Penghargaan Qatar kepada Iran; Penekanan pada Peran stabilisasi Iran di Kawasan
"Hubungan Qatar dengan Iran dan Turki dalam level tinggi dan sangat baik," ucap Lolwah al-Khater, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar. Menurutnya, Kami berterima kasih kepada negara-negara ini yang mendukung Qatar selama krisis blokade.
Ini bukan pertama kalinya seorang pejabat Qatar memuji peran regional Republik Islam Iran. Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Qatar Hamad bin Jassim dengan sinis mengatakan kepada Arab Saudi bahwa Iran tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri negara-negara di kawasan itu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani telah berulang kali menyatakan bahwa Iran adalah bagian dari kawasan dan harus dicapai kesepakatan antara negara ini dan negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk Persia. Mengenai alasan hubungan baik negaranya dengan Republik Islam Iran, Mohammed bin Abdulrahman juga merujuk pada peran geografi dan berkata, “Iran adalah tetangga. Kami berbagi perbatasan dengan Iran dan berbagi cadangan gas dan perbatasan kami dengan Iran."
Meski faktor geografis mempengaruhi hubungan baik antara Iran dan Qatar, tapi Arab Saudi juga berbatasan dengan Qatar. Sementara hubungan antara Riyadh dan Doha kurang dari saling mempercayai, dan telah terjadi periode ketegangan antara kedua negara selama tiga setengah tahun terakhir, bahkan Arab Saudi mengupayakan serangan militer ke Qatar pada 2017.
Oleh karena itu, apa yang mempengaruhi hubungan damai, dan dalam kata-kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, hubungan "level tinggi" Doha dengan Republik Islam Iran, terkait dengan prinsip-prinsip kebijakan luar negeri Iran.
"Memperkuat kerja sama regional adalah salah satu prinsip kebijakan luar negeri Iran," kata Dr. Kayhan Barzegar, seorang akademisi Iran.
Dalam kebijakan regionalnya, Republik Islam Iran senantiasa menekankan perlunya keamanan dan stabilitas di kawasan Asia Barat dan memiliki pendekatan pragmatis dalam hal ini. Perang melawan terorisme di Suriah dan Irak adalah contoh dukungan Iran untuk stabilitas dan keamanan di kawasan.
Namun, beberapa negara di kawasan, terutama Arab Saudi, telah mereduksi persaingan menjadi permusuhan dan menafsirkan perang Republik Islam Iran melawan terorisme di kawasan itu sebagai "campur tangan" dalam urusan internal negara-negara Arab.
Klaim tersebut muncul di tengah ketegangan selama tiga setengah tahun dalam hubungan Qatar dengan Arab Saudi atas campur tangan Riyadh dalam urusan dalam negeri Doha dan tekanan pada negara itu untuk mengubah kebijakan luar negerinya serta menyesuaikan beberapa bidang kebijakan domestik, termasuk menyesuaikan kebijakan Aljazeera.
Pragmatisme Republik Islam Iran dalam menjamin perdamaian dan keamanan regional sedemikian rupa sehingga, meskipun pendekatan permusuhan Arab Saudi, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyambut baik kesepakatan Doha-Riyadh untuk mengakhiri ketegangan dalam hubungan bilateral.
Pendekatan Republik Islam Iran ini menunjukkan bahwa ia tidak menganggap Arab Saudi sebagai musuhnya, melainkan sebagai rival yang memiliki pemahaman yang salah tentang prinsip dan strategi kebijakan luar negeri Iran. Karena itu, para pejabat Republik Islam Iran selalu menyambut baik pembicaraan dan negosiasi dengan Arab Saudi untuk menyelesaikan sengketa bilateral.