Apr 19, 2024 16:48 Asia/Jakarta
  •  Mengapa Inggris Bukan Kekuatan Utama Dunia ?

David Miliband, mantan menteri luar negeri Inggris, baru-baru ini mengakui bahwa negaranya kehilangan pengaruh setelah Brexit dan hanya menjadi satu dari lusinan kekuatan menengah di dunia.

Miliband, yang sekarang menjadi Direktur Eksekutif Komite Penyelamatan Internasional mengatakan bahwa untuk membalikkan penurunan tersebut, Inggris harus membuat struktur kebijakan luar negeri baru dan komitmen dengan uni Eropa.

"Hubungan kami di NATO kuat, tapi kami hampir tidak memiliki hubungan dengan Uni Eropa," ujar mantan menlu Inggris ini.

Miliband juga mengungkapkan bahwa kemunduran Inggris bisa semakin cepat jika Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden AS pada akhir tahun ini.

Miliband meyakini jika Joe Biden memenangkan masa jabatan keduanya, masih ada tanda-tanda peringatan mengenai kesediaan, kesabaran, dan kemampuan Amerika untuk memberikan kepemimpinan strategis global yang aktif dan berkelanjutan.

"Di dunia di mana Uni Eropa mengirimkan senjata ke Ukraina, menampung enam juta pengungsi Ukraina dan menjadi pemain utama dalam pembangunan, serta berada di G20 dan merupakan negara adidaya dalam bidang perdagangan, air dan cuaca yang bersifat digital, kita perlu mengubah cara berpikir. Kita harus tahu bahwa kebijakan Inggris terhadap Rusia akan lebih lemah dan kurang efektif jika tidak melibatkan Uni Eropa. Hal serupa juga terjadi mengenai Cina," tegasnya. 

Miliband memandang keputusan Inggris pada tahun 2019 yang menolak hubungan politik dan kebijakan luar negeri dengan Uni Eropa harus dibatalkan. Struktur dan komitmen harus dibentuk untuk memajukan kerja sama dan koordinasi di banyak bidang kebijakan luar negeri, pertahanan, keamanan dan kepentingan kebijakan pembangunan.

Miliband, yang menjabat Menteri Luar Negeri Inggris pada periode 2007 hingga 2010 di bawah kepemimpinan Tony Blair dan Gordon Brown, memandang salah satu ilusi Brexit adalah bahwa nasib Inggris bergantung pada keputusannya sendiri dan bukan pada kemampuannya untuk terlibat dan melakukan tawar-menawar dengan negara lain.

"Pemerintahan Johnson telah menunjukkan bahaya yang ada bagi para pembuat kebijakan Inggris yaitu pemikiran delusi tentang kekuatan dan posisi Inggris di dunia yang didominasi oleh peningkatan risiko global dan negara-negara yang kuat, cerdas, terampil, terkadang predator, dan aktor non-negara yang semuanya sedang berkembang. Kita harus memahami realitas kekuatan kita seperti saat ini, bukan seperti di masa lalu," papar mantan menlu Inggris ini

"Kita tidak memiliki anggaran seperti Arab Saudi, jangkar Uni Eropa di Perancis, aktivitas regional dan pengambilan risiko seperti Turki, atau kekuatan demografis India maupun Indonesia. Kita adalah salah satu dari sejumlah kekuatan menengah dalam sistem dunia," tambah Miliband.

"Kekayaan, aset militer, dan reputasi kita dibandingkan negara lain telah menurun selama beberapa dekade terakhir. Jika kita tidak bertindak, maka posisi kita dalam kepentingan-kepentingan penting, mulai dari perekonomian, krisis iklim, hingga keamanan nasional dan pembangunan internasional, akan memburuk. Alasannya sederhana, karena dunia sedang menuju ke arah ketidakseimbangan yang tidak sehat dan Inggris berada di pihak yang salah dalam beberapa tren utama," pungkasnya.(PH)

Tags