Akankah Rusia Mengendur di Hadapan Barat?
(last modified Wed, 28 Mar 2018 08:43:47 GMT )
Mar 28, 2018 15:43 Asia/Jakarta
  • Menteri Luar Negeri Rusia
    Menteri Luar Negeri Rusia

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, mereaksi langkah-langkah terkoordinasi Barat terhadap Moskow dengan mengusir para diplomat Rusia, menyatakan bahwa Moskow akan membalas politik kasar negara-negara Barat. Menyinggung permintaan maaf dari sejumlah negara karena pengusiran para diplomat Rusia, Lavrov menegaskan bahwa itu pertanda langkah mereka adalah hasil tekanan Amerika Serikat.

Menurut perspektif Rusia, pengusiran para diplomat Rusia dari sejumlah negara menunjukkan sedikitnya jumlah aktor independen di tingkat global. Seorang anggota parlemen Eropa memperingatkan tentang memburuknya hubungan antara Barat dan Rusia, seraya menyatakan bahwa pengusiran para diplomat Rusia oleh negara-negara Barat dilakukan tanpa bukti keterlibatan Moskow dalam kasus "Skripal."

Sergei Lavrov

 

Mengingat perluasan dimensi pengusiran diplomat Rusia oleh negara-negara Barat, fenomena ini dapat dikatakan belum pernah terjadi sebelumnya di tingkat internasional anti-Rusia. Sejauh ini, 24 negara Barat telah mengusir para diplomat Rusia, termasuk 60 diplomat Moskow dari Amerika Serikat bahkan oleh negara-negara seperti Latvia dan Finlandia. Jumlah total diplomat Rusia yang terusir mencapai 151 orang.

 

Pada saat yang sama, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga telah bergabung dengan kampanye pengusiran diplomat Rusia yang diprakarsai Inggris. Jumlah delegasi Rusia di NATO akan berkurang dari 30 menjadi 20. Diperkirakan lembaga-lembaga Barat lainnya akan melakukan hal yang sama.

 

Dalih Barat untuk tindakan anti-Rusia ini adalah tuduhan keterlibatan Rusia dalam insiden keracunan Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia di Inggris. London menuding Rusia berada di balik insiden tersebut, namun Moskow menolak klaim itu.

 

Dmitry Igorchenkov percaya bahwa kasus Skripal hanya alasan untuk memperluas NATO dan meningkatkan sanksi terhadap Rusia. Ditambahkannya, Washington mengatakan Eropa adalah garis terdepan dalam "perang gabungan" melawan Rusia.

 

Moskow bersikeras bahwa London belum memberikan bukti substantif dari keterlibatan pemerintah atau pejabat pemerintah Rusia dalam insiden keracunan Skripal dan putrinya. Menurut Leonid Rink, seorang ahli kimia, Rusia tidak ada kaitannya dengan insiden keracunan Skripal, dan di sisi lain, Rusia tidak mungkin mengambil tindakan seperti itu dalam situasi yang sensitif seperti pemilihan umum presiden dan menjelang pertandingan sepakbola Piala Dunia.

 

Tuntutan terkuat Barat dari Rusia adalah mundurnya Moskow dalam krisis Ukraina timur dan penghentian dukungan Moskow terhadap separatis Ukraina timur serta pengembalian Semenanjung Krimea ke Ukraina, yang bergabung ke Rusia pada Februari 2014 melalui referendum.

 

Sementara itu, Barat, terutama Amerika, ingin mengubah posisi dan peran Rusia dalam krisis Suriah saat ini. Namun, tampaknya sangat kecil kemungkinannya bahwa Moskow memberikan jawaban positif terhadap tuntutan Barat, baik soal Ukraina maupun Suriah.

 

Dengan demikian, dipastikan Moskow akan membalas aksi pengusiran para diplomatnya dari Barat. Para pejabat Kremlin memahami bahwa mengendur di hadapan Barat hanya akan meningkatkan tuntutan mereka serta sikap yang lebih agresif bagi Rusia.(MZ)

Tags