Kenaikan Harga Minyak OPEC dan Penolakan OPEC Plus atas Permintaan AS
(last modified Sun, 07 Nov 2021 09:31:39 GMT )
Nov 07, 2021 16:31 Asia/Jakarta
  • OPEC Plus
    OPEC Plus

Harga minyak OPEC telah meningkat lebih dari 30 dolar sejak awal 2021, memecahkan rekor tertinggi lebih dari 84 dolar per barel pada Oktober di tengah kekurangan gas dan kenaikan harga energi global. Harga minyak telah meningkat di pasar global setelah produsen OPEC Plus menolak permintaan AS untuk mempercepat produksi, karena kekhawatiran pasokan baru.

Harga minyak melampaui 80 dolar perbarel di saat musim semi 2020 anjlok di bawah 20 dolar perbarel karena pandemi Corona dan mandeknya aktivitas ekonomi. Setelah itu, anggota OPEC bersama 10 produsen minyak non-OPEC atau dikenal dengan OPEC Plus sepakat untuk mengurangi produksinya sebesar 9,7 juta barel dan memulihkannya ketika kondisi membaik.

Kini negara-negara produsen minyak OPEC Plus tetap bersikeras untuk meningkatkan produksi secara bertahap untuk menyeimbangkan harga pasar, sementara blok Barat pimpinan Amerika Serikat menekankan peningkatan produksi untuk menekan harga pasar. Sekaitan dengan ini, anggota OPEC Plus di sidang ke-22 sepakat untuk melanjutkan kesepakatan penurunan produksi, di mana berdasarkan ksepakatan tersebut, produksi OPEC Plus di bulan Desember akan dinaikkan 400 ribu barel. Sementara di beberapa pekan lalu sebelum sidang OPEC Plus, negara-negara konsumen berusaha menekan kelompok ini supaya menambah produksinya.

Harga minyak

Julianne Geiger, pengamat minyak mengatakan, bank Amerika memprediksikan bahwa kenaikan harga minyak mentah akan berlanjtu dan hingga Juni 2022, harga tersebut akan mencapai 120 dolar perbarel.

Kesatuan sikap OPEC Plus terkait kenaikan bertahap produksi minyak telah membangkitkan ketidakpuasan Amerika. Presiden AS Joe Biden menekankan bahwa ada potensi negara-negara OPEC Plus tidak akan menaikkan produksinya sesuai dengan permintaan Washington. Pemerintah Biden mendapat tekanan untuk mengontrol harga minyak yang terus melambung.

Peningkatan aktivitas ekonomi di Amerika setelah kondisi Corona secara bertahap membaik, membuat harga minyak dan solar di negara ini naik. Harga rata-rata bensin di seluruh Amerika mencapai 3,42 dolar per galon, harga tertinggi sejak tahun 2014 hingga kini. Oleh karena itu, pemerintah Biden bersikeras atas penambahan produksi minyak di pasar global dan ketika harga minyak di pasar turun, maka harga olahan minyak di Amerika juga akan turun.

Kenaikan harga bensin dapat menimbulkan dampak politik bagi Demokrat yang saat ini tengah berkonsentrasi atas pemilu sela tahun depan. Oleh karena itu, Gedung Putih dalam sebuah kebijakan kontradiktif dan ganda dalam dua bidang lingkungan dan energi menuduh OPEC Plus membahayakan proses menghidupkan kembali ekonomi di dunia karena menolak meningkatkan produksinya.

Meski demikian, tuntutan pemerintah Biden khususnya mendapat penentangan dari Rusia. Faktanya, konfrontasi antara Rusia dan Amerika Serikat yang berlangsung di berbagai bidang, kini telah mengkristal ke level baru, yakni ladang minyak. Rusia menentang setiap peningkatan mendadak dalam produksi minyak karena konsekuensi harga produk utama ini dalam ekonomi global. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyatakan bahwa negaranya saat ini menentang peningkatan tajam produksi minyak di pasar global karena ancaman penurunan level permintaan dan pembelian minyak.

Sepertinya meski ada permintaan Amerika dan meskipun fakta bahwa beberapa mitra dan sekutu Washington, seperti Arab Saudi, hadir di OPEC Plus, tapi proses peningkatan produksi minyak tidak akan sesuai dengan permintaan Washington, dan hal ini sebuah indikasi lain dari penurunan pengaruh global Amerika. (MF)