Justifikasi Biden Soal Penarikan Dini Pasukan AS dari Afghanistan
Dalam pidato Kamis (08/07/2021) malam, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa misi militer AS di Afghanistan akan berakhir pada 31 Agustus dan bahwa ia tidak mau mengirim generasi Amerika lainnya untuk berperang di negara itu. Dia mencatat bahwa 2.448 tentara AS telah tewas dan 2.772 terluka, serta menambahkan bahwa korban terus meningkat.
"Saya tidak akan mengirim generasi Amerika lainnya untuk berperang di Afghanistan tanpa harapan yang masuk akal untuk mencapai tujuan yang berbeda," tegas Biden.
Presiden AS juga menyampaikan klaim bahwa militer AS telah melaksanakan tugasnya di Afghanistan secara efektif. Menurutnya, "Para komandan militer telah menyarankan saya untuk segera meninggalkan Afghanistan."
Dalam membela 20 tahun pendudukan Afghanistan, Biden mengklaim, "Kami membunuh Osama bin Laden dan mencegah Afghanistan menjadi platform untuk menyerang Amerika Serikat."
Ia juga menyampaikan klaim aneh meminta agar penarikan pasukan AS dari Afghanistan tidak boleh dibandingkan dengan penarikan pasukan AS dari Vietnam. Padahal, ketergesaan Biden untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan sangat mirip dengan apa yang terjadi ketika pasukan AS menarik diri dari Vietnam.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada hari Kamis (8/7) bahwa penarikan pasukan AS dari Afghanistan sebenarnya merupakan pengakuan atas kegagalan misinya di negara itu.
Ini adalah sikap terbaru Biden tentang perang di Afghanistan dan masa depan pasukan AS di negara itu.
Dia sebelumnya menekankan bahwa waktunya telah tiba untuk mengakhiri perang terpanjang yang melibatkan Amerika Serikat. Biden telah berjanji untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan pada 11 September 2021. Namun, pernyataan barunya menunjukkan bahwa Washington sedang terburu-buru untuk menarik pasukannya dari Afghanistan.
Hal litu dikarenakan eskalasi perang antara pasukan Taliban dan pemerintah Afghanistan serta kemajuan Taliban yang terus berlanjut. Atas dasar itu, Biden bermaksud untuk memenuhi janji ini dua minggu lebih cepat dari jadwal.
"Pemerintah pusat Afghanistan tidak dapat mengandalkan dukungan praktis dan lapangan dari Amerika Serikat. Dengan kata lain, Amerika Serikat mengecewakan Ashraf Ghani dan menepis harapan untuk menyerang posisi Taliban," kata Mohammad Reza Forghani, pakar urusan Afghanistan.
Meskipun Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menegaskan bahwa militer negara itu sepenuhnya mampu memukul mundur dan mengalahkan Taliban. Namun beberapa ahli percaya bahwa mengingat situasi militer dan keamanan saat ini serta kemajuan Taliban di berbagai bagian Afghanistan, bahwa dengan penarikan pasukan asing dari negara itu, dan terutama kurangnya dukungan udara, risiko Afghanistan jatuh ke tangan Taliban kini berlipat ganda.
Terlepas dari kekhawatiran ini, tampaknya pemerintah Biden hanya berusaha meninggalkan Afghanistan sesegera mungkin, terlepas dari konsekuensi yang mengerikan. Dalam pertemuan baru-baru ini dengan Ashraf Ghani di Gedung Putih, Biden berjanji bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung Afghanistan setelah penarikan, tetapi "bukan dukungan militer".
Ini berarti bahwa Amerika Serikat tidak berniat memberikan dukungan militer yang serius kepada pemerintah Afghanistan di tengah situasi keamanan yang mengerikan saat ini. Tentu saja, posisi Amerika Serikat ini telah diungkapkan oleh pejabat senior pemerintah Biden.
Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional AS pada April 2021, sesaat sebelum dimulainya penarikan pasukan AS-NATO dari Afghanistan, yang dimulai pada Mei 2021, mencatat bahwa tidak ada jaminan tentang apa yang akan terjadi setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Dia menekankan bahwa Biden tidak memiliki rencana untuk kembali di masa depan.
Pernyataan ini menunjukkan sifat sebenarnya dari visi pemerintahan Biden untuk masa depan Afghanistan dan menunjukkan tidak bertanggung jawab penuh Washington tentang situasi keamanan setelah penarikan pasukan AS dan NATO dari negara itu. Namun, untuk membenarkan keputusannya dalam pidatonya, Biden membantah bahwa misi AS di Afghanistan telah gagal, dengan alasan bahwa jatuhnya pemerintah Afghanistan tidak mungkin dan bahwa kendali Taliban atas Afghanistan tidak pasti.
"Pemerintah pusat Afghanistan tidak dapat mengandalkan dukungan praktis dan lapangan dari Amerika Serikat. Dengan kata lain, Amerika Serikat mengecewakan Ashraf Ghani dan menepis harapan untuk menyerang posisi Taliban," kata Mohammad Reza Forghani, pakar urusan Afghanistan.