Operasi 7 Oktober Hamas, dan Krisis Ekonomi Israel
Jul 11, 2024 13:49 Asia/Jakarta
Parstoday - Perang Gaza, selain menyebabkan beban politik, keamanan, militer, dan sosial, juga beban ekonomi yang berat, dan tidak bisa diperbaiki bagi Israel.
Sebelum serangan Israel, ke Jalur Gaza, perekonomian rezim ini telah mengalami inflasi berat, dan sekarang setelah berlalu lebih dari sembilan bulan perang, dan cakupan perang semakin luas, kondisi ekonomi rezim ini semakin buruk.
Dalam kesempatan kali ini, Parstoday mencoba mengulas secara singkat krisis yang menerpa perekonomian Rezim Israel, akibat perang Gaza.
Penurunan Peringkat Utang Israel karena Krisis Ekonomi akibat Perang
Rezim Zionis, setelah memulai serangan ke Gaza, menanggung beban ekonomi yang besar, dan dampak terbarunya adalah penurunan peringkat utang rezim ini untuk pertama kalinya sejak sekitar 30 tahun terakhir yang diumumkan oleh lembaga jajak pendapat Moody's.
Moody's adalah perusahaan jasa analisa keuangan dan analisa lembaga swasta serta pemerintah Amerika Serikat. Moody's juga memberikan layanan analisa pasar modal, pasar obligasi, menajemen krisis, dan pengelolaan dana investasi.
Untuk pertama kalinya sejak bergabungnya Israel, dengan program skema penilaian Moody's, lembaga ini menurunkan peringkat utang Israel, dari A1 menjadi A2.
Hal ini menggarisbawahi kerusakan ekonomi Israel, karena prediksi tingginya level bahaya geopolitik terutama bahaya keamanan dalam jangka menengah dan jangka panjang bagi Israel.
Naiknya Utang Kabinet Rezim Zionis akibat Perang Gaza
Utang Kabinet Rezim Zionis, juga mengalami peningkatan dikarenakan perang Gaza, dan di akhir kuartal ketiga tahun 2023, utang Kabinet Israel, bertambah menjadi sekitar 1,08 triliun shekel atau setara dengan 292,2 miliar dolar.
Sepertinya, sejak saat itu sampai sekarang, disebabkan oleh utang-utang dan bantuan-bantuan dana untuk keperluan perang, secara umum utang Israel bertambah besar.
Biaya Transportasi Naik karena Ketidakamanan Laut Merah bagi Israel
Angkatan Bersenjata Yaman, terkait kejahatan-kejahatan Israel, di Jalur Gaza, dan blokade total wilayah itu, mengumumkan akan menghalangi dan menyerang kapal-kapal bertujuan Israel.
Serangan-serangan ini dalam beberapa minggu terakhir semakin intensif, dan karena ketergantungan lebih dari 90 persen perdagangan Israel, ke laut, maka rezim ini harus menanggung biaya ekonomi yang sangat besar.
Menurunnya Pendapatan dari Sektor Pariwisata
Penelitian di bidang turisme Rezim Zionis menunjukkan, antara tahun 1995 hingga 2023, rata-rata per tahun 2,5 juta orang berkunjung ke Wilayah pendudukan, dan puncaknya terjadi pada tahun 2019 yang mencapai 4,5 juta orang turis.
Rezim Zionis pada tahun 2022, menerima pendapatan dari sektor pariwisata senilai 5,5 miliar dolar. Akan tetapi setelah operasi Badai Al Aqsa, sektor pariwisata Israel, terpuruk, dan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Wilayah pendudukan pada bulan Oktober, dan November 2023, masing-masing 89.038 orang, dan pada bulan Desember sama sekali tidak ada yang berkunjung.
Dampak Perang terhadap Lapangan Kerja di Israel
Sejak pecahnya perang sampai sekarang tidak ada satu pun perusahaan di Israel, yang memulai kembali aktivitasnya, dan sekitar 57.000 perusahaan yang sebagian besar adalah perusahaan berskala kecil, pada tahun 2023, tutup.
Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan volume penutupan perusahaan-perusahaan di Israel, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 35 persen.
Selain itu, setelah perekrutan lebih dari 70 persen pasukan cadangan Israel, rezim ini mengalami kekurangan tenaga kerja, dan untuk menutupinya terpaksa merekrut pekerja India.
Biaya Penempatan Para Pengungsi
Setelah perang pecah, banyak pemukim Zionis yang tinggal di sekitar Jalur Gaza, di utara Wilayah pendudukan dekat perbatasan Lebanon, berusaha mengungsi ke berbagai lokasi aman.
Oleh karena itu di hari-hari pertama perang, kapasitas hotel, motel dan apartemen di Wilayah pendudukan sudah habis dipesan. Kepala Asosiasi Perhotelan Israel, mengatakan, setengah kamar hotel dikhususkan untuk orang-orang yang tinggal di sekitar Gaza.
Akibatnya Kabinet Rezim Zionis, berpikir untuk membangun kamp-kamp bagi pengungsi Israel, dan menyiapkan lahan seluas 150.000 meter untuk membangun kamp pengungsian ini.
Seluruh peristiwa ini adalah dampak terkecil yang berujung dengan migrasi terbalik orang-orang Zionis, dari Palestina, yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan. Selain itu memberikan beban berat bagi Kabinet Israel, dan industri perhotelan Israel, terbukti mengalami masalah serius.
Masalah seputar dampak ekonomi akibat perang bagi Israel, yang dijelaskan di atas hanya satu bagian kecil dari kerugian besar yang ditanggung Rezim Zionis, dan akan melebar ke krisis-krisis lain di bidang sosial, politik dan keamanan.
Kerugian ekonomi lain juga akan diderita Israel, akibat boikot masyarakat di seluruh penjuru dunia atas perusahaan-perusahaan afiliasi atau pendukung Israel, yang sama sekali tidak bisa diukur secara akurat. (HS)