Pembebasan Quneitra, Nafas Terakhir Teroris di Suriah Selatan
(last modified Fri, 27 Jul 2018 09:40:45 GMT )
Jul 27, 2018 16:40 Asia/Jakarta
  • Pasukan Suriah di Quneitra.
    Pasukan Suriah di Quneitra.

Militer Suriah dan sekutunya berhasil membebaskan Quneitra dari pendudukan milisi dan kelompok-kelompok teroris pada hari Kamis, 26 Juli 2018. Mereka kemudian memasuki kota tersebut untuk melakukan pembersihan dari keberadaan milisi bersenjata dan teroris.

Fakta perkembangan di Suriah saat ini adalah pemerintah dan militer negara ini telah berhasil melewati tahap perlindungan dan pertahanan kedaulatan negara dan kini sedang berada di tahap perebutan wilayah yang masih diduduki oleh milisi bersenjata dan kelompok-kelompok teroris dukungan asing.

 

Wilayah Suriah selatan merupakan salah satu daerah terpenting, di mana jika kawasan ini dibebaskan maka negara itu akan masuk ke tahap akhir perang melawan kelompok-kelompok teroris.

 

Operasi pembebasan Suriah selatan yang meliputi Provinsi Daraa, Quneitra dan Sweida dimulai sejak akhir bulan Juni 2018. Setelah sukses membebaskan Daraa, pasukan Suriah fokus pada pembebasan Quneitra dari pendudukan teroris.

 

Provinsi Quneitra memiliki luas 1.861 kilometer persegi dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 orang dan merupakan provinsi terkecil Suriah. Jika dilihat dari sisi tersebut, maka pembebasan Quneitra akan lebih mudah ketimbang dua provinsi lainnya, namun ternyata tidak demikian, sebab, strategi Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel menjadi penghambat penting bagi kemajuan operasi militer Suriah.

 

Quneitra adalah bagian dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki rezim Zionis, oleh karena itu Israel dan AS berusaha keras agar semua daerah Dataran Tinggi Golan akan menjadi bagian dari wilayah pendudukan. Surat kabar Israel, The Jerusalem Post tahun lalu dalam sebuah artikelnya menulis, "mengingat wilayah Suriah telah terpecah belah, maka saat ini, aneksasi Dataran Tinggi Golan ke wilayah Israel harus diakui."

 

Atas dasar upaya aneksasi Dataran Tinggi Golan, AS dan Israel telah melakukan berbagai sabotase dan menciptakan hambatan untuk mencegah kemajuan operasi pasukan Suriah di wilayah selatan negara ini, terutama di Quneitra. Pejabat AS juga mengklaim khawatir atas kondisi sipil di wilayah Suriah selatan menyusul dimulainya operasi pembebasan wilayah tersebut, namun ternyata kekhawatiran AS itu tidak muni dan hanya bertujuan untuk mencegah operasi pasukan Suriah.

Quneitra

 

Jamal al-Zaabi, seorang anggota parlemen Suriah mengatakan, peringatan AS tentang operasi militer Suriah di selatan negara ini ada kaitannya dengan Israel. Perhatian AS terhadap Suriah selatan dan peringatan Washington tentang operasi militer Suriah tidak ada hubungannya dengan warga sipil seperti yang diklaimnya, namun berhubungan dengan dukungan AS kepada Israel dan Dataran Tinggi Golan. Hal ini mengingat militer Suriah sedang berusaha untuk membebaskan semua wilayah yang dikontrol oleh kelompok-kelompok bersenjata dan teroris di sepanjang perbatasan Yordania dan Palestina pendudukan (Israel).

 

Selain itu, pembebasan Quneitra membawa dua hal penting: pertama, jarak Provinsi Quneitra dengan Damaskus hanya 70 km, oleh karena itu, pembebasan kota itu berarti penguatan keamanan Damaskus yang merupakan pusat pemerintahan Suriah. Dan kedua, pembebasan kota Quneitra berarti mempertahankan dan memperluas kedaulatan Suriah atas semua wilayahnya.

 

Pembebasan Quneitra adalah penting mengingat wilayah Suriah selatan adalah daerah tersisa yang masih diduduki oleh milisi bersenjata dan kelompok-kelompok teroris. Keberhasilan militer Suriah untuk merebut Quneitra diraih ketika kelompok-kelompok teroris dan para pendukungnya berusaha keras untuk mencegahnya.

 

Yang pasti, pembebasan Daraa, Quneitra dan kemudian Sweida bisa menjadi akhir dari model politik baru untuk Suriah yang dirancang oleh lawan-lawannya, terutama AS. (RA)

 

 

Tags