Jun 10, 2023 16:06 Asia/Jakarta
  • John Kirby
    John Kirby

Perkembangan di Amerika selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting di antaranya; Reaksi Gedung Putih atas Peluncuran Rudal Hipersonik Iran.

Selain itu, masih ada isu lain seperti:

  • Pejabat AS: Kami Tak Punya Sistem Pertahanan untuk Rudal Hipersonik
  • Iran Buka Kembali Kedubes di Saudi, Begini Reaksi AS
  • Mike Pence Maju Jadi Bakal Capres AS
  • Senator AS: Pemerintah Biden Kebingungan Hadapi Iran
  • Seperti Ini Tanggapan Media AS atas Rudal Hipersonik Iran
  • Mantan Penasihat CIA: Hegemoni Dolar akan Kolaps Kurang dari 3 Bulan
  • Persediaan Minyak Mentah AS Turun 1,7 Juta Barel
  • Seorang Ibu Ditembak Tetangganya di depan Sang Anak
  • Pentagon Loloskan Paket Militer Baru untuk Ukraina

Reaksi Gedung Putih atas Peluncuran Rudal Hipersonik Iran

Seorang pejabat senior Gedung Putih, dalam konferensi persnya menunjukkan reaksi atas peluncuran perdana rudal hipersonik pertama Iran, Fattah.

Fattah

John Kirby, Koordinator Komunikasi Strategis, Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Selasa (6/6/2023) menanggapi pameran rudal hipersonik pertama Iran yang diberi nama Fattah.

Ia menuturkan, "Pemerintah Presiden Joe Biden, telah bertindak sangat transparan, akurat dan tegas atas langkah-langkah Iran, yang memicu instabilitas di kawasan, termasuk pengembangan program rudal balistik negara ini."

John Kirby menambahkan, "Saya secara pribadi tidak akan berkomentar atas laporan-laporan terkait rudal hipersonik yang diklaim Iran, akan tetapi kami menerapkan sanksi-sanksi yang sangat jelas untuk menghadapi program rudal balistik Iran."

Beberapa jam sebelumnya, Departemen Keuangan Amerika Serikat mengumumkan telah memasukkan jaringan sejumlah perusahaan yang berlokasi di Iran, Cina dan Hong Kong dengan dalih mendukung program rudal Iran, ke daftar sanksi Washington.

Deputi Menteri Keuangan AS mengatakan, "Langkah yang kami lakukan hari ini akan memperkuat komitmen kami untuk merespon aktivitas-aktivitas yang memperlemah stabilitas kawasan, dan keamanan sekutu-sekutu kunci kami."

Ia melanjutkan, "Amerika Serikat akan terus menargetkan jaringan-jaringan pembelian lintas negara yang secara rahasia mendukung produksi rudal balistik Iran, dan program-program militer lainnya."

Pejabat AS: Kami Tak Punya Sistem Pertahanan untuk Rudal Hipersonik

Seorang pejabat yang juga pakar militer Amerika Serikat, mengakui bahwa Angkatan Bersenjata negaranya tidak punya sistem pertahanan untuk menghadapi rudal-rudal hipersonik.

Dikutip United Press International, UPI, Selasa (6/6/2023), Michael Griffin, mantan Deputi Menteri Riset dan Teknologi Pertahanan AS, dalam rapat dengar pendapat dengan Kongres, pada Februari 2023 lalu memperingatkan senjata hipersonik tidak dapat dideteksi dan dilacak oleh sistem yang dimiliki AS.

Rudal Fattah Iran

Ia menambahkan, "Amerika Serikat tidak punya sistem yang dapat membahayakan para pemilik rudal hipersonik dengan cara yang sama. Kita tidak punya sistem pertahanan yang seimbang dengan sistem rudal ini."

Menurut UPI, berita peluncuran rudal hipersonik pertama Iran, Fattah, muncul di tengah perlombaan senjata di antara kekuatan-kekuatan super-militer dalam keunggulan rudal hipersonik canggih yaitu Amerika Serikat, Rusia dan Cina.

