Sikap Tegas Rusia dan Kejutan Bagi Eropa
(last modified Sat, 31 Mar 2018 10:36:09 GMT )
Mar 31, 2018 17:36 Asia/Jakarta
  • Kedubes Rusia di London
    Kedubes Rusia di London

Rusia pada hari Jumat (30/3/2018) mengumumkan akan mengusir 59 diplomat dari 23 negara. Keputusan Moskow merupakan balasan terhadap pengusiran para diplomat Rusia dari negara-negara tersebut. Menanggapi tren pengusiran diplomat Rusia, Moskow mengusir 41 diplomat negara-negara Eropa.

Rusia memulai proses tindakan lintas batas pada hari Kamis, mengusir 60 diplomat Amerika dan menutup Konsulat AS di St. Petersburg. Langkah Moskow itu mengundang reaksi pasif dari sejumlah negara Eropa.

 

Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mengatakan bahwa Berlin akan menyambut dialog dengan Moskow dan bekerjasama untuk masa depan yang konstruktif dalam hubungan kedua negara, menyusul pengumuman pengusiran empat diplomat Jerman. Ahli politik Jerman, Volker Peretz, meyakini bahwa Uni Eropa harus berdamai dengan Rusia.

 

Yang pasti, para pemimpin Uni Eropa juga mengakui hal tersebut. Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker baru-baru ini mengatakan bahwa meskipun ada ketidaksepakatan besar dengan Moskow, namun keliru untuk menyikapi masalah keamanan Eropa dengan tidak melibatkan peran Rusia.

 

Krisis diplomatik saat ini antara Rusia dan Barat dinilai yang terbesar sejak Perang Dingin. Bahkan, Eropa tidak menyangka sikap Rusia akan menyerupai pendekatannya dengan Washington dan London. Rusia sangat tegas dalam hal ini dan sekarang Eropa tampak kebingungan.

St.Petersburg

 

Posisi negara-negara Uni Eropa terhadap Rusia terkait insiden keracunan Sergei Skripal tidak sama, meskipun sebagian besar negara-negara Uni Eropa mengambil sikap anti-Moskow, namun Siprus, Slovenia, Yunani dan Austria tidak menarik diplomatnya dari Moskow atau mengusir para diplomat Rusia. Ini mengindikasikan perselisihan di dalam tubuh Uni Eropa terkait masalah ini.

 

Hubungan Uni Eropa-Rusia sejak awal tahun 2014 menghadapi friksi dan pelebaran jurang perselisihan dan bahkan sanksi timbal balik, menyusul krisis Ukraina. Di mata Moskow, hubungan Uni Eropa-Rusia saat ini berada dalam posisi sulit. Masalah berlanjutnya sanksi anti-Rusia dan hubungan konstruktif dengan Rusia telah menimbulkan perbedaan tajam antara negara-negara Uni Eropa. Secara alami, penentangan dari dua perspektif ini di Uni Eropa telah memicu perpecahan dan ketidakjelasan sikap Uni Eropa terhadap Moskow.

 

Isu keracunan mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal di Inggris telah menyebabkan kemenangan faksi anti-Rusia di Uni Eropa. Namun, beberapa negara UE masih menentang langkah anti-Moskow.

 

Namun di lain pihak, Rusia mengambil pendekatan yang tegas dengan mengusir para diplomat negara-negara Eropa, yang sebelumnya mengambil sikap yang sama. Dengan demikian, Rusia tidak memberi ruang kepada Barat, termasuk Eropa, untuk bermain-main dalam urusan diplomatik dengan Moskow. Meski demikian, Moskow tetap menekankan kemungkinan penyelesaian friksi dan normalisasi hubungan bilateral melalui dialog konstruktif.(MZ)

Tags