Nov 01, 2022 11:42 Asia/Jakarta

Akhirnya, setelah sekian lama ketegangan dan persaingan politik di Brasil, dengan diadakannya pemilihan umum presiden putaran kedua di negara ini, Luis Inacio Lula da Silva, kandidat kiri dari Partai Buruh, menang atas Jair Bolsonaro, sang liberal, saingan dan presiden saat ini, dan menjadi presiden negara ini.

Putaran kedua pemilihan umum presiden Brasil diadakan sementara tidak ada kandidat yang bisa memenangkan jumlah suara minimum di putaran pertama.

Namun di babak kedua, da Silva mampu merebut kursi kepresidenan Brasil untuk ketiga kalinya dengan menang atas Bolsonaro dengan 60.341.198 suara.

Luis Inacio Lula da Silva

Sementara Bolsonaro berhasil meraup suara 58.203.620 suara dalam pemilu presiden ini.

Dalam pidato pertamanya setelah kemenangan, da Silva menyebut Brasil telah kembali ke kancah internasional dan tidak ingin lagi ditolak.

Menurutnya, Tidak menguntungkan siapa pun kita hidup di masyarakat yang terfagmentasi dan berada dalam perang terus menerus. Da Silva menyebut kemenangannya sebagai kemenangan demokrasi dan mengatakan, Brasil membutuhkan perdamaian, persatuan dan kesatuan, dan waktunya telah tiba untuk meletakkan senjata.

Da Silva akan memulai masa kepresidenannya sementara Brasil telah menghadapi banyak krisis ekonomi dan sosial dalam beberapa tahun terakhir.

Brasil memiliki salah satu tingkat kematian tertinggi dalam pandemi COVID-19 dalam beberapa tahun terakhir karena sikap Bolsonaro dan kurangnya kepercayaan pada vaksinasi.

Juga, jumlah kematian akibat senjata api di negara ini telah meningkat selama kepresidenan Bolsonaro.

Bolsonaro mengesahkan undang-undang yang melonggarkan peraturan kepemilikan senjata di Brasil, dengan jumlah senjata milik pribadi berlipat ganda sejak 2018, menurut statistik.

Carolina Ricardo, direktur eksekutif lembaga pemikir keamanan So da Paz, mengatakan, Hari ini kita memiliki pasukan sipil bersenjata yang nyata dan ini adalah situasi yang sangat mengkhawatirkan.

Kondisi ekonomi juga menurun dalam beberapa tahun terakhir di Brasil.

Akhirnya, setelah sekian lama ketegangan dan persaingan politik di Brasil, dengan diadakannya pemilihan umum presiden putaran kedua di negara ini, Luis Inacio Lula da Silva, kandidat kiri dari Partai Buruh, menang atas Jair Bolsonaro, sang liberal, saingan dan presiden saat ini, dan menjadi presiden negara ini.

Negara ini, yang merupakan negara terbesar dan terpadat di Amerika Latin dan salah satu dari 15 ekonomi teratas di dunia, telah menghadapi penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Buruknya kinerja ekonomi Brasil dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kesenjangan antara pendapatan per kapita dengan standar yang tercatat di negara maju.

Dalam situasi ini, da Silva telah berjanji untuk mengakhiri kemiskinan di Brasil dan melindungi hutan Amazon. Pelestarian hutan Amazon telah menjadi salah satu poros penting kompetisi elektoral di Brasil.

Laju kerusakan hutan-hutan ini semakin cepat sejak pelantikan Bolsonaro pada Januari 2019. Menurut laporan yang diterbitkan, deforestasi telah meningkat sebesar 57% selama masa Bolsonaro.

Dia adalah presiden pertama Brasil sejak 1988 yang belum menandatangani satu dekrit tentang perlindungan tanah adat.

Sementara itu, selama dua masa jabatan presiden di Brasil, Lula menekankan pada pengurangan laju deforestasi di Amazon dengan memerangi penebangan pohon, penambangan, dan penggembalaan ternak secara ilegal di kawasan lindung.

Melindungi Amazon memainkan peran yang sangat penting dalam upaya untuk mengekang perubahan iklim secara global. Da Silva telah berjanji untuk menjaga hutan Amazon, yang berperan sebagai paru-paru planet ini.

Di sisi lain, kemenangan Lula da Silva di Brasil penting bukan hanya bagi Brasil, tetapi juga untuk kawasan Amerika Latin.

Amerika Latin

Faktanya, kemenangan da Silva akan berarti perluasan kehadiran kekuatan sayap kiri di ekonomi teratas Amerika Latin dan konvergensi negara-negara ini sejalan dengan tujuan keadilan.

Vinicius de Carvalho, profesor studi Brasil dan Amerika Latin di King's College London, percaya bahwa Brasil adalah negara yang penting secara ekonomi dan politik, dan sebagai hasilnya, kemenangan kaum kiri di negara ini akan membawa situasi rapuh bagi ekstrem kanan.(sl)

Tags