Rudal hipersonik Fattah, masuk ke jajaran generasi rudal dunia yang sampai saat ini belum ada sistem pertahanan apa pun yang mampu menghadangnya.

Di sisi lain, stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Direktorat Intelijen Nasional AS mengumumkan, Iran adalah negara dengan rudal balistik terbanyak di kawasan Asia Barat.

Iran Buka Kembali Kedubes di Saudi, Begini Reaksi AS

Pejabat Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, mengklaim jika pemulihan hubungan Iran dan Arab Saudi, bisa meningkatkan transparansi atas apa yang dilakukan kedua negara, maka itu positif.

John Kirby, Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Senin (5/6/2023) saat ditanya soal pemulihan hubungan Iran-Saudi menjawab, "Kami akan memberikan kesempatan orang-orang Iran dan Saudi untuk menjelaskan lebih spesifik masalah ini."

Ia menambahkan, "Apa yang dapat saya sampaikan secara umum adalah, kami mendukung integrasi yang lebih besar, dialog lebih intens, dan transparansi di seluruh kawasan."

Menurut Kirby, pembukaan kembali Kedutaan Besar Iran di Saudi, jika dapat membantu meningkatkan transparansi atas apa yang dilakukan keduanya, dan jika bisa menurunkan eskalasi ketegangan, maka semua itu positif.

Di sisi lain Deputi Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel mengatakan, "Kami sejak lama sudah mendorong dialog dan diplomasi langsung termasuk antara Iran dan negara-negara kawasan."

"Pertukaran dubes tidak akan menjadi langkah yang mengejutkan dalam hal ini. Kami masih berharap dialog dapat membantu menurunkan ketegangan dan menciptakan stabilitas lebih besar di kawasan, serta menyingkirkan kekhawatiran-kekhawatiran lama kami," pungkasnya.

Mike Pence Maju Jadi Bakal Capres AS

Mike Pence, wakil presiden di era Donald Trump telah mengumumkan pencalonannya untuk tahap intra-partai pemilihan presiden AS 2024 dari Partai Republik dengan mendaftar ke Komisi Pemilihan Federal.

Dengan diumumkannya pencalonan Mike Pence, maka dia harus bersaing dengan Donald Trump untuk pemilihan presiden intra partai Republik 2024.

MIke Pence

Pence, yang terkadang mendukung dan terkadang mengkritik Trump sejak akhir masa jabatannya, diperkirakan akan menampilkan dirinya sebagai kandidat konservatif dan evangelis tradisional dalam pemilu tersebut.

Munculnya saingan Trump datang pada saat dia masih menjadi kandidat utama Partai Republik untuk bersaing dengan Joe Biden pada tahun 2024.

Mike Pence adalah orang kedelapan yang mengikuti pemilihan pendahuluan AS.

Kandidat lain selain Trump termasuk sosok garis keras Gubernur Florida Ron DeSantis, mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley, mantan Gubernur Arkansas Asa Hutchinson, pengusaha Vivek Ramaswamy, pembawa acara radio Larry Elder, dan Senator Carolina Selatan Tim Scott.

Senator AS: Pemerintah Biden Kebingungan Hadapi Iran

Seorang anggota Komisi Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat, menyinggung habisnya batas waktu pelarangan rudal PBB atas Iran, bulan Oktober 2023, dan memprotes kebingungan Gedung Putih atas Tehran.

James Risch, Selasa (6/6/2023) menggarisbawahi masalah berakhirnya batas waktu pelarangan rudal Iran, oleh PBB berdasarkan isi Resolusi 2231 Dewan Keamanan, yang semakin dekat.

