Reaksi Menlu Iran terhadap Statemen Mufti Wahabi Saudi
(last modified Wed, 07 Sep 2016 12:13:53 GMT )
Sep 07, 2016 19:13 Asia/Jakarta
  • Reaksi Menlu Iran terhadap Statemen Mufti Wahabi Saudi

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran mereaksi pernyataan bernada menghina yang dilontarkan oleh Mufti Agung Arab Saudi baru-baru ini.

Mohammad Javad Zarif di laman Twitter-nya pada Selasa malam, 6 September 2016 merespon statemen tak pantas Sheikh Abdul Aziz Al ash-Sheikh yang mengklaim bahwa orang-orang Iran bukan Muslim.

 

Zarif menulis, "Sejatinya, tidak ada kesamaan antara keislaman orang-orang Iran dan mayoritas Muslim dunia dengan (keyakinan) ekstremisme rasis yang disuarakan Mufti Wahabi dan master teror Saudi."

 

Umat Islam mengetahui bahwa sumber keyakinan dan pemikiran kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS) berasal dari pemikiran sekte Wahabi dan fatwa-fatwa Mufti Arab Saudi yang bertentangan dengan Islam yang murni; yaitu fatwa-fatwa yang telah mencoreng citra Islam di dunia dan menyebabkan ribuan warga Muslim di Suriah, Irak dan Yaman serta di negara-negara Muslim lainnya kehilangan nyawa.

 

Retorika Arab Saudi tidak hanya melampaui kelancangan dan tidak logis, namun juga menunjukkan tanda-tanda ilusi dan kegilaan yang tampak dalam ucapan dan tindakan mereka. Arab Saudi saat ini terjebak dalam kubangan lumpur yang dibuatnya sendiri dan semakin bergerak, maka ia akan semakin terperangkap ke dalamnya.

 

Para pejabat Arab Saudi seharusnya memandang masa lalu dan kondisinya saat ini sehingga mungkin bisa melihat di mana mereka sedang berpetualang saat ini dan sampai di mana bisa memajukan permainan kotor ini.

 

Dalam permainan kotor tersebut, Arab Saudi memanfaatkan tiga hal. Pertama, haji. Akibat ketidakmampuan dan kelalaian dalam mengelola haji, ribuan jemaah haji tahun lalu meninggal dunia. Ketidakbecusan pemerintah Riyadh dalam mengelola penyelenggaraan ibadah haji telah menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi para jemaah haji. Padahal, Mekah adalah tempat berlindung yang aman dan tenteram.

 

Untuk mengalihkan perhatian umat Islam dari tragedi Mina yang telah merenggut nyawa lebih dari 7.000 jemaah haji termasuk 464 jemaah haji Iran, para pejabat Riyadh menuding Tehran bersalah dalam peristiwa tersebut. Melalui cara ini, mereka ingin mempolitisasi haji dan menjadikannya sebagai sarana untuk menyudutkan Iran.

 

Kedua adalah penggunaan strategi militer yang dapat kita saksikan sekarang di Yaman. Arab Saudi mengagresi Yaman dengan dalih mengkhawatirkan demokrasi dan masa depan negara tetanggannya itu.

 

Para pejabat Riyadh juga mengklaim akan menyelamatkan Yaman dari krisis, namun faktanya mereka justru membentuk koalisi anti-Yaman dan menghujani rakyat negara ini dengan bom-bom fosfor dan senjata terlarang lainya sehingga menyebabkan sedikitnya 8.000 warga Yaman tewas.

 

Ketiga, kekayaan Arab Saudi dari hasil penjualan minyak untuk melumpuhkan musuh-musuhnya. Namun akibat perhitungan salah para pejabat Riyadh, harga minyak dunia justru turun drastis dan sekarang Arab Saudi mengalami defisit anggaran lebih dari 100 miliar dolar.

 

Dalam kondisi seperti itu, Arab Saudi menghadapi sebuah tantangan besar yaitu, ketidakpercayaan negara-negara Muslim terhadap cara Riyadh dalam mengelola urusan haji. Hal ini merupakan pukulan telak terhadap Al Saud, sehingga rezim ini berusaha keras untuk menghapus persoalan aslinya dengan mempolitisasi haji.

 

Bahram Qassemi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, para pejabat Arab Saudi masih berusaha untuk memajukan permainan berulang dan tak produktif serta ingin menghapus tanggung jawab beratnya, padahal mereka seharusnya menerima ketidakberdayaannya untuk menjaga keamanan haji dan bertanggung jawab atas tragedi Mina.

 

Pertanyaan dan ketidakpastian mengenai penyebab tragedi Mina akan terjawab dan menjadi jelas hanya melalui penyelidikan komprehensif dan independen atas tragedi tersebut.

 

Sayangnya, Arab Saudi menolak pembentukan tim pencari fakta internasional dan independen.  Para pejabat Riyadh hingga detik ini menuding pemerintah Iran yang telah membuat warganya tidak bisa berhaji ke tanah suci.

 

Tragedi Mina menunjukkan bahwa alih-alih para pejabat Arab Saudi meminta maaf dan menyesalkan peristiwa yang telah merenggut nyawa ribuan nyawa jemaah haji itu, namun mereka justru secara langsung dan tidak langsung mengorbankan bangsa-bangsa Muslim di kawasan demi permainan politik jahatnya. (RA)

 

Tags