Menyebar Iranfobia dengan Teknik Kebohongan Besar CNN
Jun 05, 2024 19:11 Asia/Jakarta
Kolumnis asal Amerika Serikat, Frida Ghitis, dalam salah satu catatannya mengulas masalah gugurnya Presiden Iran, Syahid Ebrahim Raisi, dengan teknik propaganda AS.
Ghitis nampaknya mendapat pesanan dari atasan untuk menyisipkan kebohongan-kebohongan AS, di tengah-tengah artikelnya dengan maksud untuk menyebarluaskan Iranfobia.
Akan tetapi para pembaca yang sadar tidak akan mudah dikelabui, dan mengetahui bahwa Iranfobia, adalah hal yang sepenuhnya lumrah dalam media-media AS. Realitasnya Iran, adalah musuh imperialisme paling serius, dan musuh kampanye perang AS dan Israel, terutama di Asia Barat.
Frida Ghitis, sejak awal tulisan menganggap Republik Islam Iran, sebagai sebuah pemerintahan yang masyarakatnya dikontrol terus menerus secara keji, dan Syahid Raisi, setelah kecelakaan helikopter, dicaci maki oleh masyarakat Iran, sendiri.
Untuk membahas masalah ini, istilah-istilah tidak tahu malu, dan kebutaan Amerika Serikat, harus dimanfaatkan.
Perhatikanlah volume sanksi AS, terhadap Iran, dalam 45 tahun terakhir, setelah tumbangnya Rezim Shah Pahlevi, di Iran, yang pro-AS, sanksi-sanksi yang yang tidak pernah ada sebelumnya di dunia.
Perang delapan tahun Rezim Saddam Hussein, terhadap Iran, dengan dukungan Amerika Serikat. Apakah menurut Anda, ada negara yang berada di bawah tekanan semacam ini masih bertahan, tanpa dukungan rakyatnya?
Bahkan cukup dengan menyaksikan video acara duka di seluruh penjuru Iran, mengenang kepergian Syahid Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds, IRGC, dan Syahid Ebrahim Raisi, Presiden Iran, kita akan memahami sedemikian besar rakyat Iran, mencintai kedua martir ini.
Atau bahkan dengan menyaksikan video-video sambutan terhadap Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, dalam kunjungan ke berbagai provinsi Iran.
Pada kenyataannya, teknik yang digunakan oleh Frida Ghitis, kolumnis Amerika Serikat, adalah kebohongan besar, dan pengulangan kebohongan supaya diterima sebagai fakta.
Frida Ghitis, bahkan tidak memperkirakan pembaca akan melakukan pencarian di internet, lalu berharap menemukan bahwa orang-orang Iran, senang dengan meninggalnya Raisi.
Kebohongan yang mengejutkan ini terus disebar padahal di dalam Iran, sendiri hastag "Shahid Rakyat" dan "Pelayan Imam Ridha", secara luas digunakan sebagai gelar bagi Presiden Raisi, dan menjadi tren di dunia maya selepas kepergiannya.
Ghitis, setelah menggunakan teknik kebohongan besar kemudian memakai teknik imajinasi, dan berkata, tidak lama lagi perebutan kekuasaan akan terjadi di Iran, dan perang saudara hebat akan pecah.
Anggaplah ini sebagai harapan Amerika Serikat, bahwa setelah Revolusi Islam Iran, negara itu berusaha menciptakan perang separatis dan etnis di dalam Iran, akan tetapi gagal.
Alasannya tidak lain karena mereka tidak memahami masyarakat Muslim Iran. Masyarakat dengan peradaban tinggi, meski berada di tengah keragaman yang banyak terkait masalah nasional.
Harapan semacam ini mirip dengan harapan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Zionis. Sepertinya Frida Ghitis, mematuhi pesanan Netanyahu, untuk menyisipkan kata-kata ini di dalam artikelnya.
Ghitis dalam paparannya menyinggung tentang Israel, dan berlalu dari pembahasan itu dengan mengatakan seolah-olah rakyat Palestina, bermigrasi ke Palestina, dan merebut tanah ini dari orang-orang Yahudi, yang bermigrasi dari Eropa dan tempat lain di dunia ini.
