Mengapa Jerman Membutuhkan Kejahatan Israel?
(last modified Mon, 11 Nov 2024 13:06:47 GMT )
Nov 11, 2024 20:06 Asia/Jakarta
  • PM Rezim Zionis dan Kanselir Jerman
    PM Rezim Zionis dan Kanselir Jerman

Parstoday – Sambutan pemerintah Jerman, atas genosida Israel, di Jalur Gaza, tidak ada kaitannya sama sekali dengan perasaan berdosa terhadap Holocaust, hal ini bersumber dari masalah lain.

Pemerintah Jerman, mengetahui bahwa Israel, sedang melakukan Holocaust baru, tapi berusaha menunjukkan seolah-olah hal itu adalah biasa, adil, dan tidak bisa dicegah, dan untuk mengungkap alasannya perlu perenungan.
 
Sejak 7 Oktober 2023, sampai hari ini tidak ada satu pun negara yang sekeras Jerman dalam menumpas para pendukung Palestina, dan secara ekstrem mendukung genosida Israel, di Gaza.
 
Saat ini demonstrasi-demonstrasi mendukung Palestina, yang digelar di Berlin, dan di berbagai wilayah lain di Jerman, diserbu secara brutal oleh polisi, dan media-media negara ini.
 
Dalam mendukung Israel, dan memusuhi rakyat tertindas Palestina, Jerman, nampaknya telah menyalip Partai Demokrat Amerika Serikat. Akan tetapi pertanyaannya adalah apa alasan perilaku pemerintah Jerman, dan mengapa negara ini dengan senang hati membiayai pertahanan Israel meskipun sangat mahal?
 
Jawaban pertanyaan ini dapat ditemukan di bagian sejarah Jerman, yang kelam dan penuh kebencian, tapi berbeda dengan bayangan kebanyakan orang, ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Holocaust, dan upaya menebus kejahatan Nazi, serta memastikannya tidak terulang.
 
Kenyataan pahitnya adalah bahwa Jerman, sama sekali tidak pernah melakukan pemusnahan ideologi Nazi, dan tidak pernah meninggalkan kebijakan-kebijakan yang berpotensi membangkitkan Adolf Hitler.
 
"Penyakit Jerman", menyebar selama Perang Dunia I dan II, dua kali mengancam perdamaian dan keamanan di seluruh muka bumi, dan mengancam peradaban umat manusia dengan banyak kerugian.
 
Pasca-Perang Dunia II, pemerintah Jerman, diterima kembali oleh masyarakat internasional dengan syarat Nazi harus dimusnahkan. Setelah PD II, rencananya Jerman hanyalah sebuah provinsi pertanian dan peternakan.
 
Meskipun demikian, proses ini dengan cepat berhasil dilalui karena keberuntungan orang-orang Jerman. Keberuntungan mereka adalah dengan cepat memulai perang dingin dengan AS dan Uni Soviet, setelah PD, sehingga upaya memusnahkan Nazi menjadi tidak dianggap penting lagi.
 
Pada masa setelah PD II, negara-negara Barat, menentang keras upaya mempersenjatai kembali Jerman. Morgenthau Plan, yang didukung Presiden AS Theodore Roosevelt, pada tahun 1944, mendesak penghapusan total industri senjata Jerman, dan industri-industri lain yang dapat memulihkan militer Jerman. Industri militer Jerman, dalam praktiknya bekerja seperti struktur-struktur politik yang dapat menghidupkan kembali Nazi.
 
Jerman dengan memberikan bantuan tanpa batas kepada Israel, sebagai pangkalan militer Barat, di Asia Barat, berusaha memperbaiki citranya di hadapan rival-rival Baratnya. Pada tahun 1953, Jerman, mulai membayar ganti rugi, bukan kepada para korban Holocaust, tapi ke pemerintah Rezim Zionis, itu pun dalam bentuk pengiriman senjata.
 
Pada saat yang sama, Barat, di bawah kepemimpinan AS, memusatkan perhatian untuk melawan Uni Soviet. Akhirnya, dengan bergabungnya Jerman, ke NATO, pada 1955, proses pemusnahan Nazi, perlahan tapi pasti, dilupakan.
 
Realitasnya alih-alih menumpas ideologi genosida yang membuka jalan untuk Holocaust, Barat, justru merangkul Jerman, dan untuk selamanya mengubah negara demi kepentingan Israel.
 
Harus diperhatikan bahwa Holocaust bukan genosida yang pertama kali dilakukan oleh orang-orang Jerman. Pada rentang waktu antara 1904-1907, pasukan Jerman, di bawah pimpinan Jenderal Lothar von Trotha, melakukan pembunuhan massal terhadap 80 persen penduduk Herero, dan 50 persen penduduk Nama di barat daya Afrika.
 
Pemerintah Jerman, sepenuhnya sadar bahwa Israel, sedang melakukan genosida, dan melancarkan perang untuk membersihkan etnis dan menumpas rakyat Palestina.
 
Kanselir Jerman Olaf Scholz, menyadari pemboman tanpa henti terhadap Gaza, dan upaya membuat rakyat Palestina kelaparan. Ia juga pasti mendengar bahwa mantan Menteri Perang Israel Yoav Gallant, memulai genosida di Gaza, dengan menyebut orang-orang Palestina sebagai "manusia binatang", sama dengan istilah Heinrich Himmler, Komandan pasukan SS Nazi, 4 Oktober 1943 terhadap orang-orang Yahudi. (HS)