Musim Dingin Makin Dekat, Hari-Hari Sulit Bayangi Rakyat Afghanistan
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) memperkirakan hari-hari sulit bagi rakyat Afghanistan menjelang musim dingin.
Menurut laporan OCHA, 79% keluarga di Afghanistan tidak memiliki akses ke fasilitas pemanas pada musim dingin mendatang, dan musim dingin yang sulit di Afghanistan akan segera dimulai.
"79 persen keluarga Afghanistan juga perlu untuk membangun (memperbaiki) kembali rumah-rumah mereka pada musim dingin mendatang," tambah OCHA.
OCHA juga mengonfirmasi peningkatan 97% kemiskinan di Afghanistan, dan menyatakan bahwa 56% keluarga Afghanistan tidak memiliki sarana yang diperlukan untuk menyiapkan pakaian yang cocok untuk anak-anak mereka pada musim dingin.
OCHA memperingatkan tentang kondisi yang sangat buruk dari rakyat Afghanistan untuk melewati musim dingin yang akan datang. Sementara Taliban menuduh organisasi tersebut tidak dapat membantu memecahkan masalah Afghanistan.
Rakyat Afghanisan berharap kepada PBB –sebagai organisasi internasional terbesar yang dibentuk dengan tujuan memperkuat perdamaian dunia dan memecahkan masalah manusia– untuk dapat membantu menyelesaikan krisis dan masalah yang dihadapi mereka daripada menerbitkan laporan yang mengkhawatirkan.
Sementara itu, miliaran dolar uang rakyat Afganistan telah disita oleh Amerika Serikat (AS), dan jika uang tersebut dilepaskan, makan banyak masalah rakyat Afganistan yang akan terpecahkan. Faktanya bahwa PBB juga belum melakukan upaya apa pun dalam satu tahun terakhir untuk memaksa AS membebaskan uang rakyat Afghanistan.
Amin Farjad, pakar masalah Afghanistan, mengatakan, PBB belum memainkan peran yang berpengaruh dalam memecahkan masalah rakyat Afghanistan setelah kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan, seperti yang diharapkan. Pada saat yang sama, harapan dunia, seperti rakyat Afghanistan, jauh lebih tinggi daripada upaya PBB saat ini.
Ini menjadi pertanyaan penting bagi masyarakat internasional, khususnya rakyat Afghanistan, mengapa PBB tidak mampu menyatukan negara-negara dan memperluas kemampuan mereka untuk membantu menyelesaikan krisis Afghanistan?
Menanggapi pertanyaan penting ini, para analis politik menyinggung dominasi AS atas organisasi internasional terbesar ini, dan karena itu mereka percaya bahwa AS selalu berusaha memaksakan rencana dan kebijakan regional dan internasionalnya di PBB, sehingga organisasi ini tidak melaksanakan program dan kebijakan di luar kehendak dan dominasi Washington di berbagai wilayah dunia, termasuk Afghanistan.
Dalam beberapa tahun terakhir, para pejabat Gedung Putih khawatir tentang hegemoni globalnya yang terancam, dan itulah sebabnya, AS semakin memaksakan kebijakan hegemoniknya di negara-negara lain.
Sayid Hossein Hosseini, seorang pakar Afghanistan, mengatakan, salah satu faktor terpenting dari ketidakefektifan PBB adalah kebijakan yang diberlakukan oleh AS agar tidak bertindak melawan kehendak negara ini. Pada saat yang sama, ada juga kecurigaan bahwa PBB adalah pelaksana rencana dan program AS, dan bahwa organisasi ini digunakan sebagai alat Amerika untuk memenuhi kepentingannya.
AS tidak hanya membuat PBB menjadi tidak efektif dengan kebijakannya yang menindas, tetapi juga membuat rakyat dan bangsa-bangsa menghadapi banyak kesulitan dengan memberikan sanksi terhadap negara-negara, yang contoh nyatanya dapat dilihat di Afghanistan.
Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah berulang kali menggunakan taktik dan pengaruh sanksi terhadap negara-negara untuk memaksa mereka mengikuti kebijakan Washington.
Sebuah pertanyaan penting muncul, yaitu, atas dasar apa AS mengklaim hak ini untuk dirinya sendiri dengan menjatuhkan sanksi sehingga membuat rakyat di negara-negara lain menderita dan menghadapi beragam masalah, bahkan menghadapi kematian secara pelan-pelan? Sementara PBB terus menerus menerbitkan laporan tentang penderitaan mereka tanpa memberikan solusi. (RA)