan di tubuhh militer, karena sebagian dari tentara juga menjadi pendukung Netanyahu.
Dengan demikian Tamir Hayman, mantan kepala intelijen militer Zionis dan Direktur Pelaksana Institut Studi Keamanan Nasional (INSS) seraya memperingatkan perpecahan di tubuh militer mengatakan, bisa jadi protes berubah menjadi sebuah ancaman keamanan, karena sebagian dari militer terbagi menjadi kubu pro dan kontra reformasi yudisial. Menurut Hayman, gerakan massa dapat menyebabkan kian dalamnya friksi di tubuh unit-unit militer, dan berujung pada perpecahan yang semakin dalam. (MF)