Saat AS Klaim Khawatir Serangan Daesh di Afghanistan
(last modified Tue, 09 Nov 2021 10:01:37 GMT )
Nov 09, 2021 17:01 Asia/Jakarta
  • Daesh di Afghanistan
    Daesh di Afghanistan

Thomas West, utusan khusus Amerika Serikat untuk urusan Afghanistan dalam sebuah statemen mengklaim bahwa Washington khawatir atas eskalasi serangan milisi yang berafiliasi dengan Daesh (ISIS) dan kehadiran konstan al-Qaeda di Afghanistan.

Para pejabat Amerika Serikat meyakini bahwa Daesh akan mampu melancarkan serangan di luar Afghanistan dalam tempo enam hingga 12 bulan, sementara al-Qaeda dapat melakukan hal yang sama dalam tempo satu hingga dua tahun.

"Washington khawatir atas eskalasi serangan Daesh, dan kami berharap Taliban berhasil melawan mereka," ujar West. Lebih lanjut ia menambahkan, ketika berbicara mengenai kelompok lain di Afghanistan, al-Qaeda juga melanjutkan kehadirannya di sana dan kami sangat prihatin atas mereka.

Utusan khusus AS untuk Afghanistan, Thomas West

Klaim wakil khusus AS untuk urusan Afghanistan terkait kekhawatiran atas maraknya serangan Daesh di Afghanistan serta serangan potensial di luar negara ini sepertinya aneh mengingat peran Washington di pembentukan dan pertumbuhan kelompok teroris ini. Pada dasarnya Amerika tidak dapat menutupi keterlibatannya di kemunculan Daesh. Daesh pada awalnya dibentuk di Irak dengan melibatkan sisa-sisa anasir Partai Baath Irak dan Salafi serta Takfiri dari berbagai belahan dunia, serta aktivitasnya cepat meluas dari Irak ke Suriah.

Amerika Serikat sebagai pemimpin Barat, bersama mitra Barat dan Arabnya mulai memberi dukungan luas terhadap teroris Takfiri termasuk Daesh. Tujuan Washington adalah menumbangkan pemerintahan sah Suriah dan melemahkan poros muqawama, serta memandang kelompok teroris ini sebagai alat untuk menggapai tujuannya.

Mantan presiden AS, Donald Trump dalam pidato kontroversialnya pernah menguak peran langsung pendahulunya, Barack Obama dan Mantan menlu AS, Hillary Clinton di pembentukan Daesh. Trump di pidato kampanye pilpresnya pada Januari 2016 mengatakan, Hillary Clinton bersama Obama membentuk Daesh. Statemen Trump ini sejatinya pembenaran atas tudingan yang berulang kali dilontarkan pemimpin sejumlah negara dunia seperti Presiden Rusia, Vladimir Putin terkait peran langsung Gedung Putih di pembentukan dan berbagai aksi Daesh.

Amerika Serikat sejak tahun 2011 hingga 2014 mendukung besar-besaran Daesh dan memainkan peran utama dalam memberi dukungan logistik dan finansial kepada kelompok teroris ini. Setelah aksi Daesh di Irak dan perebutan sejumlah besar wilayah negara ini, Washington di era Obama berencana mengontrol kelompok teroris ini. Dengan demikian di tahun 2014, ia membentuk Koalisi Internasioanl Anti-Daesh. Tujuan Amerika adalah menjaga Daesh untuk tetap dalam genggamannya sehingga mampu menggunakannya melawan represi.

Sementara terkait Afghanistan, Washington selama beberapa tahun terakhir secara terencana juga mendukung anasir Daesh khususnya di utara Afghanistan. Pejabat Rusia berulang kali menekankan bahwa Amerika memyiapkan beragam bantuan logistik dan persenjataan bagi Daesh di Afghanistan demi kepentingan dan tujuannya. Moskow menekankan bahwa salah satu sumber dukungan teroris Daesh terlepas dari bantuan langsung, adalah bantuan militer oleh Amerika atau negara NATO lainnya yang diberikan kepada pemerintah Afghanistan saat itu tanpa kontrol yang tepat dan dengan mudah dirampas serta jatuh ke tangan Daesh.

Setelah penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan pada Agustus 2021, domain serangan Daesh di Afghanistan semakin meningkat dan ratusan orang menjadi korban. Amerika senantiasa menggunakan Daesh untuk melawan musuh-musuhnya khususnya Rusia, Cina dan Iran. Tujuan dari memperkuat Daesh di Afghanistan, khususnya di dekat wilayah yang berbatasan dengan negara-negara Asia Tengah, seperti Tajikistan dan Uzbekistan adalah untuk menekan Rusia dan Cina.

Anasir Daesh di Afghanistan

Pir Mohammad Mollazehi, pakar politik mengatakan, Amerika Serikat memenuhi tempat kosongnya di Afghanistan dengan Daesh.

Dengan demikian, bukan saja kejujuran Amerika terkait perang melawan Daesh sepenuhnya dipertanyakan, bahkan menjadi jelas bahwa tanpa dukungan Washington, Daesh tidak akan pernah mampu melakukan kejahatannya. (MF)