Transformasi Asia Barat, 3 April 2021
Dinamika di Asia Barat pekan ini diwarnai sejumlah isu penting seperti respon Israel terhadap kemitraan strategis antara Republik Islam Iran dan Cina.
Selain itu masih ada isu lain seperti transformasi Lebanon dan statemen Sayid Hasan Nasrullah mengenai kebenaran prediksi Rahbar terkait AS, Dukungan menlu Saudi atas hubungan dengan Israel, Yordania siap bantu Suriah, Hamas bertekad lawan Israel di semua lini, operasi Hashd al-Shaabi tumpas teroris di perbatasan Arab Saudi dan berbagai isu lainnya.
Schueftan: Kemitraan Iran-Cina Ancam Eksistensi Israel
Kepala Pusat Studi Keamanan Nasional, Universitas Haifa, rezim Zionis Israel, Daniel Schueftan menyampaikan kekhawatiran terkait penandatanganan dokumen Kemitraan Strategis Iran-Cina, dan menyebutnya sebagai ancaman bagi eksistensi Israel.
Dikutip Fars News (30/3/2021), dalam artikelnya yang dimuat surat kabar Israel Hayom, Dan Schueftan mengatakan, bersamaan dengan tekad Israel di arena politik internal, ancaman strategis terhadap Israel mungkin saja berubah menjadi eksistensial, dan ini tampak dalam koalisi baru Iran-Cina, selain itu Timur Tengah mungkin saja kembali terperosok ke dalam sebuah perang dingin di antara kekuatan besar dunia, dan ini merupakan ancaman bagi Israel.
Ia menambahkan, kesepakatan strategis Iran dan Cina mengingatkan tentang ancaman mantan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser terhadap Israel.
Ketika Uni Soviet dengan kebijakan radikal untuk melindungi hegemoni regionalnya, membantu Mesir mengancam Israel lebih dari satu dekade.
"Apa yang kita lihat hari ini adalah bantuan besar Cina dalam kerangka dukungan terhadap pemerintahan Iran, dan dukungan Tehran terhadap Beijing untuk meluaskan hegemoninya di kawasan, dan ini merupakan bagian dari perang dingin," pungkasnya.
Jerusalem Post: Kemitraan Iran-Cina Kabar Buruk bagi Israel
Surat kabar rezim Zionis Israel mengangkat laporan tentang penandatangan dokumen Kemitraan Strategis Iran dan Cina. Menurutnya, kesepakatan ini menjadi kabar buruk bagi Israel.
Dikutip Fars News (29/3/2021), koran Israel, Jerusalem Post menyebut penandatanganan dokumen Kemitraan Stretegis Iran-Cina bahkan bisa lebih buruk bagi Israel.
Jerusalem Post menulis, masalah yang lebih penting daripada isi kesepakatan Iran-Cina adalah pesan yang disampaikan, yaitu bahwa Iran dan Cina tidak menganggap serius Amerika Serikat.
Pendiri lembaga think tank Israel, SIGNAL, Carice Witte mengatakan, kemitraan Iran-Cina ini 100 persen pesan untuk AS.
Jerusalem Post menambahkan, Iran dan Cina dengan menandatangani dokumen Kemitraan Strategis ini, menunjukkan bahwa kesabaran mereka dalam menghadapi berlanjutnya sanksi terhadap Iran, sudah habis.
"Israel merupakan bagian yang sangat kecil dari rivalitas kekuatan-kekuatan besar dunia yaitu antara AS dan Cina, dan persaingan itu sekarang terjadi di Iran, namun menurut Carice Witte, Beijing sadar Israel kemungkinan akan menyampaikan kekhawatirannya ini kepada AS," pungkasnya.
Haaretz: Kemitraan Iran-Cina, Kekalahan Strategis AS-Israel
Surat kabar rezim Zionis Israel, Haaretz menyebut Kemitraan Strategis Komprehensif Iran-Cina sebagai bukti kegagalan kebijakan tekanan maksimum terhadap Tehran. Menurutnya kemitraan ini menunjukkan bahwa di tengah sanksi keras Amerika Serikat, Iran masih sangat jauh dari tunduk.
