Tekad Turki Memburu Penasihat Putra Mahkota Abu Dhabi
(last modified Sun, 15 Dec 2019 04:55:18 GMT )
Des 15, 2019 11:55 Asia/Jakarta
  • Mohammed Dahlan.
    Mohammed Dahlan.

Kementerian Dalam Negeri Turki memasukkan nama Mohammed Dahlan, penasihat Putra Mahkota Abu Dhabi untuk urusan Palestina ke dalam daftar teroris yang paling dicari.

Pemerintah Turki menuduh Mohammed Dahlan (58 tahun) sebagai agen Uni Emirat Arab (UEA) dan terlibat dalam percobaan kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Juli 2016.

Kementerian Dalam Negeri Turki menetapkan hadiah 1,7 juta dolar untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Dahlan. Pada November lalu, pemerintah Turki mengumumkan hadiah 700 ribu dolar untuk penangkapan politisi Palestina yang menetap di UEA itu.

Jumlah hadiah yang ditawarkan telah ditambah, karena Turki yakin Dahlan terlibat dalam kudeta gagal pada Juli 2016. Ia adalah salah satu mantan pemimpin Gerakan Fatah Palestina dan saat ini menjabat sebagai penasihat Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed Al Nahyan.

Media-media Turki menuduh Dahlan terlibat dalam percobaan kudeta, memiliki kontak dengan para petinggi jaringan Fethullah Gulen, dan berperan dalam pembunuhan jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi di kota Istanbul tahun lalu.

Uni Emirat Arab dan Turki.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu menuduh pemerintah UEA melindungi seorang teroris dan mengatakan kepada televisi al-Jazeera bahwa Dahlan melarikan diri karena ia adalah seorang tentara bayaran Israel.

Kurang dari setahun setelah percobaan kudeta di Turki, wartawan dan pakar terkemuka Barat, David Hearst dalam sebuah laporan di surat kabar The Guardian Inggris mengklaim bahwa UEA memberikan dukungan finansial kepada para pengkudeta.

"UEA bekerja sama dengan para pengkudeta sebelum rencana kudeta dijalankan dan melakukan kontak dengan Fethullah Gulen melalui mantan anggota senior Gerakan Fatah, Mohammed Dahlan," tulisnya pada Juni 2017.

Sementara itu, seorang pakar Timur Tengah dan dosen Universitas Qatar, Mohammad Moctar el-Shanqiti menuturkan, "Sebelum 15 Juli 2016, para petinggi kelompok Gulen melakukan perjalanan ke UEA sebanyak 22 kali untuk mempelajari dan menyusun rencana kudeta di Turki."

"Satu-satunya jumlah yang dibayarkan oleh pemerintah Abu Dhabi untuk para pelaku kudeta di Turki dari Oktober 2015 hingga Juli 2016 adalah 3 miliar dolar," ungkapnya.

Setelah kasus itu terbongkar, hubungan antara Turki dan UEA memburuk secara drastis. Hubungan Ankara-Abu Dhabi belum pernah seburuk itu dalam sejarah kedua negara. Kondisi ini diperparah lagi dengan perang verbal di antara para pejabat Turki dan UEA serta persaingan kedua negara di Libya, Sudan, dan Aljazair.

Jika melihat tekad Turki untuk menangkap Mohammed Dahlan, maka dapat diprediksi bahwa hubungan Ankara dan Abu Dhabi akan lebih buruk dalam beberapa hari ke depan dan di tahun mendatang. (RM)

Tags