James Risch

Di akun Twitternya James Risch menyebut langkah Presiden Joe Biden hari Selasa, menjatuhkan sanksi baru terhadap beberapa perusahaan di Cina, Hong Kong, dan Iran, dengan dalih program nuklir Tehran, sebagai langkah awal, tapi pemerintah Washington tak mampu menyusun strategi melawan Iran.

"Kita sedang mendekat ke salah satu 'klausul Matahari terbenam' JCPOA lain, yaitu pelarangan rudal balistik Iran, bulan Oktober akan segera dicabut. Meski sanksi hari ini termasuk langkah awal, tapi pemerintah Biden kebingungan, dan tidak mampu menyusun strategi untuk melawan Iran, lebih cepat," paparnya.

Apa yang dimaksud dengan "Klausul-Klausul Matahari Terbenam" adalah isi kesepakatan nuklir JCPOA atau resolusi penegasnya, Resolusi 2231, yang akan habis pada waktu yang sudah ditetapkan, seperti pembatasan rudal Iran, yang akan kedaluwarsa pada Oktober 2023.

Masalah habisnya batas waktu pelarangan rudal PBB atas Iran, sesuai isi Resolusi 2231 Dewan Keamanan dirilis untuk mengonfirmasi JCPOA, dan baru-baru ini menjadi salah satu isu hangat di antara para politisi AS.

Seperti Ini Tanggapan Media AS atas Rudal Hipersonik Iran

Salah satu media Amerika Serikat, Missile Threat dalam laporannya terkait rudal hipersonik Iran, Fattah, membandingkan kekuatan rudal Iran dan Rezim Zionis.

Missile Threat situs milik CSIS, Selasa (6/6/2023) menulis, "Iran telah menguji coba rudal baru yang mampu bergerak ke arah target dengan kecepatan yang luar biasa tinggi, sehingga sistem-sistem pertahanan rudal klasik tidak akan mampu melacaknya."

Ditambahkannya, rudal hipersonik Fattah mampu bergerak dengan kecepatan 14 kali kecepatan suara yaitu 1.235 kilometer per jam ke arah target yang ditujunya.

Menurut Missile Threat, Iran dengan memiliki cadangan rudal kuat jarak pendek, jarak menengah dan jarak jauh, termasuk rudal-rudal balistik, masuk ke jajaran kekuatan unggul rudal dunia.

Di sisi lain situs Missile Threat menyinggung rudal-rudal produksi Rezim Zionis, yang dari sisi keragaman tidak bisa dibandingkan dengan rudal-rudal buatan Iran.

Rudal hipersonik Fattah, sebagai capaian terbaru Pasukan Dirgantara, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, hari Selasa dipamerkan kepada publik.

Mantan Penasihat CIA: Hegemoni Dolar akan Kolaps Kurang dari 3 Bulan

Mantan Penasihat Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat, CIA mengatakan bahwa hegemoni dolar Amerika akan runtuh dalam waktu kurang dari tiga bulan ke depan.

Dolar

James Rickards, dalam artikelnya yang dimuat situs Daily Reckoning, Selasa (6/6/2023) menuturkan, cadangan dunia dolar Amerika, terguncang seiring dengan memburuknya krisis di Ukraina, yang menaikkan utang AS secara signifikan.

"Pada 22 Agustus 2023, dua setengah bulan dari sekarang, perkembangan paling signifikan dalam keuangan internasional sejak tahun 1971, akan dimulai," kata Rickards.

Menurut mantan Penasihat CIA itu, hal ini dipicu salah satunya oleh mata uang baru yang dapat melemahkan dolar Amerika, sebagai mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran global.

Mata uang baru tersebut, imbuhnya, pada akhirnya akan menggantikan dolar AS, sebagai alat pembayaran utama dunia, dan mata uang cadangan devisa global.

"Fenomena semacam ini belum terjadi sebelumnya, dan dunia tidak siap untuk menghadapi guncangan geopolitik ini, dan guncangan moneter ini akan digulirkan oleh kelompok yang disebut BRICS yaitu Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan," kata Rickards.

