Penghormatan Rasulullah Kepada Ali as
Jabir bin Abdullah Anshari salah seorang sahabat Rasulullah Saw mengatakan, “Saya dan Abbas; paman Rasulullah berada bersama Rasulullah Saw. Ketika itu Sayidina Ali datang dan mengucapkan salam.
Rasulullah Saw bangkit untuk menghormati Sayidina Ali dan menjawab salamnya dan mencium dahi antara dua matanya, kemudian mempersilahkannya duduk di sebelah kanan beliau.
Abbas berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah Anda mencintai Ali?”
Rasulullah Saw berkata, “Wahai paman! Demi Allah! Allah mencintai Ali lebih dari saya.”
Kemudian berkata, “Allah menetapkan anak-anak setiap nabi dari keturunan nabi itu sendiri. Tapi anak-anakku ditetapkan dari keturunan Ali.”
Hari Dimana Matahari Terbit Dua Kali
Pada tahun ketujuh Hijriah dan setelah perang Khaibar terjadi mukjizat yang menakjubkan. Sebuah mukjizat yang menegaskan akan kebenaran Sayidina Ali.
Pada hari itu setelah salat Zuhur, Rasulullah Saw mengutus Sayidina Ali pergi mengerjakan sesuatu. Rasulullah Saw sendirian mengerjakan salat Asar. Ketika salat beliau selesai, Sayidina Ali kembali dan Rasulullah Saw kelelahan dan meletakkan kepalanya di atas kaki Sayidina Ali dan tidur. Ketika Rasulullah Saw bangun, matahari sudah tenggelam. Sayidina Ali berkata, “Wahai Rasulullah! Anda beristirahat di atas kaki saya. Dan saya sendiri meski belum mengerjakan salat Asar, tapi saya tidak ingin membangunkan Anda.”
Rasulullah gembira melihat kasih sayang Sayidina Ali dan tersenyum. Beliau mengangkat kedua tangannya ke langit dan berdoa demikian:
“Ya Allah! Hamba-Mu yang penuh kasih sayang telah mengasihi nabi-Mu. Sekarang aku memohon kepada-Mu berikanlah balasan atas kasih sayangnya!”
Pada saat itu matahari muncul dari balik gunung dan memancarkan cahayanya. Sayidina Ali mengerjakan salat Asarnya dan kemudian matahari itu tenggelam lagi.
Rasulullah Saw Kangen Karena Berjauhan Dengan Ali as
Suatu hari Sayidina Ali pergi sendirian keluar dari Madinah menuju tempat yang tidak jelas. Tujuh hari telah lewat dan tidak ada kabar tentang dirinya. Para sahabat melihat Rasulullah Saw menangis dan berkata, “Ya Allah! Kembalikanlah Ali; cahaya mataku, penguat lututku, putra pamanku dan yang menghilangkan kesedihanku, padaku!”
Orang-orang menunggangi kudanya dan pergi mencari Sayidina Ali. Akhirnya Fadhl bin Abbas berhasil menemukannya dan mengabarkan kedatangannya. Rasulullah menyambut Sayidina Ali dan memeriksa kepala dan badannya. Salah seorang sahabat berkata kepada Rasulullah Saw, “Anda memeriksa Ali, seakan-akan dia pergi dari perang.”
Rasulullah Saw berkata, “Jibril Amin mengabarkan kepadaku bahwa sekelompok orang musyrik Syam mau menyerangmu. Untuk itu utuslah Ali sendirian menuju pada mereka.” lalu Jibril keluar dari Madinah bersama Ali dengan seribu malaikat, Mikail juga dengan seribu malaikat dan aku melihat malaikat maut [Izrail] sedang berperang di belakang Ali.”
Wasiat Imam Ali as
Ketika Sayidina Ali mendekati waktu syahadahnya dan merasa bahwa masa kesyahidan telah dekat, beliau memanggil anak-anaknya; Hasan dan Husein as dan keluarga dekat yang lainnya, kemudian beliau menyampaikan wasiatnya.