Haaretz, Selasa (30/3/2021) malam dalam artikel yang ditulis Alon Pinkas menulis, Kemitraan Strategis Komprehensif Iran-Cina menjadi bukti lain dari kekalahan strategis mantan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Menurut Pinkas, pada saat yang sama, kerja sama strategis Iran dan Cina menjadi bukti gagalnya kebijakan luar negeri AS dan Israel.
Ia menambahkan, Benjamin Netanyahu merupakan salah satu pendukung kebijakan tekanan maksimum yang diterapkan Trump terhadap Iran, namun Iran sekarang sudah menyimpan uranium terkayakan, 12 kali lipat lebih besar dari apa yang disepakati dalam perjanjian nuklir, Iran juga menandatangani kesepakatan strategis dengan Cina, dan menempatkan pasukan proksi di selatan Dataran Tinggi Golan, dekat perbatasan Israel.
Aoun Desak Hariri Segera Bentuk Kabinet Baru Lebanon
Presiden Lebanon, Michel Aoun menyerukan pembentukan pemerintahan baru secepat mungkin untuk mengatasi krisis ekonomi dan politik di negaranya.
Presiden Lebanon dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Saad Hariri hari Senin (30/3/2021) memperingatkan konsekuensi berkepanjangan krisis pembentukan pemerintahan, dengan mengatakan bahwa pemerintah Lebanon harus dibentuk sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam prinsip keseimbangan. bukan pihak yang memonopoli masalah pembentukan kabinet.
Ketua parlemen Lebanon, Nabih Berri, kemarin juga menyampaikan konsekuensi dari berlanjutnya krisis pembentukan kabinet yang mengancam bangsa dan negara Lebanon.
Nabih Berri berinisiatif untuk menyelesaikan krisis pembentukan pemerintahan dan mendekatkan pandangan antara Michel Aoun dan Saad al-Hariri, yang bertugas membentuk kabinet.
Saad Hariri diangkat sebagai perdana menteri dan bertugas membentuk kabinet pada Oktober 2020 setelah pengunduran diri pemerintah Hassan Diab menyusul terjadinya ledakan di pelabuhan Beirut. Tetapi beberapa bulan kemudian dia belum dapat membentuk kabinet atau memperkenalkannya ke parlemen, akibat kebuntuan politik.
Sekjen Hizbullah: Prediksi Rahbar Terbukti, AS Masuki Fase Keruntuhan !
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah mengatakan bahwa Amerika Serikat saat ini tidak lagi sama seperti di masa lalu, karena kejayaannya semakin memudar.
Televisi Al-Mayadeen melaporkan, Sayid Nasrullah dalam pidatonya mengenang kiprah Sheikh Al-Qazi Ahmad Al-Zain, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Cendekiawan Muslim Lebanon Rabu (31/3/2021) mengatakan, Sheikh Ahmad Al-Zain senantiasa mendukung perjuangan Palestina dan menentang segala upaya untuk menghancurkan perjuangan Palestina.
Sekretaris Jenderal Hizbullah menekankan bahwa Poros Perlawanan telah melalui fase yang paling sulit dan berbahaya dalam perjalanan sejarahnya.
"Poros perlawanan mengambil langkah serius melawan ancaman dan memperkuat kemampuannya, hingga Israel khawatir menghadapi kekuatan front perlawanan yang terus tumbuh kuat dalam tekanan ancaman perang. Sementara mereka takut perang," ujar Nasrullah.
Mengenai kondisi AS sebagai pendukung utama rezim Zionis, Sekjen Hizbullah Lebanon menilai AS saat ini dalam kondisi menuju keruntuhannya.
"AS tidak akan seperti sebelumnya, karena saat ini sedang bergerak menuju keruntuhannya, persis yang diprediksi Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran," tegas Sayid Nasrullah.
Menlu Saudi Dukung Pemulihan Hubungan dengan Israel
Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengklaim pemulihan hubungan dengan rezim Zionis Israel akan membawa banyak manfaat bagi kawasan Asia Barat dari sisi ekonomi, sosial dan keamanan.
ISNA, Jumat (2/4/2021) melaporkan, Menlu Saudi Faisal bin Farhan Al Saud dalam wawancara dengan stasiun televisi Amerika Serikat, CNN saat ditanya kemungkinan penandatanganan kesepakatan normalisasi hubungan Riyadh-Tel Aviv mengatakan, proses normalisasi sudah dimulai, namun kesepakatan ini sangat tergantung pada perdamaian antara Palestina dan Israel.