Ia percaya permainan seputar status mata uang cadangan dunia oleh BRICS ini akan mempengaruhi perdagangan dunia, investasi langsung luar negeri, dan portofolio investor dengan cara yang tak terduga.

Rickards menjelaskan, pekembangan terpenting dalam sistem BRICS terkait dengan perluasan keanggotaan BRICS, sehingga muncul nama BRICS+. Di antara negara dunia yang sudah mengajukan permohonan resmi menjadi anggota BRICS adalah Algeria, Argentina, Bahrain, Mesir, Indonesia, Iran, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Persediaan Minyak Mentah AS Turun 1,7 Juta Barel

Data yang dirilis American Petroleum Institute, API menunjukkan persediaan minyak mentah Amerika Serikat, mengalami penurunan hingga 1,7 juta barel.

Trade, Selasa (6/6/2023) melaporkan, meskipun AS merupakan salah satu negara produsen minyak mentah  terbesar dunia, namun satu minggu sebelum tanggal 2 Juni 2023, ia mengimpor 6,4 juta barel minyak per hari.

Sementara itu, di sisi lain stok bensin Amerika Serikat, mengalami peningkatan sebesar 2,42 juta barel, dan hasil penyulingan melonjak 4,50 juta barel.

Penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat, dapat mempengaruhi pasar dunia, dan biasanya akan menaikkan harga minyak secara global.

AS saat ini berada dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil sebagai dampak dari sanksi-sanksi yang dijatuhkan negara itu terhadap Rusia, yang menyebabkan naiknya bahan bakar serta tingkat inflasi.

Seorang Ibu Ditembak Tetangganya di depan Sang Anak

Seorang ibu dilaporkan ditembak tetangganya di depan sang anak di Florida, Amerika Serikat.

Kebebasan membawa senjata di Amerika telah memicu kekerasan bersenjata dan aksi penembakan di seluruh negara ini yang setiap harinya meminta korban.

Menurut laporan ABC News, Jumat (9/6/2023), seorang perempuan warga Florida, ibu empat anak, dilaporkan tewas setelah ditembak seorang wanita yang menjadi tetangganya.

Sementara itu, pelaku penembakan saat ini tengah ditahan polisi.

Meskipun banyak warga Amerika telah memprotes kebebasan untuk membawa dan memiliki senjata di negara ini selama beberapa tahun, serta menuntut perubahan undang-undang negara di bidang ini, tetapi lobi senjata begitu kuat di negara ini sehingga Kongres tidak mengambil tindakan nyata apa pun untuk membatasi membawa senjata di Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat dari 100 orang terdapat 120 pucuk senjata.

Pentagon Loloskan Paket Militer Baru untuk Ukraina

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) Jumat (9/6/2023) mengonfirmasi paket baru persenjataan untuk Ukraina.

Pentagon

Seperti dilaporkan Sputnik, paket persenjataan baru ini Pentagon ini mencakup amunisi pertahanan udara senilai lebih dari dua miliar dolar.

Laman Bloomberg melaporkan janji penjabat Washington bahwa paket baru persenjataan ini mencakup sistem rudal Lockheed Martin dan Raytheon.

Menyusul meletusnya perang di Ukraina pada 24 Februari 2022, negara-negara Eropa dan Barat khususnya Amerika Serikat meningkatkan represi sanksi terhadap Federasi Rusia dan memberikan beragam senjata ringan dan berat kepada Kiev. Dengan demikian, Barat bukan saja tidak berusaha mengakhiri perang, bahkan membuat konflik di negara ini semakin memanas.

Pejabat Rusia dan sejumlah pengamat serta media Barat, menyebut perang Ukraina sebagai perang proksi antara Barat dan Rusia.

Rusia berulang kali mengatakan bahwa pengiriman senjata Barat ke Ukraina bukan saja membuat perang berlarut-larut, bahkan dapat memicu dampak yang tidak dapat diprediksikan.

 

Tags