Inilah Yang Namanya Persaudaraan!
(last modified Mon, 09 Jan 2017 13:24:40 GMT )
Jan 09, 2017 20:24 Asia/Jakarta
  • Imam Ali as
    Imam Ali as

Perang Uhud adalah salah satu perang yang paling sulit yang terjadi antara umat Islam dan orang-orang Kafir.

Dalam perang ini, pasukan Islam berperang melawan para sahabat Abu Sofyan yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pasukan Islam. Pasukan Islam mengalami kemenangan meski dengan jumlah yang sedikit dan peralatan yang terbatas. Namun mereka tidak mematuhi perintah sang komandan [Rasulullah] karena merasa sombong atas kemenangan ini dan rakus untuk mendapatkan ghanimah [harta rampasan perang], akhirnya mereka mengosongkan lorong sempit di antara dua gunung Uhud. Oleh karena itu, musuh menggunakan kesempatan dan menyerang umat Islam dari belakang dengan melewati lorong sempit ini dan berhasil mengalahkan mereka.

Ketika umat Islam melihat kondisinya seperti ini, lantas mereka melarikan diri. Namun hanya Sayidina Ali dan salah seorang sahabat Rasulullah  yang tetap tinggal dan berperang menghadapi musuh. Abu Sofyan merasa dirinya menang, dia terus menerus berorasi dan mendorong pasukannya untuk membunuh Rasulullah Saw yang mengalami banyak luka di tubuhnya.

Sayidina Ali menjaga Rasulullah Saw supaya musuh tidak bisa membunuhnya. Beliau sendirian berhasil membunuh beberapa orang musuh dan banyak juga mengalami luka. Pada saat itu malaikat Jibril turun kepada Rasulullah Saw dan berkata, “Hai Muhammad! Inilah yang namanya persaudaraan dan pengorbanan!”

Rasulullah Saw bersabda, “Ali dari aku dan aku darinya.”

Malaikat Jibril juga berkata, “Dan aku dari kalian.”

Pada saat itu orang-orang yang hadir di situ mendengar suara dari langit yang mengatakan, “La Fataa Illa Ali, La Saifa Illa Dzulfiqar [tiada ksatria selain Ali, tiada pedang selain dzulfiqar].

Ali Pengganti Nabi

Hari Kamis 18 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah, umat Islam setelah menunaikan ibadah haji, kembali pulang ke negerinya masing-masing. Rasulullah Saw bersama rombongannya juga menuju ke Madinah. Sampailah di sebuah padang sahara yang kering dan panas, yang bernama Ghadir Khum.

Ghadir adalah sebuah perempatan; dari utara ke Madinah, dari selatan ke Yaman, dari Timur ke Irak dan dari barat ke Mesir. Di waktu itu, tiba-tiba turun wahyu kepada Rasulullah Saw dan berkata, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Maidah: 67).

Setelah Rasulullah Saw menerima perintah ini, beliau memerintahkan untuk berhenti dan bersabda, “Panggillah orang-orang yang sudah terlebih dahulu berjalan dan tunggulah mereka yang masih tertinggal sampai mereka sampai.

Kemudian mengerjakan salat dan setelah salat Zuhur, beliau memerintahkan untuk membuat sebuah mimbar dari peralatan yang ada di atas onta. Beliau naik ke atas mimbar itu dan berbicara kepada para jemaah haji, “Dari semua orang, siapakah yang lebih layak atas mereka?

Orang-orang yang hadir menjawab, “Allah dan Rasulnya lebih tahu.”

Rasulullah Saw bersabda, “Allah adalah maula dan pemimpinku dan aku adalah maula dan pemimpin orang-orang mukmin dan lebih layak atas mereka dari diri mereka sendiri.”

Kemudian Rasulullah Saw memegang tangan Sayidina Ali dan mengangkatnya ke atas sedemikian rupa sehingga semua orang yang hadir melihatnya. Kemudian bersabda, “Barang siapa yang aku adalah maula dan pemimpinnya, ketahuilah bahwa Ali adalah maula dan pemimpinnya.”

Kemudian mengangkat tangannya berdoa, “Ya Allah cintailah orang-orang yang mencintai Ali, dan musuhilah orang-orang yang memusuhi Ali. Marahlah terhadap orang yang marah padanya. Tolonglah penolongnya dan jangan tolong orang yang tidak menolongnya. Jadikan kebenaran senantiasa bersamanya dan jangan pisahkan kebenaran darinya.”

Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Ketahuilah bahwa orang-orang yang hadir harus menyampaikan kabar ini kepada orang-orang yang tidak hadir.”

Pada saat itu juga turun kembali wahyu kepada Rasulullah Saw dan berkata, “...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...” (QS. Maidah: 3)

Rasulullah mengucapkan takbir dan orang-orang dengan hangat mendekati Sayidina Ali dan mengucapkan selamat kepadanya. Orang-orang terkenal seperti Abu Bakar dan Umar juga mendekati Sayidina Ali dan mengucapkan selamat.

“Selamat untukmu wahai Ali!

“Selamat untukmu wahai putra Abu Thalib engkau melewati pagi menuju malam, dalam kondisi engkau sebagai pemimpinku dan semua pria dan wanita muslim.” (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as

Tags