Duka Malam Arbain di Karbala (2)
(last modified Thu, 07 Sep 2023 14:20:27 GMT )
Sep 07, 2023 21:20 Asia/Jakarta
  • Acara duka malam Arbain di Karbala, Selasa (5/9/2023) malam.
    Acara duka malam Arbain di Karbala, Selasa (5/9/2023) malam.

Peziarah dari berbagai daerah dan kota di Irak, bahkan dari mancanegara memadati Karbala pada malam Arbain, Selasa malam, 5 September 2023.

Tanggal 20 Safar, yang tahun ini jatuh pada hari Rabu, 6 September 2023 diperingati sebagai Hari Arbain Imam Husein as oleh Umat Muslim dan pecinta Ahlul Bait as di seluruh dunia.

Pengelola Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mengumumkan bahwa jumlah peziarah Arbain tahun ini di kota Karbala, Irak mencapai 22 juta orang. Menurut Alforatnews, jumlah peziarah Arbain yang dicatat oleh Pengelola Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mencapai 22.019.146 orang.

Jumlah tersebut adalah hasil penghitungan yang dilakukan melalui sistem penghitungan elektronik dengan menggunakan kamera-kamera dan CCTV berkualitas tinggi dan akurat. Kamera-kamera tersebut dipasang di pintu masuk kota Karbala dan tugas utamanya adalah menghitung peziarah Arbain yang datang ke kota ini.

Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu tercinta Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya oleh pasukan Yazid di padang Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Peristiwa pembantaian Imam Hussein as, keluarga dan para sahabatnya pada 10 Muharam 61 Hijriah dikenal sebagai Tragedi Asyura.

Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heorik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.

Kebangkitan Imam Hussein as melawan pemerintahan tiran Yazid bertujuan untuk menjaga kelangsungan agama Islam yang terkena erosi kerusakan di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, motivasi perjuangan Imam Husein demi menjaga kesucian Islam dari berbagai penyimpangan yang dilakukan penguasa lalim di masanya.

Imam Husein as bangkit melawan Yazid bin Muawiyah bukan karena menghendaki kekuasaan, tapi karena ketulusannya membela ajaran agama Islam dan mengembalikan umat kakeknya dari berbagai penyimpangan ke arah Islam murni, yaitu Islam Muhammadi Saw. (RA)