Setelah menyampaikan pesan pada keluarganya agar bersabar dan menahan diri, beliau berkata, “Saya berpesan kepada kalian agar bertakwa dan tertib dalam pekerjaan-pekerjaan kalian. Jangan menyembah dunia, meski dunia mendatangi kalian. Jangan sedih karena kehilangan dunia. Senantiasa sampaikanlah kebenaran dan berusahalah demi mendapatkan keridhaan Allah. Jadilah musuh orang zalim dan penolong orang mazlum. Jagalah perdamaian di antara masyarakat dimana saya mendengar dari kakek kalian Rasulullah Saw bersabda, “Mendamaikan masyarakat lebih baik dari salat dan puasa.” Demi Allah! Jagalah anak-anak yatim. Jangan sampai terjadi pada mereka kadang kenyang dan kadang lapar. Demi Allah! Bersikaplah penuh kasih sayang dan berbuat baiklah pada para tetangga. Karena Rasulullah Saw senantiasa berpesan agar bersikap baik pada para tetangga. Sampai kami berpikir bahwa akan segera turun perintah bahwa tetangga juga akan mewarisi harta peninggalan kita. Demi Allah! Amalkanlah al-Quran. Jangan sampai orang lain lebih dahulu dari kalian dalam mengamalkan al-Quran. Demi Allah! Jangan meremehkan salat. Karena salat adalah tiang agama. Demi Allah! Jangan sampaikan kalian kosongkan rumah [masjid]-Nya. Karena bila masjid-masjid menjadi kosong, maka musibah ilahi akan menimpa kalian.
Demi Allah! Jangan menyepelekan jihad dan wajib bagi kalian untuk berjihad di jalan Allah dengan harta, jiwa dan mulut kalian. Wajib bagi kalian untuk menguatkan ikatan persahabatan di antara kalian dan jangan lupa memberi dan bersikap dermawan. Lakukanlah amar makruf dan nahi munkar. Karena bila kalian tidak melakukan hal ini, maka musuh akan menguasai kalian dan doa apapun yang kalian mohonkan tidak akan dikabulkan.
Adapun terkait dengan Ibnu Muljan, bila aku telah meninggal dunia, dan kalian memutuskan untuk mengqisas pembunuhku, maka penggallah sekali saja. Karena dia hanya memukul [kepala]-ku sekali. Bila kalian berlebihan dalam hal ini, maka Allah akan marah pada kalian.
Imam Ali as Mengabarkan Tentang Pemakamannya
Imam Ali ketika meninggal dunia berusia 63 tahun. Dua hari setelah kepalanya dipukul [dengan pedang] oleh Ibnu Muljam dan tahu bahwa akan segera menemui Allah Swt, beliau berkata kepada anak-anaknya Imam Hasan dan Imam Husein as:
“Setelah aku pergi dari sisi kalian, letakkanlah aku di dalam tabut dan keluarkanlah dari rumah. Kalian pegang bagian belakang tabut. Karena bagian depannya akan terbawa sendiri [yakni malaikat yang memegang bagian depan tabutnya]. Kemudian bawalah tabutku ke daerah “Gahryin” [tempat di dekat Najaf saat ini; tempat pemakaman beliau]. Dan di sana kalian akan melihat batu putih yang bercahaya. Lakukan penggalian di sana. Di sana kalian akan melihat sebuah lauh, kemudian makamkanlah aku di tempat itu...”
Imam Hasan dan Imam Husein as mengerjakan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Ketika mereka menggali kuburan, mereka melihat sebuah lauh yang disebutkan oleh Imam Ali dan di situ tertulis: “Ini adalah sebuah tempat yang disimpan oleh Nabi Nuh untuk memakamkan Ali bin Abi Thalib.”