Menlu Saudi menambahkan, jika proses perdamaian Palestina dan Israel mengalami kemajuan, maka saat itu warga Israel dari agama manapun akan disambut di Saudi.
Sehubungan dengan hukuman untuk Putra Mahkota Saudi yang dinyatakan terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, Faisal bin Farhan menuturkan, Saudi punya hubungan yang erat dengan AS, dan Riyadh merupakan kunci kepentingan Washington, serta prioritasnya di kawasan dan sekitarnya.
Al-Hashd Al-Shaabi Gelar Operasi Tumpas Teroris di Perbatasan Saudi
Al-Hashd al-Shaabi dan komando Karbala menggelar operasi penumpasan teroris di perbatasan negara ini dengan Arab Saudi.
Lashkar-e-Imam Ali yang berafiliasi dengan Al-Hashd Al-Shaabi dalam sebuah pernyataan Minggu (28/3/2021) pagi mengumumkan operasi pemeriksaan menuju Najaf di perbatasan Saudi.
Sementara itu, sumber militer melaporkan terjadinya ledakan bom di timur laut Baquba yang terletak di provinsi timur Diyala, menewaskan dan melukai empat pasukan Irak.
Menyusul insiden ini, pasukan keamanan Irak melancarkan operasi penumpasan teroris di daerah tersebut.
Meskipun Daesh berhasil dikalahkan pada November 2017, tapi kelompok teroris ini melakukan berbagai aksi teroris di beberapa daerah di Irak.
Pasukan keamanan Irak bersama Al-Hashd Al-Shaabi melakukan operasi penumpasan teroris di berbagai bagian negara itu sejak tahun lalu untuk menumpas sisa-sisa Daesh yang masih bercokol di negara Arab ini.
Hamas Umumkan Perlawanan terhadap Rezim Zionis di Segala Lini
Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh menegaskan bahwa pilihan rakyat Palestina adalah perlawanan di segala lini terhadap rezim Zionis.
Ismail Haniyeh hari Senin (29/3/2021) mengatakan gerakan perlawanan siap berkorban lebih dari sebelumnya demi kebebasan, kemerdekaan, dan hak pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah air mereka.
Haniyeh juga menekankan bahwa ancaman rezim Zionis pada akhirnya tidak hanya akan mengancam kepentingan Palestina saja, tetapi juga negara-negara kawasan, terutama bangsa-bangsa Arab.
Khalid al-Battash, anggota biro politik gerakan Jihad Islam Palestina, mengatakan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis menunjukkan kebohongan, dan menambahkan bahwa semua yang kita butuhkan di jalur jihad dan perlawanan demi menyampaikan realitas apa adanya kepada rakyat dan mempertahankannya.
Pada 15 September 2020, Bahrain dan UEA menandatangani kesepakatan tentang rekonsiliasi dan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis di Gedung Putih, yang dikritik secara luas di negara-negara Muslim.
Yordania akan Kucurkan Dana Baru Bantu Atasi Krisis Suriah
Pemerintah Yordania menyiapkan proposal untuk mengucurkan dana senilai 2,4 miliar dolar demi membantu penyelesaian krisis Suriah.
Pusat informasi Kementerian Perencanaan dan Kerja Sama Internasional Yordania hari Minggu (28/3/2021) mengumumkan bahwa Amman akan membantu mengatasi krisis Suriah dengan menggelontorkan dana senilai 2,4 miliar dolar, dari jumlah itu 260 juta dolar dialokasikan untuk mengatasi dampak penyebaran virus Corona di Suriah.
Pemerintah Yordania mengalokasikan 192 juta dolar untuk komunitas tuan rumah pengungsi Suriah, 411 juta dolar untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan institusi pemerintah Suriah, serta dana untuk memenuhi kebutuhan pengungsi.
Bertepatan dengan peluncuran Program Dukungan Yordania, konferensi Brussel kelima bertajuk "Mendukung Masa Depan Suriah dan Kawasan" diluncurkan secara online dengan tujuan menarik bantuan kemanusiaan ke Suriah dan komunitas tuan rumah pengungsi Suriah.
Sejak awal krisis Suriah pada 2011, Yordania telah menampung lebih dari 1,3 juta warga Suriah, sekitar 664.000 di antaranya telah terdaftar di Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.