Alasan Ketakutan Israel akan Perluasan Hubungan Iran, Suriah dan Negara Arab
(last modified 2023-04-04T14:25:02+00:00 )
Apr 04, 2023 21:25 Asia/Jakarta
  • Hubungan Iran dan Arab Saudi
    Hubungan Iran dan Arab Saudi

Setelah kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi untuk membuka kembali kedubesnya melalui mediasi Cina, kebijakan regional AS dan Israel mengalami syok besar.

Selain itu, selama beberapa hari terakhir perluasan hubungan Suriah dan negara-negara Arab, khususnya Arab Saudi telah membuka peluang kehadiran Presiden Suriah Bashar Assad di KTT mendatang Liga Arab di Riyadh, dan ini tentunya menambah kekhawatiran rezim ilegal Israel.

Pemulihan hubungan dan peningkatan hubungan antara Suriah dan negara-negara Arab di Teluk Persia dan kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi untuk melanjutkan hubungan diplomatik telah menimbulkan kekhawatiran serius bagi rezim Zionis dan menghancurkan impian rezim ini untuk membentuk koalisi Arab-internasional melawan Tehran.

Iran-Arab Saudi

Media Israel menanggapi ketakutan dan kekhawatiran Tel Aviv tentang kedekatan Suriah dengan negara-negara Arab di Teluk Persia dan mengumumkan bahwa masalah ini bukan hanya bukan kabar baik bagi Israel, bahkan pendekatan negara-negara ini ke Iran mengkhawatirkan Israel.

Koran Israel Ma'ariv menggambarkan kembalinya Suriah ke kelompok negara-negara Arab dan kedekatannya dengan beberapa negara Arab sebagai "Timur Tengah baru" dan kehadiran Bashar Assad pada pertemuan Liga Arab berikutnya sebagai perkembangan penting dalam pemulihan hubungan antara Suriah dan negara-negara Arab setelah 2011.

Koran Haaretz juga mengavaluasi kesepakatan Iran dan Arab Saudi serta menyebutnya sebagai peta baru Timur Tengah.

Menurut koran ini, kesepakatan tersebut  merusak impian Israel untuk membentuk koalisi Arab-internasional melawan Iran dan hidupnya kembali kontak untuk kesepakatan nuklir baru. Penandatanganan kesepakatan baru ini menunjukkan eskalasi kekuatan Cina di kawasan yang tentunya merugikan posisi Amerika Serikat.

Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan media dan politik Amerika Serikat. Lembaga tgink tank AS Stimson dalam laporannya menyatakan, kedekatan Arab Saudi dan Suriah sebuah indikasi baru dari kebijakan hati-hati Riyadh dan kemenangan diplomatik bagi Rusia.

Lembaga Thing Tank AS ini menambahkan, kesepakatan antara Arab Saudi dan Suriah di Moskow menunjukkan kemenangan besar dalam kebijakan luar negeri Rusia yang berjarak hanya beberapa pekan dari mediasi Cina dalam perundingan Riyadh-Tehran.

Menurut laporan lembaga think tank ini, ada pembicaraan tentang rencana Arab Saudi untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Suriah menyusul pengumuman kesepakatan antara Riyadh dan Tehran untuk melanjutkan hubungan diplomatik mereka dengan mediasi Cina, dan perkembangan kebijakan Riyadh ini dapat terlihat dalam konteks diplomasinya dalam isu bencana alam (di Suriah) serta peningkatan kewaspadaan Arab Saudi dalam menghindari ketergantungan pada Amerika Serikat.

Mengenai mengapa kalangan Zionis mengkhawatirkan perkembangan baru di wilayah tersebut, harus dikatakan bahwa rezim Zionis mengharapkan implementasi proyek terorisme Takfiri di Suriah dapat menyebabkan disintegrasi negara ini dan bahwa rencana ini juga dapat membawa wilayah selatan ke bagian wilayah pendudukannya dan pemerintahan yang diinginkan di sana terbentuk dan untuk selamanya pikirannya akan terbebas dari kekhawatiran aneksasi wilayah pendudukan Golan ke Palestina pendudukan.

Namun, dengan kegagalan proyek terorisme Takfiri, rezim Zionis senang dengan normalisasi hubungannya dengan negara-negara Arab di bawah kedok yang disebut perjanjian Abraham dan mengharapkannya untuk waktu yang singkat, tetapi peristiwa baru dimulai dengan kemenangan partai sayap kanan dalam pemilu Israel yang  menandai perkembangan baru di wilayah Palestina pendudukan dan juga dalam hubungan antara rezim ini dan lingkungan eksternal, yang pada akhirnya menyebabkan kebuntuan proses normalisasi antara rezim ini dan negara-negara Arab.

Sebaliknya, terjadi pembukaan baru hubungan antara Iran dan negara-negara Arab, khususnya Arab Saudi serta hubungan antara Suriah dengan negara-negara Arab, di mana hal ini kian menambah kekhawatiran rezim ilegal Israel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rezim Zionis menghadapi dua kekhawatiran tinggi. Dari satu sisi khawatir bahwa program untuk menumbangkan pemerintahan Suriah atau normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab dalam koridor kesepakatan abad akan musnah, dan dari sisi lain, menyaksikan pemulihan mendadak hubungan antara Iran dan Suriah dengan negara-negara Arab, di mana ini juga menghancurkan proyek Iranphobia. (MF)

 

 

Tags