Kuburan Yang Tersembunyi Selama 130 Tahun
Ketika Imam Ali mencapai syahadah, anak-anaknya menguburkan jenazahnya pada malam hari secara sembunyi-sembunyi. Setelah itu selama beberapa lama tempat pemakaman beliau tersembunyi. Karena khawatir para musuh pendendam khususnya para khawarij dan bani Umayah yang pada masa hidupnya telah menunjukkan permusuhannya, akan melalukan ketidakhormatan pada kuburan Imam Ali. Sampai pada masa khilafah Harun Rasyid, karena ada kejadian aneh, tempat penguburan itu ditemukan.
Suatu hari Harun Rasyid penguasa Bagdad bersama para pembantu dan pasukkannya keluar dari Kufah untuk berburu. Di pertengahan jalan, dia sampai pada sebuah bukit; sebuah bukit yang subur dan di sana ada beberapa kijang sedang bermain di antara rerumputan.
Harun Rasyid merasa gembira karena dengan segera dia akan merasakan lezatnya daging kijang. Dia memerintahkan agar anjing-anjing buruan dan burung-burung elangnya dilepaskan untuk memburu kijang-kijang itu. Anjing-anjing buruan menyerang kijang-kijang yang ada. Kijang-kijang yang ketakutan itu naik lari menuju bukit. Burung-burung elang itu juga turun pelan-pelan di lereng bukit dan anjing-anjing itu kembali dari arah bukit.
Harun dan para pendampingnya merasa takjub dan tidak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya. Harun berkata, “Apa rahasianya, kijang-kijang itu berlindung ke bukit, namun burung-burung elang dan anjing-anjing kita tidak berani pergi ke sana?!”
Dia memandang yang lainnya barangkali ada yang menjawab pertanyaannya. Namun semuanya pada keheranan dan melihat ke bukit. Mereka melihat kijang-kijang turun dari bukit dan anjing-anjing itu kembali menyerang. Tapi kijang-kijang itu kembali lagi naik ke bukit dan burung-burung elang dan anjing-anjing tidak bisa naik ke atas bukit.
Kejadian itu terulang tiga kali. Harun menghadap kepada Abdullah dan berkata, “Segeralah mencari jawaban rahasia ini!”
Abdullah dan beberapa orang melakukan penelitian atas perintah sanga khalifah. Sampai akhrinya menemukan seorang lelaki tua yang tampaknya sebagai warga daerah itu. Lelaki tua itu dibawa ke Harun Rasyid. Harun menanyakan tentang asal usul keturunan lelaki tua ini. Begitu yakin bahwa dia mengatahui tentang daerah ini, dia ditanya, apa rahasianya teka teki ini?
Lelaki itu ragu apakah dia harus menyampaikan apa yang diketahuinya ataukah tidak. Akhirnya karena desakan Harun dan orang-orang sekitarnya, dia menyerah dan mengatakan, “Wahai Amir! Ayahku dari perkataan ayahnya mengatakan bahwa kuburan Sayidina Ali ada di bukit ini. dan tentunya Allah telah menjadikan tempat ini sebagai “Haram yang aman” dan siapa saja yang berlindung di sana, maka dia akan merasa aman.”
Lelaki tua paham atas kondisi pandangan Harun, dia melanjutkan pembicaraannya, “Hai Harun di sini adalah Haram Ilahi yang aman. Oleh karena itu bukan tanpa alasan kijang-kijang itu berlindung di sini dan anjing-anjing dan burung-burung elangmu tidak berani mendekatinya dan melanggar Haram suci Ali as...”
Harun Rasyid yang benar-benar terpengaruh oleh kejadian dan ucapan lelaki tua ini lantas turun dari kudanya dan minta air. Dia berwudhu dan pergi di sisi bukit dan mengerjakan salat di sana dan menjatuhkan dirinya ke tanah dan menangis.
Dengan demikian, makam suci Imam Ali as diketahui oleh semua orang setelah 130 tahun. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as