Misi Kunjungan Menlu AS ke Oman
(last modified Tue, 15 Nov 2016 07:08:51 GMT )
Nov 15, 2016 14:08 Asia/Jakarta
  • Misi Kunjungan Menlu AS ke Oman

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada tanggal 14 November berkunjung ke Muscat untuk melakukan dialog dengan para pejabat Oman. Ia dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yusuf bin Alawi dan Pemimpin Oman, Sultan Qaboos bin Said Al Said.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengatakan, Kerry ingin membahas konflik di Yaman dan mendesak untuk menemukan solusi politik guna mengakhiri krisis di negara itu.

Agresi Arab Saudi ke Yaman sudah memasuki bulan ke-20 dan Washington masih tetap menyediakan dukungan politik dan militer kepada Riyadh. Pemerintah AS berkali-kali mengaku mendukung solusi politik untuk mengakhiri krisis Yaman, tapi solusi politik menurut mereka mencakup pemulihan kekuasaan Abd Rabbuh Mansour Hadi di Sana'a, perlucutan senjata Gerakan Ansarullah, penarikan pasukan al-Houthi dari daerah-daerah yang dikuasainya, dan pengembalian mekanisme kakuasaan di Yaman ke masa sebelum dicapainya kesepakatan September 2014.

Dengan kata lain, solusi politik versi AS untuk krisis Yaman harus berjalan sesuai dengan kepentingan Washington dan Riyadh.

Kerry datang ke Muscat dengan misi mengakhiri perang di Yaman. Lalu, mengapa ia memilih Oman sebagai tempat untuk membahas persoalan ini? Oman adalah anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC), namun mereka tidak bergabung dalam koalisi pimpinan Arab Saudi dan memilih sikap netral dalam banyak konflik regional.

Kuwait – sebagai tuan rumah perundingan kelompok-kelompok Yaman sejak April sampai Agustus 2016 – terlibat dalam operasi militer Saudi terhadap Yaman dan mengadopsi sikap memihak dalam banyak pertikaian di kawasan.

Jadi, jika Oman dipilih sebagai tuan rumah untuk pertemuan kelompok-kelompok Yaman, perundingan kemungkinan besar akan berlangsung konstruktif. Gerakan Ansarullah dan Kongres Rakyat Yaman juga punya hubungan baik dengan pemerintah Muscat dan sejauh ini Oman memainkan peran positif untuk mendorong kemajuan perundingan intra-Yaman.

Dengan mencermati fakta ini, Kerry ingin menggunakan pengaruh Oman demi memajukan perundingan Yaman.

Lalu, mengapa Kerry bekerja ekstra untuk mencari solusi konflik Yaman di akhir masa jabatannya sebagai menlu AS? Kepemimpinan Barack Obama akan berakhir pada Januari 2017 dan ia tidak punya rapor baik dalam kebijakannya di Timur Tengah. Perang di Suriah masih terus berlanjut dan misi AS untuk menyingkirkan Presiden Bashar al-Assad dari kekuasaan juga tidak berhasil. Pemerintah Damaskus sekarang malah tampil lebih kuat dalam perkembangan di Suriah.

Oleh karena itu, pemerintah Obama sedang mencoba – paling tidak – dapat mengambil langkah-langkah konstruktif untuk meredam krisis Yaman. Sebuah upaya yang tampaknya sulit untuk mencapai hasil.

Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed juga telah menawarkan sebuah prakarsa baru untuk menghentikan krisis. Prakarsa Cheikh Ahmed mencakup pemberian jaminan kepada semua kelompok politik, pembentukan pemerintah persatuan nasional dengan melibatkan semua pihak, amandemen undang-undang dasar Yaman, penyelenggaraan pemilu, dan beberapa masalah lain. (RM)

Tags