Apakah Belum Saatnya Media Barat Berhenti Menipu?
May 21, 2024 19:12 Asia/Jakarta
TV Euronews, belakangan ini beberapa kali merilis berita demonstrasi pegawai Uni Eropa, untuk menunjukkan solidaritas terhadap Gaza, dan menampilkannya sebagai bentuk penghormatan lembaga-lembaga resmi Barat, atas hak asasi manusia.
Masa depan perang Gaza, dan serangan pasukan Israel, ke Rafah, yang merupakan tempat berlindung ratusan ribu warga Palestina, telah membangkitkan kemarahan masyarakat dunia.
Oleh karena itu, sekelompok pegawai Uni Eropa, di Brussels, sejak lama sudah menggelar "pawai senyap" untuk menunjukkan duka cita terhadap korban tewas di Gaza, dan apa yang disebut dengan "kematian nilai-nilai Eropa".
Euronews, dan media-media Barat, dalam sebuah narasi anti-kemanusiaan terkait agresi militer brutal Israel, ke timur Rafah, baru-baru ini, berusaha untuk menampilkan bahwa operasi Israel, itu tidak terlalu penting, dan bersifat tentatif.
Dengan kata lain, media-media Barat, sedang berusaha menyebarluaskan laporan fiktif kepada masyarakat internasional bahwa sampai sekarang perang belum terjadi di Rafah, sebagaimana seharusnya.
Lebih jauh dari itu, opini publik dunia masih ingat bahwa di bulan kedua perang Gaza, dan setelah ribuan warga Palestina, gugur, bagaimana Kanselir Jerman Olaf Scholz, menyebut genosida nyata di Jalur Gaza, sebagai bukti bela diri legal orang-orang Zionis.
Saat itu, Euronews, berusaha keras untuk menjustifikasi klaim Scholz, dalam sebuah laporan yang mirip dengan laporan akurat, dan menegaskannya.
Terkait demonstrasi mahasiswa Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa, baru-baru ini, Euronews, menyebut aksi-aksi pro-Palestina, mahasiswa sebagai bukti nyata anti-Yahudi, sebaliknya mendukung tindak kekerasan polisi di lingkungan kampus, dan penangkapan, serta pembungkaman mahasiswa oleh polisi.
Pada kondisi seperti ini, unjuk rasa munafik, dan tak penting sejumlah pegawai lembaga Uni Eropa, tidak lebih dari sebuah penghinaan terhadap opini publik dunia. Para pegawai Uni Eropa, hanya diam menyaksikan krisis demonstrasi padahal dirinya sendiri terlibat dalam menciptakan, melanjutkan, dan mengokohkannya.
Daripada meliput berita demonstrasi, Euronews, dan media-media Barat, lebih baik menjawab pertanyaan-pertanyaan lebih penting seperti keterlibatan badan-badan intelijen, dan mata-mata Jerman dan Prancis, dalam genosida Gaza, serta transaksi rahasia, dan tidak resmi Barat dengan Israel, di bidang logistik dan persenjataan.
Lobi-lobi Zionis, yang menguasai partai-partai politik, dan media Eropa, bukan hanya tidak memprotes demonstrasi senyap para pegawai Uni Eropa, terkait perang Gaza, bahkan menganggapnya seperti sebuah jendela untuk memberikan nafas baru bagi propaganda beracun miliknya dalam serangan Israel, ke Rafah.
Pekerjaan khusus Euronews, adalah mengecilkan level demonstrasi anti-Zionis, di Barat, dan sebaliknya mengumumkan demonstrasi-demonstrasi berani mahasiswa Barat, yang pro-Palestina, sebagai gerakan radikal, dan tidak rasional.
Lingkaran setan media di Eropa, ini selama bertahun-tahun, dan dalam beberapa dekade terakhir, mendapat persetujuan dua aliran sosial demokrat, dan konservatif tradisional.
Meskipun demikian, perang Gaza, telah berubah menjadi sebuah momen sejarah yang menyadarkan masyarakat dunia termasuk negara-negara Eropa dan Amerika. Hasil utama dari kesadaran massal ini adalah runtuhnya sistem media Barat. (HS)