Ia percaya Hamas bukan Palestina. Ini menunjukkan substansi dari seseorang yang dididik di keluarga besar imperialisme yang meyakini bahwa bangsa-bangsa bukan Barat, tidak punya hak memiliki pertahanan, dan perlawanan untuk menghadapi penjajah dan agresor.
Sebagaimana juga mereka menginginkan hal tersebut terjadi pada Jepang, Korea, Vietnam, Libya, dan negara-negara dunia yang lainnya.
Ghitis menuduh Iran, terlibat dalam perang Ukraina. Klaim yang dibantah tegas oleh Iran, sementara Barat, di bawah Amerika Serikat, tidak punya satu bukti pun atas hal ini, dan hanya menyinggung teknologi drone Iran.
Kolumnis AS, sepertinya segera melewati keragaman pandangan di antara politisi Iran, sehingga para pembaca tidak menyadari kekhususan penting, menarik, dan demokratis dalam politik Iran, ini.
Cukup dengan melihat fakta diizinkannya pandangan-pandangan politik berbeda dan saling bertolak belakang untuk muncul di Iran, mari kita saksikan pandangan politik presiden-presiden Iran, dalam beberapa dekade terakhir.
Rafsanjani, Presiden pro-pembangunan, memimpin tahun 1989-1997, Khatami, Presiden reformis, dan sangat berminat untuk berinteraksi dengan Barat, 1997-2005, Ahmadinejad, Presiden konservatif, 2005-2013, Hassan Rouhani, Presiden hasil koalisi reformis, dan cenderung ke Barat, 2013-2021, Ebrahim Raisi, Presiden yang dekat ke kubu konservatif, dan meyakini keseimbangan dalam hubungan dengan timur dan barat, 2021-2024.
Frida Ghitis, berbicara seoerti propaganda Israel, melawan Iran, di media-media, dan menyebut Raisi, sebagai orang yang mengeluarkan vonis mati bagi pemberontak di awal Revolusi Islam Iran.
Pertama, Raisi disalahkan atas keputusan sistem peradilan Iran, terhadap teroris bersenjata yang meneror lebih dari 17.000 warga Iran, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di awal Revolusi Islam, kedua, Ghitis tidak mengatakan apa yang telah dilakukan oleh mereka yang dihukum mati itu terhadap rakyat Iran, ketiga, Ghitis tidak mengatakan sebagian besar mereka tidak dihukukm mati, dan setelah bertobat, diampuni lalu bebas.
Frida Ghitis, yang gembira karena pemirsa stasiun televisi CNN bukan orang yang rajin meneliti, dan apa pun yang dikatakannya kemungkinan besar diterima, melanjutkan klaimnya bahwa di Iran, terus menerus demonstrasi, dan terus menerus dilakukan pembungkaman.
Sepertinya Frida Ghitis, lebih banyak berbicara realitas terkait Amerika Serikat, Rezim Israel, dan Prancis, daripada Iran.
Menarik bahwa bukti yang dibawanya adalah bahwa AS, menyanksi Raisi, karena keterlibatannya dalam penumpasan di dalam dan luar negeri. Padahal AS sendiri adalah pendukung Netanyahu, dan sebagaimana di akui mantan Presiden Donald Trump, telah melahirkan kelompok teroris ISIS.
Amerika jugalah yang membunuh lebih dari satu juta warga Irak. AS yang meneror Jenderal Iran, yang memerangi terorisme dan ISIS, yaitu Syahid Soleimani.
AS pembunuh rakyat Vietnam, Kamboja, Kosovo, Libya, Suriah, dan yang lainnya, menyampaikan kebohongan terakhirnya tentang kerusuhan mengerikan di Iran, dengan slogan "Wanita, Kehidupan, Kebebasan".
Sebuah kerusuhan yang didukung Israel, yang bermaksud menciptakan perpecahan etnis, dan perang kota di Iran. Kerusuhan yang disebut Iran, dan instansi-instansi keamanannya sebagai perang hibrida yang kompleks, dan selama kerusuhan ini, jumlah senjata selundupan terbanyak dalam sejarah Republik Islam Iran, disita dari tangan para perusuh. (HS)
Tags